Vella tergesa-gesa mengikat tali sepatunya di teras rumah. Tak berapa lama kemudian, Tasya datang dari dalam rumah sambil memakai kaos kaki berdiri.
"Velb, barbngng gueb aha," kata Tasya dengan mulut yang penuh dengan potongan roti.
"Lo ngomong apaan sih?"
Tasya menelan roti itu hingga mulutnya kosong, "Bareng gue aja berangkat."
"Hmm, gak usah ah. Masih keburu kok," Vella berjalan ke arah pagar.
"Udah, sama gue aja berangkatnya."
"Nggak ah." Vella membuka pagar, "Gue duluan, bye Tasya." Vella lalu berlari secepat mungkin ke arah halte.
"Vella... vella..."
***
Sampai di sekolah, di lihatnya banyak orang tengah berkumpul di depan mading. Dirinya heran, sejak masuk ke gerbang sekolah, kini Vella menjadi pusat perhatian, hampir seluruh siswa melihatnya dari atas sampai bawah.
Vella yang bingung lebih memilih untuk mengacuhkannya aja. Tapi, dia penasaran dengan apa yang ada di mading, dengan langkah agak cepat, Vella menjalankan dirinya ke arah mading.
Saat Vella udah sampai di depan mading, kerumunan siswa yang tadi mengahalangi mading, tiba-tiba membuka jalan untuk Vella.
Vella kaget. Vella marah. Vella kecewa.
Jujur, saat ini dia ingin membunuh Bima."Ups! Cewek yang tadinya dikira polos kegep ciuman di rooftop sekolah."
"Primadona sekolah. Yang biasanya di bangga-banggain, ternyata murahan. Cih."
"Gak nyangka ya, padahal dia baik, tapi ternyata kelakuannya gila."
"Di sekolah aja berani ciuman, apalagi di luar sekolah?"
"Mungkin dia udah gak perawan."
"Gila kali ya, ciuman sama mantannya sendiri."
"Berhenti muji kecantikan dia lagi deh, udah gak cocok sama kelakuannya."
"Murahan najis."
Begitu lah kata-kata pedas yang keluar dari siswa-siswi yang berada di dekatnya. Sakit? Iya.
Tanpa sadar, air mata Vella jatuh membasahi pipinya.Di tempat yang berbeda, Vero, Arka, Rio dan Harun tengah buru-buru mengerjakan PR dengan menyalin punya Bobby.
"Woy, lo pada gak pada ke bawah?"
Arka menoleh ke arah suara, Bobby lah yang bertanya. "Emang ada apaan?"
"Hmm, gue juga gatau. Tapi, cuma kita berlima doang yang masih di kelas. Semuanya pada turun. Turun yuk."
"Ver, ke bawah yuk, PR ntaran aja. Gue kepo nih," Rio menepuk bahu Vero.
"Yadeh."
Mereka berlima lalu berjalan ke bawah, lebih tepatnya ke tempat mading.
"GUE NGGAK PERNAH CIUMAN, APALAGI SAMA BIMA! ITU FOTONYA AJA GAK TERLALU JELAS! BELOM ADA BUKTI YANG LAIN KAN!" Terdengar suara teriakan beserta isakan Vella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...