Pada saat itu, sebelum Bhe Ti Kong atau Thian Tok Lama menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan mengerikan di sebelah depan. Sampai tiga kali terdengar jerit mengerikan itu jerit memanjang, jerit orang yang ketakutan, jerit kematian. Setelah gema suara jerit itu lenyap, yang terdengar hanya derap kaki kuda dan suasana menjadi menyeramkan dan menegangkan sekali.
"Harap Ciangkun menjaga dia baik-baik, pinceng akan mengadakan pengawalan di belakang. Kumpulkan semua tenaga untuk mengawal dia," kata Thian Tok Lama.
Bhe Ti Kong mengangguk, kemudian memanggil para panglima dan jagoan-jagoan Nepal, dan pasukan itu bergerak maju, Milana di tengah-tengah mereka, dijaga ketat.
"Apakah yang terjadi? Siapa yang menjerit tadi?" Bhe Ti Kong bertanya.
Para pelopor, jagoan-jagoan Nepal itu mengangkat bahu. "Kawan-kawan yang berada di depan tentu akan dapat memberi keterangan nanti," kata mereka. Mereka adalah tiga orang di antara sembilan jagoan Nepal yang tadi bernyanyi-nyanyi dan tertawa-tawa. Adapun yang enam orang lain telah mendahului gerakan pasukan sebagai pelopor dan pembuka jalan, juga sebagai pengawas agar jalan yang akan mereka lalui aman.
Milana tetap duduk tegak di atas kudanya dengan tenang. Dikurung di tengah-tengah antara para panglima dan jagoan Nepal, kudanya lari mencongklang, membuat tubuhnya terayun-ayun mengikuti gerakan kuda, dan rambut dara yang panjang itu berkibar. Mereka memasuki
bagian hutan yang lebat dan keadaan sudah mulai suram dan agak gelap.
"Haiii....! Lihat di depan itu....!" Tiba-tiba Bhe Ti Kong berteriak, disusul seruan-seruan kaget para jagoan Nepal yang cepat membalapkan kuda mereka menuju ke depan di mana tampak sesosok tubuh orang bersorban membujur di atas tanah.
Milana memandang dengan jantung berdebar. Dari jauh saja dia sudah dapat melihat bahwa orang yang rebah di atas tanah di tengah jalan itu tentulah seorang di antara jagoan Nepal yang tadi bernyanyi-nyanyi. Dugaannya memang tepat. Setelah mereka datang dekat dan para jagoan Nepal bersama Panglima Bhe Ti Kong meloncat turun dari kuda memeriksa, ternyata bahwa tubuh itu adalah mayat seorang di antara para jagoan Nepal yang mendahului jalan, rebah telentang dan tewas dengan sebatang pisau, pisaunya sendiri yang menjadi kebanggaan para jagoan Nepal itu, menancap di tenggorokannya!
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda membalap dari arah depan dan belakang. Hampir berbareng dua orang penunggang kuda itu tiba di situ. Yang datang dari belakang adalah Thian Tok Lama yang telah mendengar akan kematian seorang pembantunya dari Nepal, adapun yang datang dari depan adalah seorang jagoan Nepal lain yang bermuka pucat dan yang begitu datang melapor dengan suara terengah-engah kepada Thian Tok Lama, "Celaka.... di depan ada lagi tiga orang teman yang tewas....!"
Thian Tok Lama terkejut dan marah sekali. Sambil mengeluarkan suara menggereng keras dia melayang turun dari atas punggung kudanya, berdiri dan memandang ke depan, mulutnya mengeluarkan suara yang nyaring melengking sampai bergema di seluruh hutan.
"Pinceng Thian Tok Lama memimpin pasukan khusus dari Koksu, siapakah begitu berani mati mengganggu kami dan membunuh empat orang anggauta pengawal pasukan kami?"
Semua orang diam dengan hati tegang membuka mata dan telinga menanti jawaban dan keadaan di hutan itu sunyi sekali, sunyi dan menyeramkan. Sampai dua kali Thian Tok Lama mengulang teriakannya namun belum juga ada jawaban.
Suara Milana yang tertawa mengejek memecahkan kesunyian yang menyeramkan itu. "Hem, mengapa kalian begini ketakutan?" Dara itu mengejek, hanya untuk memperolok orang-orang yang dibencinya itu. Dia sendiri tidak tahu siapa pembunuh orang-orang Nepal itu, tidak dapat menduga apakah pembunuh itu kawan ataukah lawan. Melihat caranya membunuh jagoan-jagoan Nepal yang lihai jelas dapat diduga bahwa pembunuhnya tentulah seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Akan tetapi dia yakin bukan ibunya yang melakukan hal itu. Cara yang dipergunakan ibunya selalu terbuka, tidak suka ibunya membunuh lawan secara menggelap macam itu. Ibunya adalah seorang gagah perkasa sejati sedangkan cara yang dipergunakan pembunuh ini menyeramkan penuh rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo
General FictionBu Kek Siansu adalah sebuah karakter khayalan hasil karya Kho Ping Hoo, dan merupakan serial bersambung terpanjang terbaik di samping seri Pedang Kayu Harum (Siang Bhok Kiam). Ia dikisahkan pada masa kecilnya disebut Anak Ajaib (Sin Tong) karena dal...