Rio menyembunyikan rambut Luna yang menutupi wajah mungilnya ke belakang telinga. Cowok itu bosan, makanya mengganggu adik kecilnya itu. Rio mencubit pipi Luna dengan gemas. Luna mengerang kemudian menatap wajah abangnya dengan mata setengah terpejam. Tanpa berdosa, cowok itu terkekeh.
"Abang ih! Bangunin Luna! Luna kira yang bangunin Luna itu kak Vella." Luna mencebikkan bibirnya.
"Yah ade abang ngambek." Rio mendekapkan Luna ketubuhnya.
"Kak Vella mana, bang?" tanya Luna heran. Padahal bocah kecil itu berharap Vella masih setia di sampingnya.
"Udah pulang." Rio menatap Luna lalu memejamkan matanya.
Luna mengerucutkan bibir. "Yahh... padahal Luna mau cerita-cerita sama kak Vella."
"Emang tadi ngga cerita sama kak Vella?" Rio membuka mata.
"Ngga. Pas Luna ajak kak Vella ke kamar, gak lama kak Vella ke kamar mandi." Luna terdiam sebentar. "Oiya, bang. Masa ya, Luna denger suara nangis gitu pas kak Vella di kamar mandi. Tapi, pas kak Vella keluar, dia gak nangis. Itu suara nangis siapa? Apa jangan-jangan ada setan di kamar Luna?" Luna bergedik ngeri.
Rio terdiam. Cowok itu tau, pasti Vella menangis dan menyembunyikannya dari Luna. "Di semua tempat pasti ada setan. Tapi, gak mungkin ada setan yang nakut-nakutin Luna. Kak Vella tuh pinter nyembunyiin sesuatu, termasuk tangisannya."
Luna manggut-menggut mengerti. "Jadi, yang nangis itu kak Vella?"
Rio mengangguk pelan.
"Mungkin kak Vella nangis karna dikatain sama kakak iblis itu ya?"
Rio menatap Luna heran. Ia tidak mengetahui jika Vella dikatain oleh Liza, mungkin kejadiannya pas ia membuatkan minum untuk teman-temannya di dapur. "Dikatain? Kak Vella dikatain apa?"
Luna mengangkat bahu. "Gatau. Luna lupa kata-katanya. Pokoknya kakak iblis itu mukanya 1000% nyeremin terus melotot ke kak Vella, kak Vella dibentak-bentak gitu."
Rio hanya diam aja mendengarkan celotehan Luna. Ia yakin jika Vella menangis karena itu.
Luna menatap Rio heran. "Bang, Luna bingung deh sama temen-temen abang yang tadi."
Rio menyeritkan alis sebagai jawaban 'apa'.
"Padahal kak Vella itu baik. Buktinya kak Vella bacain buku cerita Luna sampe Luna tidur. Tapi kok, temen-temennya jahat sama kak Vella? Kan kasian."
Rio tersenyum, ia memainkan rambut adiknya. "Kak Vella lagi ada masalah. Jadi, ya gitu."
Bocah kecil itu hanya manggut-manggut walaupun tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kata 'masalah'.
"Tapi, ya bang. Kan, temen Luna ada yang suka sama Luna namanya Zio, Zio suka sama Luna, Zio selalu belain Luna kalau Luna ditegur guru gak ngerjain pr." Luna menampilkan deretan giginya. "Kok bang Vero gak belain kak Vella pas kak Vella dimarahin sama kakak iblis itu?"
"YA ALLAH ADE GUE MASIH 6 TAHUN UDAH DISUKAIN. NAH GUE UMUR 17 OTW 18 TAHUN MASIH JOMBLO!!!"
Luna menutup telinganya kuat-kuat. "ABANG BERISIK!!!"
Rio terkekeh geli.
"Luna kan cantik makanya Zio suka. Abang juga ganteng kok, tapi gak gentle." Luna terbahak.
Rio mencubit pipi chubby milik Luna. "Kamu tau kata gentle dari mana lagi? Ah udah ini, ade gue salah pergaulan."
"Kepo ah abang." Luna terkekeh. "Jawab pertanyaan Luna, abang!"
"Yang mana?" Rio jadi bingung sendiri.
"Selain gak gentle, abang juga pikun." Perut Luna hari ini udah terlalu sakit untuk tertawa, bocah itu menahan tawanya dan hanya menyengir. "Itu.... kenapa bang Vero gak belain kak Vella pas dibentak sama kakak iblis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...