Duapuluh Tujuh

92K 5.7K 296
                                    

Kini, Bima duduk di atas ranjang UKS, sedangkan Vella tengah mengambil alat-alat p3k yang diperlukan. Vella juga mengambil air dingin yang ditaruh di baskom untuk mengompres luka lebam di wajah Bima.

Niat awal cewek itu hanya ingin mengantarkan Bima ke UKS, namun penjaga UKS sedang tak masuk hari ini.
Walau begitu, Vella mengobati Bima dengan ikhlas. Ini semua karena kesalahan mereka berdua. Jika Bima tak mengajak Vella ke rooftop dan mendekat kearah Vella kejadian ini mungkin tidak terjadi, begitu juga dengan Vella, jika Vella tak menerima ajakan Bima, kejadian ini tak mungkin terjadi.

Dibalik peristiwa pasti ada hikmahnya.
Jika kejadian ini tidak terjadi sekarang, mungkin Vero belum mengungkapkan perasaannya secara langsung ke Vella, ntah sampai kapan cowok itu harus menunggu untuk mengungkapkannya.

Di benak cewek itu, sejak kapan Vero menyukai dirinya? Kenapa bisa Vero menyukainya dan bagaimana mungkin Vero mampu bertahan?
Semua pertanyaan itu ingin dia tanyakan, namun mustahil, Vero udah kecewa atas kesalah pahaman ini. Vella tiba-tiba tersenyum tipis.

Vella mulai mengompres luka lebam pada wajah Bima dengan telaten.

"Kalau gini sakit gak?" Vella sedikit menekan pada area luka di sudut bibir Bima untuk membersihkan darah.

Bima tersenyum tipis, "Nggak kok,"

Bima menghela napas sejenak, "Baru aja kemaren gue minta maaf, gue buat kesalahan yang lebih parah dari sebelumnya."

"Gak salah lo doang kok, lagian kita ini dijebak."

"Tapi, anak-anak yang lain pada ngatain lo yang nggak-nggak, sedangkan gue, cuma di hajar sama Vero doang. Sedangkan perkataan susah buat di lupain, kalau soal luka gue mah gak di rasain lagi."

"Nih ya, gue kasih tau, contohnya gini, kalau ada cewek yang hamil diluar nikah, pasti si cewek itu lah yang di permaluin. Yaaa emang sih, cowok di permaluin juga, tapi gak separah cewek, pasti cewek yang di bilang gak bisa jaga diri lah. Jadi, udah pasti yang paling menderita di dunia ini cewek, yang nanggung cewek. Sedangkan cowok? Gue gatau deh. Mungkin menurut cowok, kaum Hawa itu lemah, padahal di dalam hatinya, kaum Hawa menang di bandingin kaum Adam."

Bima terdiam mendengar perkataan Vella.

"Jadi, lo tenang aja, gue insyaAllah bisa ngadepin ini semua, hati cewek itu kuat."

Vella tersenyum, namun terlihat dengan jelas kesedihan di raut mukanya. Cewek itu melamun sebentar, kemudian mulai menetesi obat merah ke luka yang berdarah dan memplester beberapa bagian luka yang perlu di tutup.

"Masih kepikiran apa kata Vero tadi?"

Vella refleks menatap Bima, "Eh, nggak kok."

"Gak usah bohong, Vel. Kita pernah deket, gue tau, lo itu gak bisa nutupin kebohongan."

Lagi-lagi Vella tersenyum tipis. Walaupun matanya bengkak dan wajahnya yang bengep, kadar kecantikannya tidak berkurang sama sekali.

Bima menyentuh bahu Vella sebelah kanan, "Kita selesai-in ini bareng-bareng, Vel. Kalau udah selesai, lo bisa nyelesaiin masalah lo sama Vero, tali tenang aja, gue bisa bantuin kok."

"Siap, pak Bima."

Vella terkekeh, Bima juga ikut terkekeh.

"Ke kamar mandi gih sana. Cuci muka dulu. Abis itu langsung masuk ke kelas."

"Oke."

***

Vella membasuh wajahnya dengan air yang mengalir di wastafel. Kemudian, dia menatap dirinya baik-baik di hadapan cermin.

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang