Jimin langsung berlari sesaat setelah ia turun dari taksi. Angin pantai langsung menyambutnya hingga membuat rambut hitam pekatnya sedikit terhembus angin. Seraya berlari ia pun merapatkan jaketnya.
Minimarket di seberang pantai menjadi tujuannya. Ia menyuruh pria yang menemukan ponsel Ara tadi untuk menunggunya di sekitar pantai.
"Apa mungkin kau yang di telepon tadi?" Jimin menghampiri pria yang tengah duduk di bangku di depan minimarket itu.
"Iya, ini ponselnya?" Pria itu kemudian bangkit dari duduknya sembari merogoh saku kanan jaketnya dan menyodorkannya pada Jimin.
Jimin menghela napasnya berat. Itu benar ponsel Ara. Kenapa ia kesini? Terlebih ia pasti pergi pagi-pagi buta tadi, pikir Jimin yang masih bingung.
"Dan, ini sepatu yang di samping ponsel itu. Aku pikir orang menjatuhkannya tapi setelah kulihat sekeliling, tak ada siapapun." Tambah pria itu.
"Benar-benar tak ada siapapun?" Dengan pertanyaan itu Jimin berharap seolah pikiran buruknya tentang Ara tidak benar.
"Ne! Kalau dipikir-pikir, mana ada orang yang ke pantai pagi buta seperti ini? Aku karena tinggal disini dan berniat untuk lari pagi di sekitar pantai. Lalu, aku mendengar suara ponsel di balik pasir. Ponselnya sedikit terbenam."
Jimin benar-benar mendengar penjelasan pria itu. Jimin masih digeluti perasaan takut. Ia sangat takut sesuatu terjadi pada Ara.
"Tapi, aku berpikir kenapa sepatunya bisa terletak disana? Ponsel bisa saja jatuh, tapi sepatu? Ia seolah benar-benar ingin pergi ...." pria itu mulai berpikiran yang sama dengan Jimin.
Jimin mulai menatap pria itu. Ia seolah berharap bahwa itu tidak benar.
"Maaf sebelumnya ... apa mungkin ia bunuh diri?"
Degg ....
Jimin membelalakan matanya. Ia sungguh terkejut. Entah apa yang membuatnya terkejut, padahal sedari tadi itu pikiran buruk yang ia pikirkan namun tak berharap itu terjadi.
"Bukan seperti itu, aku tinggal disini. Jadi, ada beberapa kali kasus seperti itu. Mereka meninggalkan sepatu dan ponsel di tepi pantai."
"Dimana tepatnya? Dimana kau menemukan ini?" Jimin seolah tak sanggup mendengar penjelasan pria itu lagi.
"Disana! Sangat dekat dengan air!" tunjuk pria itu jauh.
Jimin pun melihat ke arah yang ditunjuk. Pria itu kemudian mengisyaratkan Jimin bahwa ia akan mengantarnya kesana. Jimin pun mengikuti langkah pria itu.
Dan, sesampainya di tepi itu Jimin menatap pasir serta air laut yang terus bergerak maju dan mundur itu. Pria itu kemudian pergi meninggalkan Jimin sendiri.
Jimin kemudian menatap sepatu Ara yang ia pegang di tangan kanannya. Kali ini perasaan yang ingin ia tolak sedari tadi itu bagai sudah terkurung di pikirannya.
"Ara-ya ...," lirihnya berat.
Jimin tampak mulai kesulitan mengambil oksigen yang bergerak bebas itu. Ia menggigiti bibir bawahnya dengan mata yang mulai berair menatap air laut yang terbentang luas itu.
"Tidak! Ara-ya!" Jimin membuang sepatu Ara itu ke pasir dan ia mulai sedikit berlari meneriakkan nama Ara kuat.
"Ara-ya! Yoo Ara!!"
Tak ada jawaban. Suara Jimin pun terkesan menghilang karena di telannya angin yang berhembus kuat.
Jimin tampak tak waras, sembari terus berjalan memutar di situ dan meneriakkan nama Ara berkali-kali. Ia mengacak-acak rambutnya kasar tanda dari kefrustasiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG BRIDE ✔
Fanfiction[COMPLETE] Highest Rank: #26 at Fanfiction [20170317] Kehidupan pernikahan dua pasangan yang memiliki kisah yang berbeda. Taehyung dan Eunsoo yang terpaksa menikah karena dijodohkan untuk menutupi skandal Taehyung. Jimin dan Ara yang sudah hampir s...