"Vel, kamu kenapa?" tanya Rina yang aneh melihat Vella jalan sambil menundukkan kepalanya dan satu kepalan tangannya menutup sebagian wajahnya.
"Eh? Nggak gapapa kok. Vella ke loker dulu ya." Tanpa meminta persetujuan Rina, cewek itu melengos pergi. Dengan berat hati ia melepaskan seragam kerjanya dan mengganti dengan baju salinan yamg ia bawa. Lalu, ia mengambil tas sekolahnya dan kembali ke belakang.
"Kamu izin pulang, Vel?" tanya Doni, juru masak di cafe itu.
"Vella di pecat, kak."
Lantas, semua pekerja yang ada disitu menatap kearah Vella.
"Kamu serius, Vel?" tanya Rina dengan tatapan tidak percaya.
Vella mengangguk pelan.
"Kok bisa?" tanya Desy heran.
"Tadi, Vella gak sengaja nyenggol minuman, terus kena baju pelanggan. Ya udah terus Vella dipecat." Sempat-sempatnya cewek itu tersenyum.
Rina membawa Vella ke dalam pelukannya, tanpa sadar Rina menintikkan air matanya, "sabar ya, Vel. Aku gak percaya pak Andri setega itu. Padahal kamu udah dua tahun kerja disini." Rina menghirup udara banyak-banyak. "Jangan lupain kita semua disini ya, Vel, sering-sering main kesini ya?"
Vella tersenyum, "pasti kok."
Rina melepaskan pelukannya. Tatapan Vella beralih ke Desy, "ihh.. mbak Desy jangan nangis."
Desy menghapus air matanya dan tersenyum.
Dengan berat hati Vella berkata, "Vella pamit dulu ya? Ntar Vella sering-sering main kesini. Kalau Vella udah dapet kerjaan baru, nanti Vella bawain makanan, oke?"
"Gak usah repot-repot, Vel. Kita bisa bercanda bareng-bareng lagi aja udah cukup kok." kata Yuni dengan suara parau, kedengaran jika Yuni menahan nangis.
Vella tersenyum lagi, "ya udah, Vella pamit ya? Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Vella sedikit berlari saat keluar dari cafe tersebut. Saat sampai diluar cafe, vewek itu menangis pelan tanpa memikirkan keadaan sekitar.
Segitu jahatnya Vero?
Vella menghapus air matanya dan berpikir, dimana lagi ia akan bekerja? Sekarang mencari pekerjaan di Jakarta itu sulit, apalagi ia belum lulus sederajat, mentok-mentok ia akan bekerja di cafe lagi. Gadis berbola mata abu itu bertekad, setiap pulang sekolah atau ada waktu senggang, ia akan mencari pekerjaan.
Vella kuat. Dibalik cobaan pasti ada hikmahnya lagi. Gadis itu berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri.
Gadis itu berencana untuk membeli seragamnya yang robek akibat ulah bullying kemarin di pasar dekat cafe. Kebetulan jarak cafe dengan pasar baru hanya terpaut satu kilometer. Setelah menyetop angkutan umum, ia masuk dan sepuluh menit kemudian ia turun dari angkutan umum tersebut.
Waktu udah menunjukkan pukul 17.00, gadis itu baru selesai membeli seragam.
Perut Vella keroncongan, ia belum makan sore untuk hari ini. Vella berjalan ke kedai ayam geprek yang terletak di samping pasar. Ia memesan dan duduk di salah satu tempat yang kosong. Gadis itu membeli lima ayam geprek untuk dibawa pulang, untuk dirinya, Tasya, Wina, Yanto juga Sumi.Terdengar suara empat orang bertepuk tangan tepat disamping kanannya. Lantas, gadis itu menoleh kearah tersebut.
"Wih... abis dapet duit dari ena-ena ya? Pantesan belanja."
"Bagi-bagi dong kalau abis dapet duit. Eh, gak jadi deh, gue gak sudi gue makan duit haram."
"Vel, sadar diri sih, keluar gitu dari sekolah. Emangnya gak malu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...