Telah banyak orang yang berkumpul di ruang tengah kediaman Kemal. Teman sekelas Vero bahkan guru-guru juga ikut tahlilan.
Dari pagi, Hana belum sadar. Zahra masih setia menemani Hana. Vero dan Vella juga sempat menjaga Hana saat jam 14.20-16.00. Tapi, karena kelelahan menangis, Vella dan Vero tertidur. Vero tidur di kamarnya, sedangkan Vella tidur di kamar tamu, letaknya di depan kamar Vero.
Saat pertama kali bertemu, Vella dan Zahra langsung berkenalan dan mengobrol. Ya, bisa di bilang mereka berdua telah akrab.
Zahra juga sempat tidur siang, dia tidur siangnya di sofa, di kamar Hana. Tadinya, Zahra di suruh Vero tidur di kamar tamu satunya lagi, tapi Zahra menolak, dia lebih milih tidur di sofa kamar Hana, karena takut ada apa-apa.
Vero dan Vella segera berjalan ke bawah, menemui para tamu. Ternyata, Wina, Yanto dan Tasya udah datang. Tasya ikut bergabung dengan teman sekelasnya. Setelah mengobrol sebentar kepada beberapa tamu, Vero dan Vella segera berjalan menuju teman-teman sekelasnya.
"Turut berduka cita ya, Ver,"
"Semoga om Kemal tenang disana ya,"
"Yang tabah ya, Ver,"
Begitu ucapan duka yang terlontar dari mulut teman-teman sekelasnya dan guru-guru. Kenapa hanya Vero yang di sebut? Karena belum ada yang tau kalau Kemal itu papanya Vella. Dan mereka hanya menyangka kalau Vella setia menemani Vero di rumahnya, padahal sebenarnya Vella juga di tinggalkan oleh Kemal.
Tasya mencolek lengan Vella, "Vel, bajunya ada di mama,"
"Oh, oke," Vella bangkit dari duduknya lalu menghampiri Wina. "Baju Vella mana tan?"
Wina merogoh tasnya lalu mengambil tote bag yang berisikan baju Vella, "Nih, dua cukup kan?"
"Cukup kok tan, palingan juga cuma ke pake satu. Oh iya, tan, om, Vella ngumpul kesana lagi ya,"
Wina dan Yanto mengangguk sebagai jawabannya. Setelah itu Vella berjalan lagi ke tempat semula. Vella lalu duduk di samping Moza. Vero yang tadi duduk di samping Arka, berpindah dengan Moza. Alasannya ya satu, ingin dekat Vella. Mereka cukup lama mengobrol, bercerita kronologis kematian Kemal.
Tak lama, Zahra datang menghampiri Vella dan Vero. Lalu tatapan Zahra mengarah ke Vero, "Ver, bunda udah sadar. Bunda mau jelasin semuanya,"
Vero mengangguk, lalu Vero beralih pada Vella, "Sana gih, lo ke bunda,"
Vella menyeritkan alisnya, "Lo gak ikut?"
Vero tersenyum tipis, "Gue udah tau semuanya, Vel,"
"Oh gitu," Vella lalu menatap Zahra, "Kak Zahra mau ikut gak?"
Zahra menggeleng pelan, "Nggak usah deh, kakak gak mau ikut campur."
Vella mengangguk pelan lalu bangkit dari duduk dan berjalan ke kamar Hana.
Vella memutar knop pintu secara perlahan. Di lihatnya, Hana tengah duduk dengan punggungnya yang di senderkan pada kepala ranjang. Melihat Vella, Hana tersenyum, begitu juga Vella.
"Sini nak, duduk di deket bunda. Sekarang panggilnya bunda aja, gak usah tante,"
"Iya, bunda," Vella mendekat kearah Hana lalu duduk di atas ranjang, di depan Hana.
Hana mengambil napasnya secara rileks dan menghembuskannya secara perlahan, "Bunda bakal jelasin semuanya, tanpa ada yang bunda kurangin dan bunda tambahin,"
"Iya, bun,"
Setitik air mata keluar dari kelopak mata Hana, cepat-cepat Hana menghapusnya. Hana kembali menarik napas dan mulai mengingat semuanya dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...