Bel sekolah telah berdering sejak 5 menit yang lalu, Vella, Vero, Rio, Liza dan Dini telah berkumpul di parkiran. Mereka ingin langsung mengerjakan tugas di rumah Rio. Kelompok dua mendapat tugas untuk membuat ringkasan bab 3 dan bab 4 dan minggu depan mempersentasikannya.
"Gue gak bawa kendaraan, tadi dianter soalnya." Liza sedikit membetulkan poninya.
"Sama." Dini mengangguk.
"Dibagi aja deh." Rio melipatkan lengannya di depan dada bidangnya.
"Ya udah, gue, Liza sama Dini bareng. Lo berdua aja sama dia. Duluan ya." Tanpa melirik kearah Vella, cowok itu langsung masuk ke dalam mobil, disusul oleh Liza dan Dini.
Rio menatap Vella sekilas, "gak usah di masukin ke hati. Dia emang bego."
Vella tersenyum. Rio melangkah menuju mobilnya yang terparkir diantara beberapa mobil dari tempat parkir Vero. Vella hanya mengikuti jalan Rio. Vella masuk ke dalam mobil Rio setelah diperintahkan untuk masuk.
Di dalam mobil, Rio berusaha untuk memecahkan keheningan, namun Vella hanya membalas dengan senyuman dan kembali memandangi pemandangan.
"Sebenernya, gue cukup kagum sama perjuangan Vero ke lu, Vel."
Vella menoleh, "maksudnya?"
Bibir Rio membentuk bulan sabit, "inget waktu itu yang pas study tour ke anyer?"
Vella dengan polos mengangguk.
"Dia rela turun dari bis karna lo." Rio tersenyum tipis, melirik Vella sekilas dan kembali fokus ke depan.
"Kalau itu gue tau. Tapi, gue sempet gak percaya, dan akhirnya gue percaya ketika anak-anak yang satu bis bilang beneran."
"Perjuangan Vero gak sampe disitu." Perkataan Rio sukses membuat Vella menoleh lagi. "Pas di dalem mobil Bima, dia rela nahan ngantuk untuk ngejagain lo kalau di apa-apain sama Bima."
Vella terkejut dan terdiam sebentar.
"Waktu itu, dia belom sadar kalau dia jatuh cinta sama lo. Sampe sekolah, dia liat lo pegangan tangan sama Bima, dia cemburu. Dia sampe pergi ke club. Dia mabok berat. Dan pas dialam bawah sadar dia, dia bilang kalau dia suka sama lo."
"Mabok?" Vella menatap Rio tak percaya.
"Iya. Lo adalah cewek pertama kali yang pernah bikin Vero kayak gitu."
Vella terenyuh, andai dia dari dulu tau perasaan Vero kepadanya. Mungkin dia akan membuka hati perlahan demi perlahan. Gadis berbola mata abu itu berpikir, itu dulu, Vel. Emang sekarang dia masih suka?
"Beberapa hari kemudian, dia naro bunga mawar biru di meja lo. Tapi, pas dia ke toilet, di atas meja lo ada bunga mawar merah, bunga itu dari Bima. Dan akhirnya lo malah ngasih bunga pemberian Vero gak tau dan buat siapa bunga itu. Waktu itu dia pikir, dia harus bersaing sama Bima.
"Dia coba lagi perjuangannya, dia niat ngajak lo jalan-jalan. Pas dia nyampe ke tempat kerja lo, lo udah jalan sama Bima. Lagi-lagi dia kalah saingan sama Bima.
"Terus yang gue inget, Vero juga pernah cerita pas lo sakit. Waktu lo sakit, dia niat jenguk lo, pas sampe di rumah, kata nyokapnya Tasya, Bima lagi jenguk lo juga.
"Dia gak mau jadi PHO, dia rela lo sama Bima, yang penting lo bahagia. Dari situ, dia niat move on. Dia sampe bawain lagu last child pas perpisahan. Itu buat lo. Dia bilang, 'gue udah berjuang tapi, gak pernah keliatan dimatanya.' Itu yang bikin Vero rapuh.
"Vero niat move on, makanya dia ngejauh dari lo. Beberapa kali dia nyoba move on tapi hasilnya nihil. Bayangin aja, dua bulan dia berjuang move on, dia cuma berhasil ngelupain lo 0,1%. Gila kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...