Chapter 26

13.2K 1.5K 149
                                    

Ara memasuki kamar Jimin atau yang lebih tepatnya adalah kamarnya bersama Jimin. Ia bisa melihat seorang lelaki tengah tertidur diatas ranjang dengan hampir seluruh tubuhnya ditutupi oleh selimut.

Ara mendekat kearah ranjang tersebut. Matanya kemudian sedikit membulat ketika melihat keadaan Jimin yang sangat kacau menurutnya. Warna kulitnya kini pucat pasi layaknya sebuah kertas, bibirnya kering, bagian kantung matanya tampak gelap. Serta luka-luka lecet di wajahnya akibat pukulan dari ayahnya beberapa waktu yang lalu masih terlihat jelas. Sungguh, ia tak tampak seperti manusia.

Ara hanya bisa menatap miris melihat Jimin saat ini. Namun, tetap saja Ara dibuat lemah melihat kondisi lelaki yang sebenarnya sangat ia cintai ini. Tangannya bergerak pelan kearah dahi Jimin. Ia hanya ingin merasakan suhu tubuh Jimin.

Tetapi, Ara mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin menjadi lemah lagi. Jika ia merasakan bahwa Jimin benar-benar sakit nanti, maka ia akan sangat bersalah pada Jimin dan hatinya pun kembali luluh pada lelaki ini.

"Ahh ... eungg ... akh ..." desah Jimin dalam tidurnya.

Ia tampak gelisah saat ini. Terlihat keringat dingin yang mulai bercucuran di daerah wajahnya.

Lagi, Ara semakin lemah melihat Jimin seperti ini. Ara semakin tak bisa memalingkan dirinya begitu saja setelah melihat kondisi Jimin yang begitu memprihatinkan sekarang. Ia kemudian mengambil sebuah saputangan dari dalam tas yang ia bawa sedari tadi.

Ara mulai berjongkok, mendekatkan wajahnya pada Jimin. Perlahan ia mulai mengusap keringat dingin yang mengalir di daerah pelipis lelaki itu. Sangat lembut dan pelan, ia tak ingin lelaki ini tersadar dari tidurnya.

Jimin terus saja mengucapkan kata-kata yang tak jelas. Ia meracau cukup parah. Mimpi buruk, itulah yang Ara simpulkan setelah melihat kondisi Jimin. Selama ini, Jimin sangat sering mengalami mimpi buruk dalam tidurnya. Terlebih lagi lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya ini sedang dalam keadaan sakit. Dan, Ara sangat mengetahui bahwa jika Jimin sudah sakit seperti ini maka akan berlangsung lama. Bahkan bisa hampir sebulan.

Namun, seolah tak ingin berlama-lama disana Ara segera bangkit dari posisinya sembari memasukkan kembali saputangan itu ke dalam tasnya lagi. Ia mulai melangkahkan kakinya menjauh dari ranjang itu menuju ke pintu kamar.

"Maaf ... maaf Ara-ya, ini semua salahku ..." suara serak nan berat milik Jimin sukses membuat Ara menghentikan langkahnya dan sedikit menoleh pada lelaki itu kembali.

Namanya disebut dalam mimpi lelaki yang notabene-nya masih sangat ia cintai walaupun setelah menerima semua perlakukan kasar dari lelaki itu.

"Hyesoo-ya, mianhae ..." lirih Jimin kembali.

Tentu saja, memanggil nama Ara bagai sebuah kesalahan disana, pikirnya. Tak mungkin lelaki itu memimpikannya. Ara pun langsung kembali berniat melanjutkan langkahnya.

"Maaf karena aku terlalu cepat melupakanmu, maaf karena terkadang aku lebih mencintainya ..."

Degg ...

Tak ada nama Ara disebutkan, tak ada yang mengatakan bahwa Ara yang dimaksudkan oleh Jimin dalam ucapannya barusan. Namun, entah kepercayaan darimana hingga membuat Ara meyakini bahwa ialah gadis yang membuat Jimin melupakan sang mantan kekasih begitu cepat.

"Aku tahu aku seharusnya membencinya. Aku tahu aku sudah memperlakukannya dengan buruk, tapiㅡ"

Jimin terlihat seperti seseorang yang tengah sesak napas dalam tidurnya. Ia seolah sedang mengakui dosanya dalam mimpinya.

"ㅡtak bisa kupungkiri rasa bersalah selalu menghampiriku. Akuㅡ akuㅡ"

Ara masih setia berdiri di dekat ranjang mereka sembari menatap Jimin yang terus mengeluarkan keringat dinginnya.

YOUNG BRIDE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang