Jilid 4

5.7K 44 0
                                    

Sai-cu Lama tidak melihat adanya lowongan untuk melarikan diri. Melarikan diri dari dua orang lawan yang sakti itu berarti bunuh diri, maka diapun mengamuk dan melawan mati-matian dan sekuat tenaga. Tentu saja dia harus bergerak lebih cepat dan mengalurkan tenaga lebih banyak dari pada dua orang yang mengeroyoknya dan karena itu, sebentar saja tubuhnya sudah penuh keringat, napasnya memburu dan dari kepalanya yang gundul itu keluar uap tebal!

Setelah merobohkan lawannya, Suma Hui membalikkan tubuh dan melihat betapa suaminya, Kao Cin Liong masih terlibat dalam perkelahian yang amat seru melawan kakek cebol Im-kan Kwi atau Iblis Akhirat, wanita yang gagah ini mengeluarkan suara melengking nyaring dan ia pun menerjang ke dalam perkelahian itu.

"Haiiiittt....!" Sepasang pedang di tangannya sudah berubah menjadi dua sinar bergulung-gulung yang menyambar-nyambar ke arah kepala dan tubuh Iblis Akhirat. Tentu saja orang pertama dari Sam Kwi ini terkejut bukan main. Menghadapi Kao Cin Liong saja dia sudah merasa repot dan terdesak terus, makin lama dia merasa tubuhnya semakin lemah dan lelah sedangkan lawannya nampak masih segar. Kini, isteri lawannya yang memainkan sepasang pedang dengan amat ganasnya, ikut maju mengeroyok! Tentu saja diamenjadi panik dan gerakannya kacau. Kesempatan ini dipergunakan oleh Kao Cin Liong utuk mengirim sebuah tendangan ke arah perut kakek cebol itu.

"Dukkk....!" Iblis Akhirat yang juga seorang ahli tendang Pat-hong-twi, berhasil menangkis tendangan itu dengan kakinya, akan tetapi pada detik yang sama, pedang di tangan kiri Suma Hui "masuk" dan menyayat paha kakinya.

"Srattt....!" Darah mengucur deras dari celana dan kulit paha yang robek. Iblis Akhirat ter­kejut, golok Toat-beng Hui-to yang hanya dapat di­pergunakan dalam jarak jauh, kini dibabatkan ke arah perut Suma Hui, sedangkan tangan kirinya menceng­keram ke arah selangkang Kao Cin Liong. Hebat memang orang pertama dari Sam Kwi ini. Dalam keadaan terluka itu, dia masih mampu sekaligus mem­bagi serangan kepada dua orang lawannya. Dan se­rangan berganda inipun sama sekali tak boleh dipan­dang ringan karena kalau mengenai sasaran, tentu dua orang lawannya itu akan roboh tewas! Akan tetapi, tentu saja suami isteri keturunan Gurun Pasir dan Pulau Es itu tidak mudah dirobohkan oleh lawan yang sudah terdesak.

"Tranggg....!" Golok itu dibabat oleh pe­dang sedemikian kerasnya sehingga patah, dan ta­ngan yang mencengkeram itupun dapat ditangkis oleh Cin Liong yang menyusulkan tamparan ke arah kepa­la. Pada saat yang sama, sepasang pedang di tangan Suma Hui telah melakukan gerakan menggunting, sa­tu ke arah kaki dan satu ke arah pinggang! Dalam satu detik, tubuh Iblis Akhirat menghadapi serangan ke arah kepala, pinggang dan kakinya. Dia terkejut dan dengan gugup berusaha meloncat ke belakang. Namun kurang cepat.

"Prokk!" Iblis Akhirat tidak sempat mengeluh karena kepalanya retak terkena tamparan tangan Cin Liong dan tubuhnya terlempar lalu terbanting jatuh tanpa dapat bergerak kembali!

Suma Hui yang seperti seekor naga betina haus darah, begitu lawan ke dua ini tewas, ia sudah menerjang lagi memasuki perkelahian antara Iblis Mayat Hidup dan Kam Bi Eng. Sepasang pedangnya bergu­lung-gulung mengurung tubuh Iblis Mayat Hidup yang menjadi terkejut karena sejak tadi diapun sudah repot menghadapi suara suling emas yang melengking-lengking dan yang membawa sinar-sinar maut itu dari lawannya, Kam Bi Eng. Melihat betapa Suma Hui menerjang maju membantunya, Kam Bi Eng lalu berseru, "Enci Hui, kuserahkan tengkorak ini kepa­da enci dan cihu (kakak ipar), aku mau membantu suamiku!" Berkata demikian, Kam Bi Eng meloncat keluar dari perkelahian itu dan langsung menubruk ke arah Raja Iblis Hitam yang sedang berkelahi me­lawan suaminya, Suma Ceng Liong.

Sebenarnya, kalau dia menghendaki, Suma Ceng Liong sudah akan dapat merobohkan lawannya sejak tadi. Tingkat kepandaiannya masih lebih tinggi dari lawannya. Akan tetapi pendekar ini memang sengaja mempermainkan lawannya. Betapa­pun juga, tidak ada niat membunuh lawan dalam ha­tinya. Akan tetapi tiba-tiba isterinya masuk dan me­ngirim serangan dahsyat ke arah Raja Iblis Hitam yang menjadi kaget dan terhuyung ke belakang. Ma­ka diapun menerjang maju lagi membantu isterinya yang tentu saja membuat Hek-kwi-ong si Raja Iblis Hitam menjadi semakin repot dan terdesak.

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang