Setelah tiga orang tokoh pimpinan pemberontakan ini tewas, selesailah sudah pertempuran itu. Para pendekar tidak kembali ke sarang Tiat-liong-pang di mana masih dilanjutkan pertempuran berat sebelah antara pasukan pemerintan melawan sisa kaum pemberontak. Tiada seorang pun di antara para pendekar yang sesungguhnya ingin membantu pemerintah. Kalau mereka menentang pemberontakan Tiat-liong-pang adalah karena Tiat-liong-pang bukan memberontak demi kepentingan bangsa, melainkan dengan pamrih untuk berkuasa dan Tiat-liong pang tidak segan-segan untuk bersekutu dengan para tokoh sesat.
Setelah kemenangan itu, para pendekar lalu berkumpul dan saling memperkenalkan diri, lalu saling berpisah. Cu Kun Tek dapat membujuk Pouw Li Sian untuk ikut bersama dia pulang ke Lembah Naga Siluman di barat, di mana dia akan memperkenalkan Pouw Li Sian sebagai calon isterinya kepada orang tuanya. Pouw Li Sian yang sudah membalas cinta kasih yang tulus dari Kun Tek, yang tetap mencintanya walaupun ia sudah berterus terang bahwa dirinya telah ternoda oleh Siangkoan Liong, kini menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada pemuda yang tinggi besar dan gagah perkasa itu. Setelah kakak kandungnya yang merupakan sisa keluarganya terakhir tewas, gadis ini tidak mempunyai seorang pun anggauta keluarga, hidup sebatangkara di dunia ini.
Suma Lian, Gu Hong Beng, Sin Hong dan Kao Hong Li melakukan perjalanan bersama ke Tapa-san untuk pergi ke tempat pertapaan Suma Ciang Bun di mana Sin Hong menitipkan Yo Han. Gu Hong Beng dan Suma Lian menghadap pendekar itu untuk melaporkan semua hasil pembasmian gerombolan sesat itu dan juga Hong Beng hendak minta dukungan gurunya untuk membicarakan urusan perjodohannya dengan Suma Lian, karena gadis itu kini agaknya tidak akan keberatan lagi terhadap ikatan perjodohan yang dahulu dipesankan mendiang nenek Teng Siang In.
Suma Ciang Bun gembira bukan main menyambut empat orang muda itu, mendengar akan hasil yang baik dari usaha para pendekar menumpas gerombolan pemberontak, terutama sekali mendengar permintaan Hong Beng agar dia suka membicarakan urusan perjodohan antara Hong Beng dan Suma Lian dengan orang tua gadis itu. Pada hari itu juga, Suma Ciang Bun pergi mengunjungi rumah adik sepupunya, yaitu Suma Ceng Liong di dusun Hong-cun di luar kota Cin-an.
Yo Han yang kini dijemput oleh Sin Hong, juga merasa gembira walaupun dia juga menyesal harus berpisah dari Suma Ciang Bun yang bersikap amat baik kepadanya, bahkan telah mengajarkan dasar-dasar teori persilatan tinggi kepadanya. Sin Hong lalu mengajak Yo Han bersama dengan Kao Hong Li pergi berkunjung ke rumah gadis itu, yaitu rumah Kao Cin Liong ayah gadis itu di Pao-teng di sebelah selatan kota raja.
***
Kao Cin Liong dan isterinya juga menyambut pulangnya puteri mereka dengan gembira, apalagi mendengar betapa para pendekar telah berhasil menumpas para tokoh sesat yang bersekutu dengan gerombolan pemberontak. Kao Cin Liong berterima kasih sekali kepada Sin Hong yang telah berhasil mendapatkan kembali kedua buah senjata pusaka itu, terutama Ban-tok-kiam yang memang menjadi pusaka ibunya. Ketika Sin Hong menyerahkan kedua buah pedang pusaka itu, Kao Cin Liong hanya menerima Ban-tok-kiam saja.
"Biarlah kami menyimpan Ban-tok-kiam sebagai peninggalan ibuku," katanya kepada Sin Hong, "Engkau boleh menyimpan Cui-beng-kiam itu, Sute, karena pusaka itu adalah milik mendiang locianpwe Tiong Khi Hwesio yang menjadi suhumu pula."
Sin Hong menghaturkan terima kasihnya kepada Kao Cin Liong. Kemudian dia pun berpamit dari keluarga itu. Kao Cin Liong dan Suma Hui, isterinya, tidak dapat menahannya dan Sin Hong menggandeng tangan Yo Han, mengajaknya keluar dari rumah pendekar Kao Cin Liong yang masih terhitung suhengnya itu. Ketika tiba di luar, di pekarangan rumah itu, dia mendengar langkah kaki ringan dan dia menoleh.
Kao Hong Li berdiri di depannya dan dia melihat betapa kedua mata gadis itu basah oleh air mata dan agak kemerahan, tanda bahwa gadis itu menahan-nahan tangisnya. Dia pun menatap tajam, diam-diam dia menyelidiki isi hati gadis itu dan Sin Hong dapat merasakan getaran yang sama mendebarkan jantungnya ketika pandang mata mereka saling bertemu dan bertaut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Ficción GeneralBu Kek Siansu adalah sebuah karakter khayalan hasil karya Kho Ping Hoo, dan merupakan serial bersambung terpanjang terbaik di samping seri Pedang Kayu Harum (Siang Bhok Kiam). Ia dikisahkan pada masa kecilnya disebut Anak Ajaib (Sin Tong) karena dal...