Tujuh

135K 9.1K 365
                                    

Aku buat instagram cerita ini.
Kalian bisa follow buat tau updatean terbarunya.

@bendaharadanketuakelas

***

Mendengar perkataan bundanya, Vero hanya tertawa hambar. "Apaan sih, bun. Vero gak ada rasa sama Vella."

"Vella? Cewek cantik tadi?"

Dibalas anggukan oleh Vero.

"Kamu jangan ngomong kayak gitu. Nanti kemakan omongan sendiri lho. Cinta itu dateng tanpa di undang, sayang."

"Iya, bunda." Vero tersenyum. Vero berdeham sebentar, "katanya anak-anak sekolah Vella udah kerja, tapi Vero gak tau juga, gak pernah nanya ke dia."

"Mantu idaman gitu tuh,"

"Jauh banget Bunda mah omongannya. Tapi, amin-in aja."

Vero tertawa lepas. "Gak deng bercanda."

"We'll see,"

"Liat apa dah, Bun? Udah ah, Vero mau ke atas dulu."

Hana cengengesan dan menggeleng, lalu mengangguk, "Awas jangan macem-macem, belum sah."

"Iya, Bunda. Emangnya Vero mau ngehamilin Vella apa."

Hana menggeleng-gelengkan kepalanya, "Dasar! Anak Bunda udah gak polos lagi."

Vero segera menaiki anak tangga lagi. Sampai di kamar, dia masih melihat Vella yang tertidur pulas. Perlahan Vero beranjak naik ke kasurnya, lebih tepatnya di samping kanan Vella. Vero menengkurapkan badannya lalu kepalanya menghadap ke wajah Vella. Tangan Vero tidak bisa diam, tangannya mengelus-ngelus pipi juga poni Vella yang bertebaran di kening cewek itu.

"Kata banyak orang, cinta itu bikin bahagia, cinta itu bisa membuat seseorang lupa akan dunianya, cinta itu datang tak di undang, cinta itu gak punya alasan, cinta itu punya banyak arti. Tapi, kata orang juga, cinta itu rumit, cinta bisa menimbulkan masalah. Gue jadi bingung, gue belum ngerti tentang prinsip cinta yang sesungguhnya.

"Btw, ngapain gue ngomong sama lo ya?" Vero terkekeh sendiri. Ia tetap mengelus pipi juga poni Vella secara bergantian.

Vella mengerang dan mulai membuka matanya secara perlahan. Vero yang takut ketauan mengelus pipi juga poni Vella pura-pura tidur dalam posisi tengkurap, kepalanya menghadap ke wajah Vella dan tangannya masih menempel di pipi Vella.

Vella yang udah bangun merasa ada tangan di pipinya langsung menoleh ke arah kanan. Tepat menatap wajah Vero. "Ish si Vero mah,"

Vella mengguncang-guncang bahu Vero, "Ver, bangun."

Vero yang pura-pura tidur perlahan membuka matanya, "Ini udah bangun."

"Ini dimana? Di rumah lo ya?"

Dibalas anggukan oleh Vero.

"Sekarang jam berapa?"

Vero melirik ke jam tangan yang melekat pada pergelangan tangannya, "Masih jam 11 siang."

Vella bangkit dari posisi sebelumnya, "Gue pulang ya, makasih udah di kasih temlat buat tidur." Vella tersenyum. Baru saja ia tersenyum, cewek itu memudarkan senyumannya, "Bukannya tadi gue tidur di sana ya?"

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang