Satu

225K 11.7K 387
                                    

Aku buat instagram cerita ini.
Kalian bisa follow buat tau updatean terbarunya.

@bendaharadanketuakelas

***

Bel istirahat pertama telah berdering. Hampir seluruh siswa maupun siswi berhamburan keluar kelas. Banyak siswa yang sedikit berlari ke arah kantin supaya kebagian tempat duduk.

Di sisi lain, di kelas Ips 1, tersisa beberapa orang saja. Hmm, bisa dihitung jumlahnya tidak sampai sepuluh.

Vero bangkit dari duduknya, ia sedikit membenarkan kerah bajunya. Cowok itu berjalan dua langkah ke depan, tempat duduk Vella.

Gadis itu masih berkutat pada catatan yang ia tulis dari papan tulis. Tidak memperdulikan suara Vero yang terus memanggilnya sedari tadi.

Vero menoel pipi Vella. "Kantin yuk!"

"Ke kantin tinggal ke kantin." Tanpa menoleh ke arah Vero, Vella memandang ke arah papan tulis.

"Bareng kita, jarang-jarang loh gue ngajakin cewek ke kantin." Vero terkekeh.

Vella menutup buku catatan matematikanya. Ia lalu menatap Vero. "Jarang? Bukannya setiap hari lo ngajakin gue ke kantin ya?"

"Kan dulu bukan sekarang." Vero memeletkan lidahnya.

Vella cengengesan. "Harus ekstra sabar ya ngadepin lo. Kalo bukan temen, udah gue jadiin lemper dah,"

"Pero, gue sama anak-anak duluan ya. Bujuk terus si Pella sampe mau, sampe jadi, ugh." Rio cengengesan ke arah Vero.

"Sampe unch, unch ya, Yo. Ugh," Vero menabok lengan Rio.

Sahabat-sahabat gesrek terkekeh kemudian mereka bertiga, Arka, Rio, dan Harun bangkit dari duduknya dan meninggalkan kelas.

"Ayo, Velllllllaaaaaaaa."

"Gak mau, Verrrrrrooooooo. Gue bareng sama Tasya."

Tatapan Vero beralih ke cewek yang duduk di samping Vella. "Tasya, gue minjem Vella dulu ya. Lo kan sama Vella terus, jadi gantian lah gue sekarang."

Tasya melirik sedikit ke arah Vero, kemudian tersenyum. "Ya udah, s-sono."

Vella menatap Tasya dengan tatapan aneh. "Dih apaan sih, Sya."

"Udah sono, gue juga belom selesai nyatet."

Vella mendengus, "Ya udah lah, duluan ya Sya."

"Yes," Bibir Vero membentuk senyuman.

"Yuk, Beb." Sembari jalan, Vero merangkul bahu Vella agar jarak diantara mereka semakin dekat.

"Lepasin ga?!" Bukan Vero namanya yang nggak menjahili dan mengganggu Vella. Vero menurunkan rangkulannya, yang tadi di bahu, sekarang di pinggang Vella.

"Lepas, atau gue bunuh lo disini." Vella menatap tajam Vero. Tapi, Vero manatap Vella dengan tatapan jahil.

"Tapi, sebelum lo bunuh gue disini. Gue bakalan macem-macem sama lo disini, di depan banyak orang."

Mendengar perkataan Vero, Vella langsung bungkam. Membiarkan Vero merangkul pinggangnya. Selama perjalanan menuju kantin, mereka berdua hanya diam, tapi saling melirik-lirik sekilas.

"Jangan diem aja kenapa. Jadi aneh tau." Vero memonyong-monyongkan bibir Vella menggunakan tangannya.

"Ah, jang-an. Do-ngo lo Vero." katanya terbata-bata karena bibirnya masih dimonyong-monyongkan sama Vero.

"Bodo amat," Vero masih bersikukuh dengan kegiatannya. Vella segera menginjak kaki kanan Vero.

Kerjain kayaknya enak.

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang