Duapuluh Delapan

98.2K 5.4K 252
                                    

Vella masih belum siap untuk keluar kelas, hatinya masih sakit karena perkataan teman-teman sekelas, cewek itu berpikir, jika di kelas aja udah di rendahkan, apalagi di kelas yang lain?

Jika bunuh diri tidak dilarang di agamanya, mungkin dia akan melakukan itu. Sesabar-sabarnya, sebaik-baiknya Vella, cewek itu adalah manusia, ia juga punya rasa putus asa.

Padahal Vella berharap, jika sekarang Vero ada di sampingnya, mungkin dia tidak akan serapuh ini, pasti Vero akan membuat moodnya baik. Namun, Vero juga punya rasa kekecewaan, cowok itu sangat kecewa ketika mendapati berita yang menyatakan bahwa pujaan hatinya melakukan adegan tak wajar.

Tak lama setelah Vella melamun, Tasya datang membawa mie goreng untuk Vella. "Buruan gih, makan,"

Setelah mengucapkan terima kasih, Vella memasukkan sesuap mie ke dalam mulutnya. Selama makan, Vella tidak nafsu, dirinya terus merenung bagaimana dirinya ke depannya jika terus di cemoohkan oleh teman-temannya, bahkan adik kelasnya.

"Vel, jangan bengong dong."

Tersadar akan itu, Vella menoleh kearah Tasya dan menutupinya dengan senyuman tipis, "Eh, nggak kok."

Di situasi ini, Vella sangat risih, kini dirinya menjadi objek pandang di kelas. Hampir semua murid menatap dirinya lalu berbisik kepada temannya.
Bahkan saat Vero keluar dari kelas, tak jarang ada anak kelas lain yang masuk ke kelas XII Ips 1 hanya untuk mengata-ngatain Vella dengan kata-kata yang tidak senonoh.

Selang beberapa menit, Vella kepengen buang air kecil. Mau tak mau, dia harus memberanikan dirinya keluar kelas dan berjalan ke kamar mandi yang terletak di dekat kantin, karena kamar mandi di lantai 2 dan 3 sedang masa perbaikan.

"Sya, gue ke kamar mandi dulu ya?"

"Gue anterin deh."

Vella menahan tubuh Tasya yang ikut berdiri, "Ihh, gak usah. Gue bisa sendiri kok."

"Yah, lo mah gak bisa tentang." Tasya tersenyum, "Ya udah deh, kalau ada yang ngomongin lo, anggep aja suara makhluk astral. Oke?"

Vella hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
Vella menghela napas dan mulai melangkahkan kakinya untuk keluar kelas.

"Hai kakak jablay!"

"Kak, kak di bayar berapa kalau di sewa sama om-om?"

"Mau booking lo dong."

"Namanya sama mukanya doang yang bagus, sifatnya nggak. Iwh."

"Vel, bukannya punya om-om itu udah peyot ya?"

"Jangan-jangan lo pernah di ituin lagi sama Bima?!"

"Dih, gila..."

"Anu Bima gede ya, Vel?"

"Kak, kakak belom pernah hamil kan?"

"Apa jangan-jangan, lo sering aborsi ya, Vel?"

Beberapa kali dia berusaha untuk tidak mendengarkan kata-kata itu, namun hatinya tergores lagi. Vella menahan bendungan air matanya dan mempercepat langkahnya sambil menatap ujung sepatunya.

Keberuntungan berpihak padanya, kamar mandi kini sepi. Vella mengelus dadanya sambil menetralkan ritme napasnya. Ia langsung masuk ke salah satu kamar mandi untuk membuang urine.

Tak lama, cewek itu keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba ada yang menjambak rambutnya dari samping. 

"Lepasin!!!"

Dua siswi yang menjambak rambut Vella hanya tersenyum miring. Sedangkan dua siswi di depannya kini menatapnya dengan tatapan tajam. Kemudian datang lagi satu siswi yang memakai baju sangat ketat, juga rok span sambil memegang gunting.

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang