Motor yang ditumpangi Vero dan Vella sedari tadi di depan. Saat sudah memasuki kawasan puncak, Vero memberhentikan motornya di tepi jalan. Jam menunjukkan pukul 22.15.
Vero menoleh ke belakang, masih belum ada tanda-tanda kedatangan Rio, Harun, Arka, dan Tasya.
Cowok itu lalu menatap Vella, "Pegel gak?"
Vella tersenyum tipis lalu menggeleng.
"Sedikit baikan gak?"
Vella tidak menjawab, melainkan memeluk Vero lalu menaruh kepalanya dipundak Vero. Lalu akhirnya gadis itu menjawab, "Jauh lebih baik."
Vero mengusap tangan Vella yang berada diperutnya. "I'm glad to hear that."
"When i'm around you, i'm comfortable. Sekali lagi makasih."
Vero tersenyum sambil menepuk-nepuk pelan punggung tangan Vella.
Mendengar klakson, Vella mengangkat kepalanya dari pundak Vero. Saat menoleh ke belakang, terlihat motor yang ditumpangi Rio dan Harun baru datang.
Rio mengklakson tiga kali seraya berirama, untung jalanan sepi, hanya mobil yang berlalu lalang.
"Pacaran mulu. Tega bener ama temennya yang jones." sahut Rio setelah selesai mengklakson.
Vero membuka helmnya, lalu menoleh ke belakang, "Makanye kejar cewek yang bener, jangan belom dapet udah ditinggal."
Rio tertawa kencang. "Setan lo, Ver."
Beberapa detik setelahnya, motor yanh ditumpangi Arka dan Tasya datang, dan berhenti di belakang motor Rio dan Harun.
Rio menoleh ke belakang. "Asik-asik latihan."
Harun ikut menoleh ke belakang. "Cihuy."
Sedangkan Tasya hanya menatap heran Rio dan Harun dengan tingkah aneh kedua manusia itu.
Arka membuka helm lalu mengatakan sesuatu namun tidak mengeluarkan semua. "Sakit jiwa lo pada."
Vero sedari tadi hanya cengengesan lalu bertanya, "Cari makan dulu kali ya?"
"Boleh." sahut Arka.
"Terus abis makan mau ngapain lagi? Yakin mau muter-muter ampe subuh?" tanya Rio.
Vero tertawa. "Gapapa, jadi gembel sehari."
"Gembel mana ada yang naik moge." ucap Tasya seraya menatap Vero.
Vero tertawa lagi. "Sarkas elah, Sya."
Tasya tersenyum malu, namun berusaha menutupinya. Padahal Vero hanya menjawab seperti teman biasa, entah mengapa cewek itu kesemsem tidak jelas.
Vero melirik ke Vella. "Mau makan apa?"
"Ikut aja."
Rio mengusul, "Mending ke villa bonyok gue ae dah. Daripada kek gembel gini."
Harun menempeleng kepala Rio. "Nah gini dong baik."
Rio menepuk paha Harun. "Gue rame salah, gue alay salah, gue baik salah. Asu lo."
Arka yang sedari tadi diam berkata, "Emang udah kodratnya, Yo."
Rio mengubris perkataan Arka dengan cengengesan andalannya. "Ya udah dah, bentar gue nelpon penjaga villanya. Semoga aja ye belom tidur."
Rio mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi penjaga villa orang tuanya, setelah berbincang ingin datang dan meminta tolong belikan makanan, Ia menutup sambungan telepon tersebut, tidak lupa mengucapkan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...