Duapuluh Empat

109K 6.2K 199
                                    

Mobil range rover berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah bercat putih, abu-abu dan sedikit di dominasi dengan warna hitam.

Ya, Vero ke rumah Vella. Ini percobaan pertamanya untuk bikin Vella baper.

Vero melangkah masuk ke pekarangan rumah Vella, lebih tepatnya rumah orang tua Tasya. Dengan santai, Vero mulai memencet bel.

Pencetan bel pertama belum ada jawaban. Baru aja Vero ingin memencet bel yang kedua kalinya, suara knop pintu terputar terdengar.

Di lihatnya Vella yang tersenyum. Vella yang tau kalau tamu itu Vero, mimik wajahnya berubah menjadi sangar. Melihat Vella dengan wajah sangarnya, Vero cengengesan.

Dengan tampang sewotnya, Vella bilang, "Ngapain lo kesini? Mau isengin gue lagi? Awas lo kalau iseng-iseng gue! Gue tabok lo ntar lo!"

Vero masih cengengesan melihat tingkah Vella yang seperti perempuan menstruasi. "Cie... korban biskuat ya?"

"Ye... malah cengengesan sama ngatain gue lagi. Bukannya jawab pertanyaan gue."

Masih aja Vero cengengesan. Melihat Vella mengomel-ngomel itu ada favoritnya. Karena disaat Vella marah-marah, cewek itu terlihat lucu di mata Vero.

"Lo kenapa sih? Belom puas bikin gue bingung sama sifat lo yang ngebingungin? Dan terus lo ngapain coba kesini? Mau nyari masalah? Gue ngespam di sms tapi cuma di read doang! Emang ya, cow-"

Perkataan Vella mendadak terpotong karena Vero tiba-tiba memeluknya.

"Udah ngocehnya?" Vero mengusap rambut cewek yang berada di pelukannya kini dengan lembut.

"....." Vella terpaku dengan pelukan Vero yang tiba-tiba dan sentuhan jemari tangan Vero yang mengusap rambutnya lembut.

Perlahan Vero melepaskan pelukannya. "Ternyata bener ya, obat yang ampuh ketika cewek lagi marah itu pelukan dari cogan kayak gue."

Vella mencibir, "Idih najis, pede banget lo!"

"Ya udah, maafin gue ya, kalau sifat gue ngebingungin."

Vella menyipitkan matanya dan menatap Vero.

"Kelamaan lo," Vero menarik tangan Vella yang membuat tubuh gadis itu ikut berjalan mengikutinya.

"Ngapain sih lo, narik-narik gue?"

"Ya, supaya elo jalan ngikutin gue lah."

"Lepasin!" Baru aja mereka berdua berjalan keluar pagar, Vella meminta untuk di lepaskan genggaman Vero.

Mau tak mau, Vero melepaskan tangan Vella. Gagal udah rencananya untuk mengajak Vella jalan-jalan. Vero tak suka memaksa.

Vero masih aja berdiri sambil menatap Vella yang kembali lagi masuk ke rumah.

Baru aja Vero ingin berbalik badan, Vella memanggilnya. "Ihh Vero tungguin!"

Vero tersenyum. Ternyata benar, Vella balik lagi. Dengan langkah cepat, Vella menghampiri Vero.

Vero mengerutkan dahinya, bingung dengan sifat Vella. Vella yang peka langsung bilang, "Lo sih, main tarik-tarik gue aja. Gue belom pake sendal sama nutup pintu juga, hehe."

Vero terkekeh lalu mengacak-ngacak rambut Vella. Vella hanya mengerucutkan bibirnya lalu ikutan cengengesan. Vero langsung mengajak Vella masuk ke dalam mobilnya.

Vella peka dengan apa yang di maksud Vero. Tapi kenapa, tak peka dengan perasaan Vero? 

***

Di dalam mobil belum ada percakapan apa-apa antara Vero dan Vella, hanya ada lantunan musik Dewa 19 - Pupus.

Aku tak mengerti apa yang kurasa
Rindu yang pernah begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang tau
Meski kau takkan pernah tau

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang