Tigapuluh Enam

115K 5.5K 511
                                    

"Vella maaf ya?"

"Gue minta maaf."

"Sorry banget kata-kata gue kemarin ya Vel,"

"Gue kemarin ikut-ikutan yang lain. Sorry,"

"Maaf banget ya, Vel."

"Sorry udah percaya berita itu."

Banyak siswa-siswi yang minta maaf kepada Vella. Bahkan hampir semua. Semua malah.

Vella hanya bisa tersenyum sambil mengangguk, namun terkadang ia bilang. "Gapapa kok, gue maklumin."

Vella sangat bahagia. Satu masalahnya telah selesai. Vella cukup tersanjung juga dengan teman-temannya yang meminta maaf. Bahkan, ada lagi yang mengirim berbagai cokelat dan bunga seperti dulu, namun sekarang lebih banyak.
Jika dulu setiap hari hanya bisa mendapatkan 1-3 coklat dan 1 bunga, hari ini, di kolong mejanya terdapat 135 cokelat, 98 bunga, dan 37 surat permohonan maaf hadiah itu sampai jatuh dan sampai ke meja terdekat Vella. Vella bisa pastikan, yang mengirim surat adalah oramg yang tidak berani meminta maaf secara langsung.

Vella tengah jalan berdua dengan Tasya di koridor, namun Vero, Rio dan Harun datang. Bel masuk belum berdering, jadi siswa-siswi masih berhamburan di koridor.

"Arka mana?" tanya Tasya.

Vero mengangkat kedua bahunya. "Gak tau, belom dateng keknya."

Vero melirik Vella. "Mau ke kelas? Ini sengaja kita bertiga jemput lho."

Vella mengangguk. "Lebay banget deh."

Arka berlari menghampiri mereka, dan saat sampai Arka menepuk bahu Rio.

Rio menoleh. "Kenapa sih, Ka?"

Arka menunjuk ke asal arah. "Itu si-"

"Si- si? Siapa?" Vella memotong pembicaraan Arka.

Arka mengambil ritme napasnya. "Si Bima ada di ruang kepala sekolah, ada orang tuanya juga."

Harun mengerutkan dahi. "Ya terus?"

"Sabar napa sih!"

Harun cengengesan.

"Gue kan tadi nguping ya, terus-"

"Dasar tukang nguping! Goblok bat ye!" Rio menatap remeh Arka sambil menampilkan cengirannya.

"Anjir! Ini mau gue kasih tau gak?!"

Mereka semua mengangguk.

"Gue denger, Bima mau pindah sekarang. Makanya tadi gue lari-lari kesini buat nemuin kalian."

"Kesana!"

Tanpa menunggu yang lain, Vella berlari duluan kearah ruang kepala sekolah. Yang lain juga ikut berlari mengejar Vella.

Ruang kepala sekolah ada di ujung. Dan untungnya, di koridor ruang kepala sekolah sepi. Di depan ruang kepala sekolah ada Bima sedang bersalaman dengan kepala sekolah juga beberapa guru. Ada orang tua Bima juga.

"Bim?" panggil Vella.

Bima menoleh ke sumber suara. "Eh? Lo kok disini?"

"Lo mau pindah?" tanya Vella to the point.

Bima menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ehmm-i-iya."
Bima berjalan mendekat kearah Vella, Tasya, Vero, Rio, Arka dan Harun.

"Secepet ini? Tiba-tiba kayak gini?" tanya Vella sekali lagi.

Bima mengangguk.

"Tapi kenapa? Masalah kita baru selesai, Bim. Gak mau gabung main sama kita-kita?"

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang