Tigapuluh Delapan

94.4K 5.3K 287
                                    

Vero diajak Bundanya ke rumah Haris, adik Hana. Disana, keluarga besar Hanna mengadakan acara makan malam. Sebenarnya Vero terlalu malas untuk kesana, karena besok hari Sabtu, ia ingin berleha-leha, namun demi Bundanya ia ikut.

Vero menatap dirinya di depan cermin dengan cengiran khasnya. Cowok itu membenarkan sedikit jambulnya.

Sip, gue ganteng.

"VERO! AYO CEPETAN! KAMU CEWEK APA COWOK! DANDAN LAMA BANGET!" teriak Hana dari bawah.

Vero sedikit terkejut. Ia kira bundanya akan lama di depan cermin, namun malah dirinya yang terlalu lama.

Hana menyipitkan matanya. "Kamu pake bedak? Pake mascara? Atau pake eyeshadow? Lama banget!"

"Ya ampun, Bundaaaaaa.... Vero gak pake apa-apa. Tadi benerin jambul doang. Yakali Vero pake gitu-gituan, emang Vero cowok apapun?"

Hana menunjuk Vero. "Pake pomade ya?"

"Dih apaan." Vero terkekeh. "Vero mah alami, pake air wudhu."

Hana ikut terkekeh. "Bagus-bagus, rajin-rajin sholat, supaya nanti bisa jadi imam yang baik."

"Iya, imam-nya Vella."

Sebelum menggelengkan kepalanya, Hana terkekeh. "Sekolah sama kerja dulu yang bener, baru ntar nikahin Vella."

Vero menatap Bundanya. "Ini nih, secara gak sengaja Bunda setuju kalo Vero nikah sama Vella."

"Waktu itu kan Bunda bilang, Bunda setuju kok kamu sama Vella."

Vero mengayunkan tangannya di udara. "Yes!"

Kini, Vero bersama Bundanya menikmati suasana macet Jakarta. Ntah kenapa, malam ini lebih macet dibandingkan biasanya. Vero dan Hana hanya bisa mendengus pelan.

Selang berapa lama, bunda dan anak tunggalnya itu samapi di perkarangan rumah milik Haris.

Haris Pratama, adik pertama Hana. Pria pengusaha, telah banyak cabang berbagai hotel dan cafe miliknya. Yap, salah satunya cafe tempat Vella bekerja dulu.

"Weh bro!" Aldi menepuk bahu Vero, cowok itu baru saja turun dari kamarnya.

Aldi, anaknya Haris. Sudah kuliah semester 3. Teman kerja Vella juga. Alasan Aldi ada di cafe milik ayahnya sendiri itu karena gabut di rumah.

Vero cengengesan. "Apa?"

"Kagak kenapa-napa sih." Aldi menampilkan cengirannya.

Vero memperhatikan tubuh Aldi yang semakin kurus. "Kurusan lo? Mana otot-otot lo, hah?"

Aldi menarik paksa Vero dengan cara merangkulnya. Aldi membawa Vero ke kamarnya. Sebelumnya pertanyaan Vero belum dijawab, saat sampai di kamar, ia menjawab. "Biasa lah, kemaren-kemaren gue stress karna skripsi. Gak ada waktu buat nge-gym."

"Bangsul emang. Harusnya lo itu sempet-sempetin dah buat waktu nge-gym. Ibaratkan gym itu pacar lo, lo harus luangin waktu buat dia, apapun kosekuensinya."

"Kampret dah nih bocah. Belom lulus SMA aja belagu, najis. Dasar kids jaman now."

Vero menempeleng kepala Aldi. "Fak. Gue sama lo beda cuma 2 tahun. Kenapa nyambung-nyambung ke kids jaman now coba?"

"Ya karna lo itu kids jaman now. Belagu ke orang yang lebih dewasa."

Vero memikir sebentar. "Perasaan gue gak ngomong yang belagu-belagu gitu deh. Orang tadi gue cuma motivasiin lo doang supaya rajin nge-gym, njir. Dasar baperan. Jomblo sih."

Aldi melempar Vero dengan bantal. "Tuh kan, mulai dah songongnya keluar."

Vero cengengesan tanpa dosa.

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang