Ini beneran papa atau cuma mirip? Batin Vella yang masih bingung.
"Hallo, kok bengong? Mari masuk,"
"I-iya, om."
Vella lalu masuk dan di persilahkan duduk di ruang tamu, pria baruh baya itu pun lalu ikut duduk. Vella menaruh bungkusan paper bag yang berisi hoodie Vero di atas meja.
"Mau ketemu siapa ya, nak?"
Tanya dulu aja deh.
"Ehm, saya sebenernya kesini pengen ketemu sama om," Vella tersenyum.
"Ketemu sama om? Om aja belom pernah ngeliat kamu."
"Makanya," Vella mengulurkan tangannya, "Saya Vella, temennya Vero."
Vella? Kemal terdiam sebentar.
"Oh iya-iya,"
"Om ini siapanya Vero?"
"Om ini ayahnya Vero," Kemal tersenyum ramah.
Di kelas, mereja berdua sering ledek-ledekan nama orang tua. Seinget Vella nama ayahnya Vero itu Kemal.
"Ini bener om Kemal?" tanya Vella.
"Iya."
Deg!
Rasanya Vella ingin lari dari sini. Rasanya jantung Vella ingin copot. Tak percaya takdir.
Perlahan air mata Vella mulai menetes, "Kemal Andhito?"
Kemal menyeritkan dahinya bingung, bagaimana anak ini tahu nama lengkapnya.
Kemal menelusuri wajah Vella lagi. Kemudian air mata menahan untuk keluar dipelupuk matanya.
"Vella? Vella Yasmira?"
Vella mengangguk pelan sambil menahan air matanya. Walaupun udah di tahan sekuat tenaga, air mata Vella tetap keluar. Bahkan deras. Emosinya juga mulai meledak.
"Kemana aja anda selama ini? Apa anda tidak punya otak? Yang tiba-tiba ninggalin anak dan istrinya. Bahkan, saat mama meninggal anda tidak ada. Apa masih pantas, saya menyebut anda dengan kata 'papa'? Apa masih pantas?"
Kemal juga tak mampu menahan air matanya lagi, "Maafin papa, nak. Papa bakalan jelasin yang sebenernya."
Vella terisak, "Maaf? Buat apa? Mama udah gak ada di dunia ini, dan papa seenaknya bilang kata 'maaf'? Anda dulu kemana?"
Kemal terdiam. Lalu Vella melanjutkan, "Dan anda sekarang malah bersenang-senang dengan keluarga baru anda. Papa gak nyari keberadaan saya? Papa gak nyari?"
"Nak, papa ud-"
Vella berdesis, "Udah, gak ada yang perlu di jelasin. Saya permisi."
Vella berbalik badan namun lengannya di tahan oleh Kemal, "Dengerin penjelasan papa dulu, nak."
"Udah gak ada lagi yang bisa saya denger dari mulut anda." Perkataan yang ketus dan menyakitkan.
Vella tau dia berdosa, dia tau kalau dia durhaka, tapi emosinya udah memuncak. Papanya yang pergi selama 17 tahun akhirnya bertemu di tempat yang tak terduga. Tanpa pamit, Vella langsung meninggalkan rumah Vero.
Dari tadi, ada dua orang yang mendengarkan obrolan antara anak dan papa itu. Hana dan Vero, ya mereka berdua yang dengar.
Saat Vella pergi, Kemal masih terpuruk, pria berumur 45 tahun itu tak berhenti menangis. Sambil mengingat masa lalunya, dia terus memanggil nama 'Arlena & Vella'.
Hana langsung menghampiri Kemal yang terduduk lemas di lantai. Dan Vero dia sedang mengambil minum agar papanya terlihat agak mendingan.
"Yah, ayo bangun, duduk di atas." Perlahan Hana membantu Kemal berdiri dan duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...