BUKU 11. SULING EMAS & NAGA SILUMAN V (TAMAT)

9.3K 82 3
                                    

Melihat betapa Ngo-ok agaknya ter­luka parah oleh pemuda yang tak ter­kenal itu, empat orang datuk menjadi marah bukan main. Mereka dapat men­duga bahwa tentu pemuda ini merupakan seorang di antara pendekar yang melin­dungi Pangeran, maka Su-ok dan Sam-ok sudah menerjang maju dengan dah­syat. Karena mereka berdua maklum bahwa orang yang telah melukai Ngo-ok dalam waktu sesingkat itu tentu memiliki kepandaian tinggi, maka kedua­nya sudah menerjang dengan pengerahan sin-kang sekuatnya dan begitu menerjang mereka pun sudah mengeluarkan ilmu mereka yang paling hebat. Sam-ok sudah mengeluarkan Ilmu Thian-te Hong-i, yaitu menyerang sambil memutar-mutar tubuh­nya seperti gasing itu, sedangkan Su-ok juga sudah mempergunakan pukulan Katak Buduknya yang ampuh.

Akan tetapi pendekar muda dari Kun-lun-pai ini adalah seorang murid yang selama bertahun-tahun digembleng sendiri oleh Thian Heng Tosu, seorang pertapa sakti yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas sekali dalam ilmu silat. Han Beng memiliki pengertian yang mendalam dari pelbagai ilmu silat tinggi, dan dari suhunya dia pernah pula mendengar keistimewaan dari ilmu-ilmu seperti yang kini dihadapinya. Gurunya pernah bicara tentang ilmu silat yang dilakukan dengan badan berputaran itu, juga pernah bicara tentang ilmu pukulan yang dilakukan sambil berjongkok itu. Maka dia pun tidak bersikap ceroboh, maklum akan kelihaian lawan dan dia memutar pedang­nya dengan cepat. Dia tidak mau menangkis pukulan Su-ok, dan juga dia me­nahan bahaya yang datangnya dari Sam-ok dengan sinar pedangnya yang berca­haya kemerahan. Pedang, di tangan pe­muda ini bukan pedang sembarangan, melainkan sebuah pusaka dari Kun-lun-pai yang diterimanya dari suhunya. Pe­dang itu berpamor daun-daun merah maka mempunyai sinar merah dan ber­nama Ang-hio-kiam (Pedang Daun Me­rah).

Sinar merah yang bergulung-gulung itu mengeluarkan suara berdesing nyaring dan segera nampak bahwa pemuda de­ngan pedang pusakanya itu ternyata memiliki ilmu pedang yang amat hebat sehingga tokoh ke tiga dan ke empat dari Im-kan Ngo-ok itu pun sampai ter­desak oleh gulungan sinar pedang! Tentu saja mereka menjadi terkejut sekali. Kalau mereka berlima kewalahan menghadapi Bu-taihiap dan isterinya yang dibantu oleh Ban-kin-sian Cu Kang Bu, hal itu tidak membuat mereka penasaran. Bu-taihiap adalah seorang pendekar sakti yang telah amat terkenal namanya se­dangkan satu di antara isterinya yang tempo hari membantunya bukan lain adalah Cui-beng Sian-li Tang Cun Ciu, wanita sakti yang pernah menggegerkan dunia persilatan dengan perbuatannya yang amat berani, yaitu mencuri pedang Koai-liong-pokiam dari dalam istana. Kemudian yang membantu mereka, Ban-kin-sian Cu Kang Bu, biarpun jarang keluar dari Lembah Suling Emas dan tidak terkenal di dunia kang-ouw, namun merupakan tokoh penghuni lembah itu, maka kekalahan Im-kan Ngo-ok dari mereka bukan merupakan hal yang perlu dibuat penasaran. Akan tetapi kalau se­karang ini, dalam beberapa gebrakan saja Ngo-ok telah terluka, dan kini Su-ok bernama Sam-ok yang mengeroyok pemu­da tak bernama itu malah terdesak, sungguh membuat orang merasa pena­saran bukan main.

"Tahan!" teriakan Toa-ok ini amat berpengaruh dan dua orang temannya sudah mundur, juga Cia Han Beng meng­hentikan gerakan pedangnya, memandang tajam kepada lima orang datuk itu. Ngo-ok masih mendekap dada dengan tangan kiri, akan tetapi tidak mengeluh lagi. Tadi dia telah mengobati lukanya dan biarpun luka itu cukup parah, namun tidak membuat dia roboh. Kini dia pun berdiri sambil memandang dengan muka merah penuh kebencian dan kemarahan kepada pemuda itu.

"Oreng muda, siapakah engkau dan mengapa engkau menyerang kami? Meng­apa engkau mencampuri urusan kami?" Toa-ok bertanya karena menyaksikan keli­haian pemuda itu, dia harus lebih dulu mengenal siapa adanya orang ini sebelum turun tangan.

Pemuda itu melintangkan pedangnya di depan dada, memandang jijik kepada Ngo-ok, kemudian menjawab, suaranya lantang namun tenang, "Aku bernama Cia Han Beng dari Kun-lun-pai."

"Ah, kiranya seorang pendekar Kun-lun!" kata Toa-ok dengan sikapnya yang lemah lembut dan halus itu, sungguh tidak sesuai dengan keadaan muka dan badannya yang mirip gorila, "Kalau benar engkau dari Kun-lun-pai, orang muda, sungguh ada dua hal yang amat mengherankan hati kami."

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang