Tigapuluh Lima

101K 6.3K 375
                                    

Vero berlari ke seluruh penjuru sekolah. Setiap kelas, perpustakaan, laboratorium, loteng, taman depan, taman belakang, ruang guru, ruang kepala sekolah, kantin, lapangan, mushola, serta gudang yang berada dekat perpustakaan udah ia cari sampai empat kali, namun hasilnya nihil.

Vero menyenderkan tubuh di dinding  kelasnya. Ia frustasi. Vero dengan kasar mengacak rambutnya sampai menjambak-jambak rambutnya sendiri.

Apa yang harus ia katakan jika berhadapan dengan Vella?
Kata-kata apa yang harus diungkapkan ketika minta maaf kepada Vella?
Disaat Vella rapuh, kenapa ia tambah merapuhkan hati Vella?
Kemana jati diri Vero yang bisa-bisanya mempercayai berita hoax itu?

Cowok itu menyeka air matanya yang dari tadi terus menerus ingin keluar dari kelopak mata. Vero diam menatap lurus ke depan. Ia tak tau lagi harus mencari Vella kemana lagi, pikiran Vero tertuju pada gudang belakang, namun cepat-cepat ia menghapusnya. Karena mana mungkin ada siswa atau siswi yang berani masuk ke dalam gudang yang udah 7 tahun kosong.

Vero membalikkan badan dan memukul kuat dinding kelas. Dinding itu nampak retak, jari-jari Vero mengeluarkan sedikit darah. Vero berlari untuk mencari Vella lagi. Salah satu tempat yang belum ia cari adalah gudang belakang. Bodoamat dengan kisah mistis tentang gudang itu, yang penting ia harus mencari Vella sampai ketemu.

Di lain tempat, Vella menangis sesegukan. Oksigen yang bisa ia hirup mulai sedikit karena tidak adanya ventilasi udara. Vella terbatuk-batuk karena debu ikut dihirup bersama oksigen. Pandangan Vella mulai kabur, kepalanya mulai pusing. Tak lama dari itu, gadis itu tidak sadar kan diri.

Vero memegang lutut karena kelelahan berlarian dari kelasnya menuju gudang belakang, belum lagi cowok itu telah berkeliling sekolah sampai 4 kali.

Vero mencoba membuka pintu gudang belakang, namun hasilnya nihil. Ia berjalan mundur, dengan hitungan satu sampai tiga, ia mendobrak pintu itu. Engsel pintu rusak, namun cowok itu tidak perduli. Ia buru-buru masuk ke dalam dan menemukan Vella dengan kondisi yang bisa dibilang tak baik. Gadis berbola mata abu itu menyenderkan badan ke dinding dan kepalanya disenderkan pada kardus di sebelah kanannya.

Tanpa ba-bi-bu Vero menggendong tubuh Vella ala bridal style. Wajah gadis itu tertutup sebagian oleh rambut yang berantakan. Vero tidak henti-hentinya menatap gadis itu, namun saat menatap gadis itu, mata Vero memanas, rasanya ada bulir-bulir air yang ingin keluar.

Haha, boleh dibilang Vero cowok bangsat. Hmm, hampir semua cowok bangsat sih. Ehh, skip.

Vero membawa Vella naik ke mobilnya. Vero bisa menangkap bahwa Vella pingsan, karena dari tadi belum bangun-bangun. Vero tampak tidak fokus menyetir. Sesekali cowok itu menatap gadis yang kini disampingnya.

Matanya tertutup, beberapa helai rambut menutup wajah cantiknya. Vero menyelinapkan helaian rambut Vella ke belakang telinga. Ia terus memandang wajah gadis berbola mata abu itu, saat lampu merah. Klakson mobil di belakang membuyarkan lamunan Vero saat menatap  Vella.

Vero membawa Vella ke apartementnya yang berlokasi tidak terlalu jauh dari sekolah. Lagi-lagi Vero harus menggendong Vella, namun itu tidak menjadi masalah bagi Vero, bahkan ia sanggup menggendong tubuh Vella 5x lipat.

Vero menaruh Vella di ranjang. Ia terus menatap lekat-lekat wajah Vella. Lagi-lagi air matanya terus keluar. Cowok itu mencari cara agar ia berhenti menangis. Seperti ada pelangi bersinar diatas kepalanya, ia berniat memasak, karena ia yakin jika Vella pasti kelaparan.

Cowok itu bergegas menuju dapur, membuka kulkas, namun yang ia dapati hanya mie instan, telur, bakso, bahkan nasi pun tidak ada. Vero udah lama tak ke apartmentnya lagi, jadi ia lupa jika tidak membeli persediaan makan. Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Masa iya menyuguhi makanan ke Vella mie instan?

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang