Chapter 44

11.9K 1.4K 190
                                    

Pelukannya pada Ara belumlah merenggang namun Jimin kini tampak sudah bisa bernapas dengan lega. Terlihat dari helaan napasnya berkali-kali dalam memeluk Ara.

"Jimin-ah, ada apa?" Ara melepas pelukan Jimin dan memegang kedua lengan Jimin.

Jimin masih mengatur napasnya sembari menatap Ara.

"Hei!!" seru Jimin tiba-tiba.

Ara membulatkan matanya sontak melihat Jimin.

"Sedang apa kau di sini pagi-pagi buta? Pergi tanpa pamit, apa maksudmu?!" Jimin tampak benar-benar sedang memarahi Ara saat ini.

Ara bingung menatap Jimin. Ara masih tak mengerti apa yang membuat Jimin seperti ini.

"Kau tidak tahu aku hampir mati memikirkanmu telah masuk ke sana! Ponselmu tak diangkat!"

"Ah! Aku kehilangan ponselku ...."

"Sepatumu kenapa disini?"

"Tadi ada nelayan wanita yang sedikit cedera, jadi aku membantunya pulang dan aku lupa memakai sepatu karena tadi ku lepaskan karena sedang berjalan-jalan. Tapi, kenapa?"

"Lalu, kenapa kau pergi pagi-pagi buta ke sini?"

"Hanya ... aku hanya ingin menghirup udara bebas," ucap Ara yang masih tampak bingung.

Jimin menatap Ara dengan menghela napasnya kuat. Gadis ini benar-benar tak menyadari bahwa ia telah membuat dirinya hampir terkena serangan jantung.

"Jangan seperti ini lagi. Aku benar-benar bisa gila nanti," ucap Jimin menatap Ara.

Ara masih bingung menatap Jimin. Ia sama sekali belum mengerti dengan sikap Jimin. Kenapa ia bisa disini, kenapa Jimin tahu ia disini. Ara masih belum bisa mendapat gambarannya.

***

Jimin dan Ara kini tengah duduk di tepi pantai sembari menatap pantai yang kini mulai di datangi orang. Keduanya duduk bersebelahan dengan tangan Jimin yang sedari tadi menggengam tangan Ara erat. Tak dibiarkannya Ara menjauh darinya.

"Kau berpikir aku akan bunuh diri?"

Jimin terdiam, ia tak bisa mengelak akan hal itu. Ara kemudian malah tersenyum melihat Jimin.

"Aku tidak akan mati sekarang ... aku tak bisa meninggalkanmu sekarang," ucap Ara dengan sedikit helaan napasnya menatap jauh ke laut.

Jimin mulai menolehkan kepalanya ke arah kiri. Menatap wajah Ara yang menatap lurus ke depan.

"Aku harus menunggu waktu kita dipertemukan kembali nanti," lirih Ara menoleh menatap Jimin kali ini.

Jimin masih setia menatap wajah Ara yang masih tersenyum itu. Tak ada niat berpaling darinya.

"Tidak bisa! Aku tidak bisa melepasmu begitu saja," ucap Jimin tiba-tiba setelah tampak berpikir sembari menatap wajah Ara.

"Oh?"

"Aku tidak mau bercerai denganmu, aku tidak bisa."

"Jimin-ah ...." Ara sedikit memutar tubuhnya agar menatap Jimin lebih jelas.

"Aku tidak perduli jika kita hidup dalam luka. Aku tidak perduli! Yang penting kita bersama," ucap Jimin yang terkesan begitu tegas.

Ara masih menatap Jimin dengan bola mata yang membulat menatap perubahan sikap Jimin.

"Jika hal seperti ini terjadi lagi dan saat itu aku tidak bersamamu. Aku akan benar-benar kehilanganmu, aku tidak mau."

"Tidak akan ada hal seperti itu."

YOUNG BRIDE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang