Prolog

379K 15.1K 594
                                    

Aku buat instagram cerita ini.
Kalian bisa follow buat tau updatean terbarunya.

@bendaharadanketuakelas

***

"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!"

"Boleh kok, apapun karena kamu."

"Gue bunuh lo besok!"

"Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?"

"IHHH VERO!"

Belum puas dengan apa yang ia lakukan, Vero mengambil karet bekas bungkus nasi uduk yang bekas dia makan. Ia menaruh karet tersebut dijari telunjuk tangan kanan dan menariknya dengan telunjuk kiri, mata cowok itu mengeker agar terkena pas dengan sasaran yang di tuju.

"VERO! Ngehe lo!" Refleks, Vella membalikkan tubuhnya ke belakang, kearah Vero yang menjepret punggungnya dengan karet.

"Aduh, maaf ya, Pella cantik."

"Tau ah, kesel!!"

Suasana kelas XII udah biasa dengan keributan Vero dan Vella. Tapi, karena fans mereka terlalu banyak, masih banyak aja yang mencie-ciekan mereka berdua. Bahkan dulu, ketika mereka kelas XI, banyak gosip yang menyebar bahwa mereka pacaran, padahal nggak sama sekali.

"Maaf ya, Vella Pella lala." ledek Vero.

"Maaf, maaf! Emangnya ini lebaran apa?!" bentak cewek itu kesal.

"Emang sekarang gak lebaran kok. Tapi, badan lo tuh yang lebaran." Vero cengengesan, tapi di tertawai oleh ketiga sahabatnya juga teman sebangku Vella, anak kelas yang mendengar juga ikut tertawa. Perkataan Vero emang jelas cuman meledek, aslinya badan Vella itu langsing.

Vella mengerucutkan bibirnya, "Gak jelas!"

"Jangan cemberut atuh, Vella Yasmira." Vero menoel-noel dagu Vella yang duduk di depannya, tapi menghadap ke belakang saat Vero menjahilinya. Vella hanya tersenyum paksa.

"Dari tadi kek senyumnya, kan manis. Eaa."

Bibir Vella hanya berkomat-kamit setelah mendengar perkataan Vero.

Vella yang tadinya duduk di depan Vero langsung berdiri dan berjalan menuju depan kelas.

"Woy, bayar uang kas 3 ribu." kata Vella cukup kencang. Satu per satu, anak-anak mulai maju ke depan kelas untuk bayar uang kas. Namun, tepat di paling belakang pojok kanan, 4 segerombolan anak cowok gak bangun dari tempat duduknya, artinya mereka enggan membayar uang kas. Vella yang melihat 4 cowok itu langsung menghampirinya.

"Woy, bayar uang kas!" Vella menaikkan satu oktaf. Tapi, hanya 3 orang yang menengok.

"Bayar Ka, Yo, Run."

Cowok yang bernama Arka, Rio dan Harun langsung mengeluarkan uang dari saku bajunya dengan terpaksa.

"Woy, tinggal lo doang yang belum bayar." Bukannya membayar, cowok itu mengeluarkan headset dari saku celananya. Sembari memasang headset tersebut, cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Vella.

Kemudian, Vella menepuk bahu cowok itu. Namun, cowok itu malah cengengesan sambil menggangguk-anggukkan kepalanya, mengikuti alunan musik dari headset yang dipakainya.

"Kalau orang ngomong, dijawab! Bukannya ngangguk-ngangguk gak jelas!" Vella langsung melepaskan headset yang dipakai cowok itu.

Cowok itu berdecak, "kenapa sih kenapa, Vella?"

"Cepetan bayar uang kas."

Cowok itu mikir sambil mengetuk jari telunjuknya ke dagunya. Vella berdecak, "Cepetan kek."

"Gak mau ah." kata Cowok itu. "Lagian kan, gue udah bilang, gak usah lah, pake acara ada uang kas segala. Uang jajan gue kepotong terus." Perkataan cowok itu disetujui oleh ketiga temannya.

"Ya elah, uang tiga ribu gak sebanding sama yang lo abisin di club."

"Eh, gue jarang ya ke club, gak kayak uang kas, setiap seminggu bayar dua kali."

"Tapi kan, kalau ke club lo ngabisin uang sampai juta-jutaan. Sedangkan uang kas gak sebesar apa yang lo abisin di club."

"Ya tapi kan, kalau gue ke club, uang itu bisa untuk kebahagian gue untuk sementara, sedangkan uang kas, untungnya apa coba buat gue?"

"Ya untuk kelas. Lagian cuman tiga ribu doang kok."

"Emangnya lo bisa, nyari duit sendiri? Kan lo bisa nyari duit sendiri kalau udah nikah sama gue, nanti kita carinya sama-sama." ledek cowok itu.

Suara cie-cie-an mulai memenuhi ruangan kelas XII Ips 1.

"Anjir, kode bege, Vel!"

"Langsung nikah ye! Mantep banget si Pero mah."

"Bego bat anjir."

Banyak perkataan seperti itu membuat ruang kelas XII Ips 1 penuh tawa. Bahkan tak sedikit anak-anak jaman now snapgram suasana kelasnya kini.

"Gila ih! Diketawain kan!" sinis Vella.

"Gapapa. Dari pada dihalalin disini. Mau?"

"Dih najis. Ogah!"

"Kamu jangan jutek-jutek dong. Nanti kalo gue suka gimana? Kan gawat." Vero menyenderkan bahunya pada bangku, lalu menaikkan kedua kakinya ke atas bangku.

"Idih geli najis."

Tatapan Vella beralih ke teman-teman ceweknya yang sedang mem-videokan dirinya dan Vero. "Jangan di videoin ih. Geli!"

"Pidioin aja. Pidioin terus. Supaya gue tenar." selanjutnya Vero tertawa ngakak.

"Vero geblek ya! Mana sini bayar!"

"Gak mau ah. Buang-buang duit. Tiga rebu bisa beli bakwan 3 di Bu Sayang."

"Tapi ini wajib, Vero. Lo kan orang kaya, bayar tiga ribu doang Ya Allah."

"Orang apa, orang apa?" Vero mengulangi perkataan Vella.

"ORANG KAYAK MONYET!"

Cowok itu tertawa sesaat, lalu menampilkan cengiran andalannya, "Gini deh," Cowok itu berpikir sejenak. "Yang mimpin di kelas ini siapa?" Vella mengangkat kedua bahunya cuek dengan wajah yang sudah semrawut.

"Mungkin lo gak paham kali ya," Cowok itu berpikir kembali, "Yang jadi ketua kelas di kelas ini siapa?" Tanpa sadar Vella menjawab, "Lo."

"Nah, ya udah, karena gue ketua kelas di kelas ini, gue gak setuju adanya uang kas." elak cowok itu.

"VERO GIORGINO!! NANTI GUE DIOMELIN SAMA BU ELIS!!" teriak Vella.

***

Kalo kata guru aku di sekolah teh gini, "kamu boleh kotorin wattpad. Tapi jangan kotorin diri kamu sendiri."

Hallo aku balik lagi HEHE

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang