BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI III

4.2K 52 0
                                    

Kaisar yang mendapat keterangan panjang lebar ini mengangguk-anggukkan kepalanya dan memuji akan kecerdikan perdana menterinya, maka dia lalu meno­lak permintaan Yung Hwa dengan alasan bahwa Yung Hwa akan dinikahkan dengan seorang Puteri Birma yang lebih cantik dan lebih hebat lagi. Adapun Puteri Bhutan lalu dipinang untuk Pangeran Liong Khi Ong!

Justeru kesempatan ini dipergunakan secara licin oleh dua orang pangeran pemberontak itu untuk menggagalkan semua rencana, hanya dengan niat agar Bhutan menjadi musuh Pemerintah Ceng dan kelak mudah mereka ajak bersekutu untuk melawan pemerintah kakak mereka atau keponakan mereka sendiri.

Betapapun kedua orang pangeran itu merahasiakannya, namun tetap saja terasa oleh semua orang suasana panas, suasana tidak enak yang meliputi istana. Apalagi ketika dikabarkan bahwa Pange­ran Yung Hwa yang "patah hati" itu lolos meninggalkan istana tanpa pamit! Dan dikabarkan bahwa ada bentrok yang mulai terasa di antara perdana menteri dan kedua orang pangeran tua. Suasana panas ini tidak langsung ditimbulkan oleh mereka yang bersangkutan, melainkan oleh kaki tangan masing-masing dan mulailah terjadi pelotot-mempelototi, sindir-menyindir antara pengawal masing-masing apabila bertemu di jalan raya di kota raja. Bahkan telah terjadi beberapa kali bentrokan bersenjata, sungguhpun hanya kecil-kecilan dan secara bersembu­nyi.

Puteri Milana yang juga merasakan sua­sana panas ini sesungguhnya dia tidak lagi tinggal di istana, melainkan tinggal di gedung suaminya yang menjadi perwira tinggi dan pengawal istana. Dari suami­nya, yang biarpun hubungan mereka seperti saudara saja namun masih bersi­kap baik kepadanya, dia mendengar tentang keadaan di istana. Dengan hati khawatir Milana mulai sering mengun­jungi Istana untuk mendengar-dengar dan melakukan penyelidikan. Jiwa patriotnya tersentuh dan agaknya sifat kepahlawan­an ibunya menurun kepadanya. Dia meng­hadap kaisar yang menjadi kakeknya itu, dengan terus terang menyatakan kekha­watirannya tentang desas-desus bahwa ada persekutuan pemberontak mengancam pemerintah. Kakeknya menertawakan cucunya ini, akan tetapi tidak melarang ketika Milana membentuk sebuah pasukan pengawal khusus yang dipimpinnya sendiri untuk melakukan penyelidikan dan untuk membasmi pemberontak yang berani mengacau kota raja! Pendeknya dia mencontoh ibunya, Puteri Nirahai, untuk menjaga keselamatan kota dan semua keluarga kaisar! Dan dengan adanya pasukan istimewa inilah maka keadaan kota raja mulai agak tenang dan kesela­matan penghuninya terjamin. Dua orang pangeran tua itu lebih berhati-hati, tidak berani melakukan tindakan terlalu menyo­lok karena merekapun maklum betapa lihainya cucu keponakan mereka, Puteri Milana.

Demikianlah sedikit gambaran keadaan kota raja, dan sudahlah sepatutnya kalau Gak Bun Beng merasa gelisah karena memang dia sedang menuju ke tempat yang amat gawat, yang setiap saat dapat meletus menjadi perang pemberontakan yang dahsyat. Namun, tujuan yang utama Gak Bun Beng bukanlah untuk menyelidiki kota raja atau untuk melihat kesela­matan Milana, melainkan untuk mengan­tar Syanti Dewi. Andaikata tidak ada Puteri Bhutan ini yang ditolongnya, kiranya mendengar apapun tentang kota raja dan istana, tidak akan menggerakkan hatinya untuk mengunjungi tempat itu.

Di sepanjang perjalanan, makin dekat dengan kota raja makin tampaklah suasa­na pertentangan. Bahkan di antara rakyat sendiri, ada yang pro dan ada yang anti kepada kaisar dan putera mahkota. Hal ini lumrah karena rakyat, betapapun juga menyadari bahwa pemerintah yang sekarang adalah pemerintah penjajah yang bagaimanapun tidak bisa mendapat­kan dukungan sepenuhnya dari lubuk hati mereka.

Syanti Dewi memperoleh kemajuan pesat dalam ilmu silat. Gak Bun Beng tidak tanggung-tanggung mengajarkan rahasia-rahasia ilmu silat tinggi, bahkan dia telah mengoperkan hawa sin-kang gabungan Swat-im-sin-kang (Tenaga Inti Salju) dan Hui-yang-sin-kang (Tenaga Inti Api) yang amat mujijat dari dalam tubuhnya ke dalam tubuh dara itu. Sampai pingsan Syanti Dewi menerima tenaga dahsyat ini, dan bagi Gak Bun Beng sendiri, pengoperan tenaga sin-kang ini membuat dia selama tiga hari tiga malam harus berdiam diri mengumpulkan hawa murni untuk memulihkan tenaganya. Dengan memiliki dasar tenaga sin-kang gabungan ini, biarpun ilmu silat yang dimainkan oleh Syanti Dewi masih sama dengan beberapa bulan yang lalu, namun kelihaiannya naik menjadi sepuluh kali lipat! Juga, biarpun dalam waktu singkat itu dia hanya menerima jurus-jurus baru yang tidak lebih dari belasan macam saja banyaknya, namun jurus-jurus ini sudah cukup untuk dipergunakan melindungi diri dari ancaman lawan yang amat kuatpun!

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang