Dari tempat dia rebah, Cin Liong memperhatikan perkelahian itu dan diapun dapat melihat bahwa kalau hanya satu lawan satu, ilmu silat tangan kosong yang disertai ilmu totokan lihai dari Liok Bwee itu akan mampu menandingi cakar baja dari si kumis tebal. Akan tetapi di situ masih ada empat orang suheng gadis itu yang dia tahu setiap saat dapat turun tangan membantu si kumis. Maka dia amat mengkhawatirkan keselamatan gadis yang mempertahankan nyawanya dan membelanya mati-matian itu. Cin Liong kembali mengerahkan tenaga sin-kangnya, namun tetap saja jalan darahnya belum pulih dan tenaga sin-kangnya tidak mau timbul, hanya dia mampu menggerakkan tubuhnya agak lebih kuat daripada tadi. Betapapun juga, dengan kekuatan otot biasa, tidak mungkin melepaskan diri dari belenggu kaki tangan itu dan ini berarti bahwa dia tidak akan mampu melindungi diri sendiri, apalagi membantu Liok Bwee.
"Nona, bebaskan totokanku!" Tiba-tiba dia berseru karena kiranya hanya nona itu yang akan mampu membebaskannya. Sekali terbebas, tidak sukar baginya untuk mematahkan belenggu dan menghajar lima orang tokoh Eng-jiauw-pang itu.
Liok Bwee yang sedang berkelahi mati-matian melawan twa-suhengnya, mendengar teriakan ini dan teringatlah ia bahwa pria yang dicintanya itu terancam bahaya maut dan hanya akan selamat kalau totokan yang membuatnya tidak berdaya itu dibebaskan. Iapun tahu akan kesaktian pemuda itu dan dapat menduga bahwa sekali totokannya dibebaskan, pemuda itu akan mampu melepaskan diri dari belenggu dan sekali terlepas, lima orang suhengnya ini bukanlah lawannya. Maka iapun cepat mengelak dari sambaran cakar besi twa-suhengnya yang agaknya sudah marah sekali kepadanya dan mengirim serangan maut yang bermaksud merobohkan dan menewaskan itu, kemudian cepat sekali Liok Bwee meloncat ke samping, ke arah pembaringan di mana Cin Liong rebah dengan maksud untuk membebaskan totokannya atas diri pemuda itu. Akan tetapi, empat orang suhengnya yang sudah tahu akan maksudnya, cepat menubruknya dari kanan kiri sebelum ia sempat mendekati Cin Liong. Delapan buah cakar baja menyerangnya dan tentu saja Liok Bwee tidak dapat melawan serangan empat orang ini sehingga kedua lengannya telah kena dicenakeram!
"Lepaskan aku! Keparat! Lepaskan aku!" teriaknya dan meronta sehingga kuku-kuku baja itu merobek baju dan kulit lengannya sehingga berdarah. Akan tetapi empat orang itu tidak mau melepaskannya dan pada saat itu, si kumis tebal yang agaknya sudah marah dan benci sekali kepada snmoi yang bukan saja menolak cintanya akan tetapi kini malah mencinta dan melindungi musuh besar Eng-jiauw-pang, agaknya sudah tidak dapat menahan panasnya hati lagi. Pada saat itu dia menubruk sambil menggerakkan kedua cakar bajanya.
"Crott! Crottt!" Cakar baja yang runcing itu telah mencengkeram tengkuk dan punggung Liok Bwee.
"Aihhhhh....!" Liok Bwee menjerit saking nyerinya ketika kuku-kuku baja yang tajam itu menusuk kulit dagingnya. Melihat ini, empat orang suhengnya yang lain melepaskannya dan twa-suhengnya, si kumis tebal itu agaknya juga terkejut sendiri melihat betapa dia telah mencengkeram tubuh sumoinya yang pernah dicintanya! Maklum bahwa dia telah membunuh sumoinya, kemarahannya ditumpahkan kepada Cin Liong. Dia mengangkat tubuh sumoinya yang sudah tak berdaya itu ke atas kepalanya, dengan masih mencengkeram tengkuk dan punggung, lalu dilontarkannya tubuh sumoinya itu dengan penuh geram ke arah Cin Liong yang rebah di atas pembaringan.
"Nih, ambillah sebelum engkau kucincang!" bentaknya."Brukkkk....!" Tubuh Liok Bwee yang sudah lunglai itu menimpa Cin Liong di atas pembaringan dan dipan inipun runtuh terguling. Tentu saja tubuh pemuda itu terbawa pula, terguling di atas lantai dalam keadaan menelungkup.
Dengan wajah beringas dan pandang mata bengis, lima orang itu kini menghampiri Cin Liong dengan cepat, seolah-olah mereka hendak berlomba membunuh atau menyiksa musuh besar yang sudah tidak berdaya, rebah menelungkup dengan kaki tangan terbelenggu dan tubuh tertotok itu. Tubuh Liok Bwee juga terlempar sampai ke sudut ruangan di mana ia menggeletak mandi darah, tidak mampu bergerak lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Genel KurguBu Kek Siansu adalah sebuah karakter khayalan hasil karya Kho Ping Hoo, dan merupakan serial bersambung terpanjang terbaik di samping seri Pedang Kayu Harum (Siang Bhok Kiam). Ia dikisahkan pada masa kecilnya disebut Anak Ajaib (Sin Tong) karena dal...