Empatpuluh

112K 6.1K 458
                                    

Hari ini, tepat tiga minggu Arletta tinggal di rumah Yanto. Sudah empat kali Arletta bolak-balik dari Jakarta ke Bandung untuk menengok butiknya. Semakin hari, Arletta semakin dekat dengan orang rumah, terutama dengan Vella.

Dengan hadirnya Arletta di hidup Vella, sosok ibu yang didambakan Vella kini ada. Vella bisa merasakannya itu. Vella bahagia, walaupun ia tahu kalau itu bukan mama kandungnya, melainkan kakak mamanya.

Vella duduk sambil meneguk teh manisnya. Sesekali gadis itu melirik ponselnya. Arletta menarik bangku, ikut duduk di samping Vella.

"Kamu tau makam Papa kamu, Vel?"

Vella menoleh. "Makam Papa?" kemudian ia menggeleng. "Semenjak Papa meninggal 3 bulan yang lalu, Vella baru dua kali kesana. Gak tau jalannya. Gak tau namanya juga, soalnya Vella kalo diajak kesana ya ngikut aja, nggak nanya-nanya, yang penting ketemu Papa."

Arletta mengangguk-ngangguk.

"Emangnya kenapa, Tan?"

"Tante mau kesana, kan belom pernah ngelayat Papa kamu."

"Ya udah, aku tanya ke Vero dulu."

Arletta mengernyitkan dahinya. "Vero siapa?"

"Cowok aku." Vella menampilkan cengirannya.

"Kamu pacaran?"

Vella menggeleng. "Kita ga pacaran. Tapi, kita sama-sama punya perasaan. Perasaan dimana, melebihi dari rasa sayamg orang pacaran. Orang pacaran belom tentu ngerasain apa yang Vella sama Vero rasain. Asik."

"Aya-aya wae kamu teh."

Vella terkekeh. Ia mencari kontak Vero di sosmednya, namun setelah lama mencari gadis itu tidak menemukannya juga. Kemudian ia ingat, ia hanya bisa menghubungi Vero lewat SMS atau telepon. Untuk menanyakan kalau dirinya di blokir sama Vero apa nggak, Vella selalu lupa untuk menanyakannya. Padahal, seingetnya masalah mereka udah selesai. Sudah dekat lagi seperti dulu.

Vella menelpon Vero. Setelah menunggu beberapa detik, sambungan teleponnya akhirnya diangkat.

"Makam Papa dimana?"

"To the point amat sih, Neng. Gak ada basa-basi gitu dulu?"

"Ya namanya juga basa-basi pasti udah basi."

"Kok galak?"

"Nggak. B aja."

"Lagi PMS?"

"PMS mulu, ya kagak lah."

"Ya udah."

"Ya udah apa?"

"Ya udah aku jadi imam kamu sekarang."

Vella cengengesan. "Receh banget. Dimana mamam Papa? Eh makam."

"Kamu mau kesana?" Bukannya menjawab, Vero malah balik bertanya.

"Kan udah tiga hari yang lalu."

"Terus ngapain nanya?"

"Tante Arletta mau kesana."

"Arletta?" Disana, Vero menautkan alisnya.

Vella diam. Seingatnya, saat Vero menjemputnya tiga hari lalu untuk ziarah, Vero bertemu dengan Arletta ya walaupun tidak berkenalan karena Vero hanya melihatnya sekilas. Dan Vella telah menceritakannya dari A-Z.

"Kan aku udah cerita, ish! Kembarannya Mama aku."

"Lah? Bukannya namanya Arlena ya?"

"ARLENA NAMA MAMA GUE! LAMA BANGET SIH TIMBANG NYEBUT NAMA MAKAM!"

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang