Duapuluh Tiga

112K 6.1K 472
                                    

Sepanjang perjalanan, Vero selalu tersenyum, bahkan tertawa sendiri. Gila bukan?

Sesekali otaknya mengulang memori dua setengah tahun silam. Waktu dimana, dirinya dan Vella bertemu.

Vella dan Vero.
2,5 tahun yang lalu.

Cewek berseragam SMA dengan rambut di kuncir kuda dan mengenakan kalung yang terbuat dari potongan kardus dan tali rafia tengah jalan terburu-buru menuju sekolah barunya. Lima menit lagi, pagar sekolah akan di tutup. Padahal jaraknya masih jauh. Tapi, dengan niat yang kuat, cewek itu tak pantang menyerah, walaupun telat, dia akan menerima resikonya.

Di waktu yang bersamaan, ada seorang cowok berseragam SMA tanpa memakai atribut MOS tengah mengendarai motor besarnya dengan kecepatan 80km/jam.

Vella yang tengah fokus pada jalan di kejutkan dengan cipratan air kubangan yang mengenai seragamnya. Baru aja dia ingin berteriak siapa pelakunya atas semua ini, ada cowok tengah turun dari motor besar sambil membuka helm full facenya.

Tanpa membenarkan jambulnya yang berantakan, cowok itu langsung menghampiri Vella.

"Eh, sorry-sorry, gue gak sengaja."

"Iya, gapapa kok." Vella tersenyum.

Vero menghela napas lega.

"GAPAPA GIMANA? BENER YA! YANG NAMANYA COWOK ITU GAK PEKA! UDAH TAU GUE PENGEN SEKOLAH, YA KALI GAPAPA PAKE SERAGAM YANG KOTOR!"

Melihat kelakuan cewek di depannya ini, di bibir Vero tercetak seulas senyuman tipis. "Ibu, maaf, apa ibu lagi PMS?"

Vella menghela napas kasar. "Dasar cowok!"

Dari pada meladeni manusia aneh yang di depannya kini, lebih baik dia melanjutkan jalannya, walaupun seragamnya kini basah dan kotor terkena kubangan air.

Melihat Vella berjalan, Vero menahan pergelangan tangan Vella, berupaya untuk menghentikan Vella.

"Yakin mau sekolah?"

"Harus yakin lah."

Vero melepas hoodie biru dongker miliknya yang melekat di tubuhnya. "Nih, pake."

"Gak mau ah."

"Ye... di bilangin juga. Pake atau gue pakein?" Vero mengeluarkan senyum miringnya.

Dengan hati yang masih sedikit kesal, Vella mengambil hoodie milik Vero lalu memakainya.

Dengan gemas, Vero mencopot kalung MOS Vella dan membuangnya ke tengah jalan.

"Yah gila... gue mau MOS. Parah sumpah."

"Yaelah, gue juga MOS, tapi gak pake atribut. Ngapain pake atribut kayak gitu? Kayak orang gila tau gak. Mau aja di begoin sama senior."

Mau di ambil tapi udah kelindes-lindes. Mau kesel ke orang yang di depannya ini tapi udah males sama udah gedek duluan.

"Ya udah, yuk bareng. Sekolah kita sama."

"Lah lo kok tau? Dukun ya lo?"

Vero tersenyum miring sambil menatap Vella. Vella mulai menatap Vero dengan tatapan waspada.

"Wah wah wah, lo jangan-jangan mau merkosa gue ya?" Tanpa menutupi lagi, Vella berbicara seperti itu.

"Enak aja, dosa tau. Lo tuh bego atau gimana sih?"

"Yeh parah lo ya. Sebego-begonya gue, tetep aja masih bego-an lo."

Vero cengengesan, "Sewot amat bu. Nih ya gue kasih tau. Gue. Tau. Lo. Sekolah. Di. SMA. Pelita. Bangsa. Karena. Gue. Ngeliat. Seragam. Lo."

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang