Jilid 4

5.6K 49 1
                                    

Tepat seperti yang diduga dan diperhi­tungkan Menteri Kam Liong, sebagian besar para penjaga tertidur pulas. Sebagian lagi melenggut saking mengantuk, dan hanya ada belasan orang saja yang dapat bertahan, menjaga sannbil main kartu. Melihat munculnya dua orang dari dalam gelap, mereka terkejut, akan te­tapi mereka tidak jadi menyambar senja­ta atau berteriak ketika mengenal bahwa yang muncul adalah Panglima Khu Tek San dan Menteri Kam Liong. Mereka yang tidak tidur atau mengantuk, cepat-cepat bangkit berdiri dan memberi hormat kepada dua orang berpangkat itu.

"Maaf.... hamba.... hamba tidak tahu...." Kepala pengawal berkata gugup, karena munculnya dua orang itu, terutama sekali Menteri Kam, benar-benar mengejutkan hatinya.

"Tak perlu ribut-ribut. Buka pintu untuk kami!" kata Panglima Khu dengan suara penuh wibawa.

"Bu.... buka pintu.... tapi.... hamba tak boleh...." Kepala pengawal menjadi bi­ngung memandang kepada pintu besi yang terkunci dengan gembok kuat sekali itu.

"Aku memerintahkan, dan di sini ha­dir pula Kam-taijin yang ingin memeriksa tawanan, engkau masih berani banyak cerewet?" Panglima Khu membentak dan melangkah maju dengan sikap mengan­cam.

"Maaf.... hamba tidak membantah, Ciangkun.... hanya hamba telah dipesan oleh Suma-goanswe...."

"Bukalah!" kata Menteri Kam Liong dengan suara halus namun lebih mantap daripada suara Khu-ciangkun. "Kalau ada kemarahan dari Suma-goanswe, aku yang bertanggung jawab."

Mendengar ini, penjaga itu tidak be­rani rewel lagi dan ia lalu membuka kunci pintu besi yang menghubungkan tempat penjagaan dengan bangunan pen­jara. Menteri Kam dan Khu Tek San saling memberi tanda dengan kedipan mata, tubuh mereka bergerak seperti terbang menerjang para penjaga itu dan dalam beberapa detik saja para penjaga itu telah terpelanting roboh karena ter­totok sehingga dipandang sepintas lalu keadaan mereka seperti kawan-kawan mereka yang tidur pulas.

Guru dan murid itu cepat memasuki pintu besi dan kembali mereka bertemu dengan serombongan penjaga di depan penjara. Penjaga di situ ada sepuluh orang, akan tetapi yang masih berjaga hanya tiga orang saja. Tanpa banyak cakap, selagi tiga orang ini memandang kaget dan bengong sehingga lupa membe­ri hormat, tiga kali lengan baju Menteri Kam mengebut dan tiga orang penjaga itu pun roboh "pulas" di tempatnya.

Setelah melampaui penjagaan-penjaga­an dengan mudah, akhirnya mereka ber­dua tiba di depan kamar tahanan Han Ki dan melihat pemuda itu menggeletak pingsan di atas pembaringan batu dalam keadaan kaki tangan terbelenggu dan pingsan! Ternyata bahwa luka-lukanya yang tidak dirawat, dan tiga hari tidak diberi makan minum, akhirnya membuat pemuda yang sudah tidak peduli akan keselamatannya itu pingsan!

Di depan pintu kamar tahanan ini terdapat dua orang penjaga yang berbeda dengan para penjaga di depan karena mereka ini adalah dua orang panglima kaki tangan Suma Kiat. Begitu melihat munculnya Menteri Kam Liong dan Pang­lima Khu, dua orang itu meloncat kaget.

Seorang di antara mereka memutar golok menerjang Menteri Kam Liong dan yang seorang lagi meloncat ke sudut ruangan itu.

"Plak!" Panglima muda yang mener­jang Menteri Kam dengan pedangnya itu terbanting roboh dan pedangnya patah menjadi dua, sedangkan Panglima Khu yang melihat panglima ke dua lari ke sudut ruangan dan menarik sebuah tali yang tergantung di situ, cepat menubruk dan sekali pukul ia merobohkan panglima itu. Akan tetapi terlambat. Kiranya tali yang ditarik itu menghubungkan sebuah tempat rahasia dan terdengarlah bunyi berkerincing yang nyaring sekali. Suara itu segera disusul oleh bunyi kentung tanda bahaya yang membangunkan semua penjaga sehingga mereka berteriak-teriak dan membunyikan tanda bahaya pula.

"Tek San! Cepat, kaupondong Han Ki, biar aku yang melindungimu keluar!" Menteri Kam yang biasanya amat halus gerak-geriknya, kini dengan sikapnya meloncat ke depan, sekali renggut saja putuslah rantai yang mengikat pintu, mendorong daun pintu dan meloncat ke dalam kamar tahanan diikuti oleh murid­nya. Menteri Kam Liong kembali meng­gunakan jari-jari tangannya yang. kuat, mematahkan belenggu kaki tangan Han Ki yang masih pingsan. Dengan cepat Khu Tek San lalu memondong tubuh Han Ki yang lemas dan pada saat itu, ter­dengar bunyi alat tanda bahaya dipukul gencar di luar pintu kamar tahanan.

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang