Jilid 3

5.1K 54 4
                                    

Tiba-tiba dia mengubah gerakannya dan berseru, "Awas, Sian-moi, aku akan menyerang dengan tendangan Ban-kin-twi!" Dan kini Siangkoan Liong sudah menggunakan kedua kakinya yang secara bertubi-tubi melakukan tendangan yang amat cepat dan kuat. Ban-kin-twi (Tendangan Selaksa Kati) adalah ilmu ten­dangan dari ayahnya, dan selain cepat dan sukar diduga dari mana datangnya tendangan, juga amat kuat, sesuai de­ngan namanya. Melihat tendangan kedua kaki menyambar-nyambar dari segala jurusan ini, Li Sian cepat memainkan San-po Cin-keng dan kedua kakinya mem­buat langkah-langkah aneh yang teratur dan sungguh aneh, semua sambaran kaki Siangkoan Liong hanya mengenai angin saja karena setiap kaki meluncur, tubuh gadis itu telah bergeser dengan langkah­nya yang ringan aneh dan cepat. Akan tetapi, dengan begini, Li Sian tidak mam­pu lagi balas menyerang sehingga ia nampak terdesak.

"Sekarang aku akan menyerang de­ngan Ilmu Silat Tiat-wi Liong-kun, Sian-moi. Awas!" Dan pemuda itu sudah menghentikan rangkaian tendangannya, kini menyerang dengan cengkeraman-cengke­raman yang dicampur dengan totokan dan tendangan. Li Sian menghadapi serangan­serangan ini dengan kembali memainkan Lo-thian Sin-kun agar ia dapat membalas serangan dan keduanya sudah bertanding lagi dengan amat serunya.

Ketika Siangkoan Liong melihat ke­sempatan baik, melihat tangan kanan Li Sian menyambar ke arah lambungnya dengan pukulan jari tangan terbuka, se­rti pedang, secepat kilat dia menangka­p pergelangan tangan kanan itu dengan tangan kanannya dan cepat sekali, tanpa dapat diduga oleh Li Sian, dia sudah menyusup ke belakang tubuh gadis itu sambil memuntir lengan kanan Li Sian sehingga lengan kanan gadis itu terpuntir ke belakang tubuhnya. Kini tubuh Siang­koan Liong berada di sebelah kiri agak ke depan, dengan lengan kanan gadis itu masih dipuntir dan dicengkeram perge­langannya. Li Sian cepat menggunakan siku lengan kirinya untuk menyerang agar pemuda itu melepaskan lengan kanannya, akan tetapi serangan ini sudah diduga lebih dahulu oleh Siangkoan Liong yang cepat menggunakan tangan kirinya men­cengkeram pula ke arah siku lengan kiri Li Sian. Siku itu dapat dicengkeram dan ketika gadis itu merasa tenaga pada lengan kirinya lenyap dan lumpuh. Ia terkejut dan cepat memutar tubuh kekiri dan kakinya bergerak hendak mengi­rim tendangan. 

Akan tetapi kembali ge­rakan ini sudah dapat diduga oleh Siangkoan Liong dan cepat sekali kaki pemuda itu telah mendahului, dimajukan ke depan di antara kedua kaki Li Sian. Dengan demikian, tentu saja gadis itu tidak be­rani melakukan tendangan karena bagian tubuhnya yang paling rahasia menempel pada paha di atas lutut Siangkoan Liong. Gadis itu mencoba untuk meronta, namun hasilnya hanya membuat dadanya ber­geser dengan lengan kiri pemuda itu yang mencengkeram siku kirinya dan lengan itu ditekuk sehingga siku kiri pemuda itu mengancam dadanya! Wajah Li Sian berubah merah sekali merasa betapa bagian tubuh depan telah ber­sentuhan dan didekap oleh siku dan lutut pemuda itu!

"Sian-moi, inilah ilmu gulat yang ter­dapat dalam Tiat-wi Liong-kun kami. Maafkan aku!" katanya dan ketika bicara ini, wajahnya dekat sekali dengan wajah Li Sian. Dia pun melepaskan kedua ta­ngannya dan melangkah mundur sambil berkata lagi, "Wah, ilmu kepandaianmu hebat sekali, Sian-moi. Kalau aku tidak mempergunakan akal dengan ilmu gulat yang tidak kaukenal, belum tentu aku akan mampu menyelamatkan diri dari serangan-serangan dan desakanmu."

Sampai beberapa lamanya Li Sian tidak mampu bicara, jantungnya masih berdebar keras dan tubuhnya terasa pa­nas dingin. Ia merasa malu sekali. Bukan karena kekalahannya, sama sekali bukan, melainkan mengingat betapa tadi ia dirangkul, didekap dan tubuhnya bersentuh­an dengan tubuh pemuda itu! Ia tidak dapat marah, karena ia tahu bahwa pe­muda itu sama sekali tidak bermaksud menghinanya, bukan bermaksud melaku­kan perbuatan cabul dan tidak sopan. Bukankah Siangkoan Liong sudah mem­peringatkannya setiap kali hendak me­ngeluarkan suatu ilmunya? Dan pemuda itu tadi mempergunakan ilmu gulat un­tuk mengalahkannya, dan tentu saja ilmu gulat itu dimainkan dengan cara menangkap, memuntir dan menekan atau meng­himpit. Akan tetapi, mengingat betapa payudaranya tadi tertekan lengan Siangkoan Liong, dan antara kedua pahanya tertekan lutut pemuda itu, sungguh mem­buat ia merasa tubuhnya panas dingin.

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang