Vella dan Rio sampai di tempat yang dituju. Cewek itu menghembuskan napasnya panjang-panjang. Sebelum masuk ke dalam makam, seperti biasa ia membeli air mawar juga bunga mawar.
Kini, mereka berjalan mencari makam Arlena. Setelah menemukan, Vella berjongkok sambil memegang batu nisan Arlena. Rio juga ikutam jongkok di samping Vella.
"Hai, mama!" Terdengar dari suara cewek itu, cewek itu sedang menahan nangis.
"Ma, Vella mau curhat deh. Vella sekarang di jauhin anak-anak yang lain. Cuma beberapa orang doang yang masih percaya Vella. Bahkan Vero, kalau mama inget kejadian itu, Vero pernah bilang disini, dia bilang dia mau jagain Vella, tapi sekarang dia juga kecewa sama Vella."Vella mengeluarkan semua air matanya, sampai-sampai ia lupa jika ada Rio disampingnya. "Ma... tadi siang, Vella di bully sama Bulan, Fani, Tiara, Windy sama Putri, mereka ngerobek seragam Vella, padahalkan seragam Vella, Vella beli pake gaji Vella sendiri. Waktu itu, pas sehari sebelum MOS, Vella diajak beli seragam sama tante Wina, tapi Vella gak enak, Vella ngerepotin keluarga Tasya terus. Coba sekarang mama ada di deket Vella, Vella bakalan peluk mama sambil curhat sama mama. Udah 16 tahun loh Vella gak pernah ngerasain dipeluk sama mama. Vella kangen mama. Semoga nanti di surga kita ketemu ya, ma, ntar Vella bakalan peluk mama erat-erat. Ma, doa Vella buat mama sekarang semoga mama tenang, bahagia di alam sana dan bisa jagain Vella dari jauh. Doa-in Vella juga ya, ma, semoga Vella bisa ngadepin ini semuanya. Amin."
Vella mencium ujung batu nisan kemudian mengusap air matanya. Kemudian dia menaburi bunga mawar dan menyiram makam mamanya itu dengan air bunga. Saat ia menoleh ke samping, ia benar-benar lupa jika ada Rio. Berarti tadi saat ia mengeluarkan uneg-unegnya, Rio mendengarnya dong? Aaa... otak Vella kini tak bisa berpikir apapun.
Saat melihat Rio, Vella bingung mengapa cowok itu ikut-ikutan menangis. "Yo, lo kenapa?"
"Gue pecinta ftv tobat-tobatan, Vel. Kalau yang tentang orang tua gue nangis, dan kali ini, gue ngeliat secara langsung, gue kira cerita begitu cuma ada di sinetron doang."
"Ya, nggak lah. Mungkin di luar sana, banyak yang lebih buruk nasibnya di banding gue." Vella tersenyum. Vella baru mengingat, hari ini jadwalnya ia kerja, cewek itu menepuk keningnya.
Rio menetralkan ritme napas, lalu, "lo kenapa?"
"Gue lupa, sekarang jadwalnya gue kerja."
Vella lalu berjalan keluar tempat pemakaman, diikuti oleh Rio. Saat sampai di parkiran, Vella bilang, "Yo, gue naik angkot aja deh. Soalnya kalau ke tempat kerja gue, lo harus muter balik lagi. Oiya, makasih ya buat hari ini, besok insya Allah gue balikin seragamnya, makasih Yo."
Baru aja Rio ingin mencegah Vella ajar ikut dengannya aja, cewek itu udah menjauh dan naik ke salah satu angkot yang sedang menunggu penumpang.
"Hati-hati, Vel!"
Vella duduk di paling belakang, ia sedikit mendengar dan mengerti apa yang Rio katakan. Vella hanya mengangguk sambil menunjukkan ibu jarinya kearah Rio. Lagi-lagi cewek itu tersenyum walaupun mata dan wajahnya sembab.
***
Setelah naik angkot dua kali, Vella sampai ditempat kerjanya. Ia buru-buru masuk dan segera mengganti seragam sekolahnya dengan seragam kerjanya. Cewek itu lalu menguncir kuda rambutnya. Vella segera menuju ke tempat pencucian piring, mencuci berbagai macam keperluan makan yang udah lumayan menumpuk. Vella tidak sendiri, ada Rina, teman kerjanya.
Jika di rumah dan di sekolah Vella dekatnya dengan Tasya, kalau di tempat kerja Vella dekat dengan Rina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...