Tigapuluh

97.2K 5.9K 399
                                    

Seperti biasa, Vella menunggu angkutan umum di halte. Selang beberapa detik, ada satu angkutan umum yang lewat. Kondisi angkutan umum itu lumayan penuh, Vella duduk di paling belakang sisi kiri. Baru Vella sadari, di depannya kini ada Vero yang sengaja tidak melihatnya, Vero mengalihkan pandangannya ke jendela belakang. Bahkan keduanya tidak ada yang menegur ataupun melihat satu sama lain.

Melihat sikap Vero yang berubah drastis, Vella hanya terdiam dan menatap ujung sepatunya.

Hari ini terpaksa Vero naik angkutan umum karena ban motornya bocor dan malas mengendarai mobil.

Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, masih tersirat rasa sedikit peduli untuk gadis di depannya kini, sesekali ia melirik sekilas Vella. Tapi, selang beberapa menit kemudian, ego-nya mulai menutupi rasa peduli itu.

Sekitar lima belas menitan berlalu, kini mereka hampir sampai di dekat sekolah.

"Kiri bang!" Vella maupun Vero menatap satu sama lain. Tapi, buru-buru Vero membuang pandangannya dan langsung turuun. Vella terdiam beberapa detik, kemudian ia turun setelah Vero.

Dulu, mereka sering menjahili satu sama lain, tapi sekarang, hanya mengucapkan sapaan aja susah. Ceweknya terlalu takut. Cowoknya terlalu besar keegoisannya.

Baru masuk ke gerbang sekolah, Vella melihat Vero, Arka, Rio dan Harun sedang mengobrol. Saat masuk, mulai banyak yang melihat Vella dengan tatapan seperti kemarin, mungkin dia akan menerima kata-kata yang tidak senonoh lagi.

Melihat Vella masuk, Rio dan Harun pamitan ke Vero dan Arka. Mereka berdua langsung menarik pergelangan Vella ke suatu tempat. Cewek itu awalnya terkejut, tapi setelah mengetahui jika yang menarik pergelangan tangannya itu Rio dan Harun, ia menenangkan dirinya.

Tak lama, Arka juga pamitan ke Vero dan berlari menyusul Rio, Harun dan Vella.

Vero terdiam sambil berpikir, mereka mau bawa dia kemana?

Di lain tempat, Vella, Rio, Harun dan Arka sedang duduk di aula yang tidak ada orang lagi selain mereka berempat.

Harun menoleh ke Arka, "Ka, panggil Bima dulu gih. Kalau udah ngumpul semua kan enak, lagian Bima udah punya cara buat nyoba selesaiin ini semua."

"Wait." Arka langsung berlari keluar aula dan menuju ke lantai 3, kelas Bima berada.

"Oiya, Yo, bajunya udah gue cuci kok. Ntar gue kasih ke lo ya?"

Rio cengengesan sendiri, "santai aja sih, Vel sama gue mah. Mau lo gak balikin juga, gue mah masa bodo."

Vella mengerucutkan bibirnya, "yeee..." kemudian beberapa detik kemudian dia ikutan cengengesan.

"Run, kemarin gimana, anak-anak yang ngebully Vella? Udah di kasih hukuman?"

Harun menghela napas, "kemarin pas lo bawa Vella, gue, Arka sama Bima langsung nyamperin tuh bocah-bocah. Terus kita bawa ke bk. Pas kita bertiga nyeritain, dia nunduk aja, ditanya sama bu Sari kenapa ngebully Vella, mereka malah diem. Yaudah, mereka kemarin pulang, kena skors 3 hari."

"Ngebully orang sampe kayak gitu cuma di skors tiga hari?" Rio menatap Harun tak percaya.

Vella langsung menoleh kearah Rio, "udah sih, Yo, gue juga gapapa ini."

"Kata bu Sari sih, itu baru permulaan aja. Ntar kalau mereka udah masuk lagi, mau ditanya baik-baik kenapa mereka berlima ngebully Vella."

Vella bernapas lega, "lagian kan, masalahnya udah selesai. Gak usah lah ditanya-tanya, kasian mereka."

Harun menatap Vella tidak percaya, "Kasian? Kasian?"

Vella dengan polos mengangguk.

"Hati lo bersih amat, Vel. Buat apa lo kasianin mereka yang udah bully lo?"

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang