Seluruh perwakilan untuk menyurvey tempat telah berkumpul di aula. Ada Pak Roji, Bu Asma -selaku pemimpin dan wakil-, serta murid-murid dari kelas XII Ips 1, XII Ips 4, XII Ipa 3 yang memiliki jabatan ketua kelas dan bendahara.
Pemilihan kelas tersebut ditentukan secara random dengan cara acak. Ntah kenapa Vero merasa sial ketika ia dan Vella mengikuti kegiatan survey tersebut. Sejak kejadian di taman belakang, ia mulai malas dekat dengan Vella.
"Kita bakalan survey tempat untuk perkemahan. Saya dan Pak Roji udah ada rekomendasi tempat, yaitu perkemahan bumi indah. Sebelumnya ada yang pernah ke sana?" ucap Bu Asma membuka percakapan.
Mereka semua selaku perwakilan menggeleng. Vella-Vera mewakili kelas XII Ips 1, Nanta-Rani mewakili kelas XII Ips 4, dan Ojan-Kayla mewakili kelas XII Ipa 3. Karena ini merupakan acara kelas 12, maka yang ikut menyurvey hanya beberapa anak kelas 12.
"Oke. Karna kalian masih asing sama tempat itu. Saya harap nanti gak ada yang ilang ya. Udah gede, jangan neko-neko."
"Saya neko-neko ah, biar ilang. Biar dicariin."
Vero langsung dihadiahi jeweran Bu Asma. Cowok itu meringis, padahal tidak sakit tidak sama sekali. Ia meringis agar telinganya berhenti dijewer guru muda itu.
"Kalo ngomong jangan macem-macem. Ilang beneran baru tau rasa."
"Iya, Bu. Ibu cantik deh kalo berenti marahnya." Vero cengengesan.
"Rayuan kamu ga mempan ke saya ya, Ver." Setelahnya Bu Asma ikut terkekeh.
"Anjir Vero kane. Coba gue yang rayu Bu Asma, auto diusir." celetuk Ojan.
Bu Asma memelototi Ojan. Seketika Ojan pun langsung ciut. Cowok itu memasang wajah watadosnya dan jarinya membentuk dua jari, melambangkan peace.
"Ampun, Bu."
Vella dari tadi hanya tersenyum kikuk. Vella awalnya berdiri dekat Vero, namun cowok itu malah gabung dengan Nanta dan Ojan. Akhirnya Vella sendiri.
Vella ingin gabung dengan Rani dan Kayla. Namun, mereka berdua merupakan kalangan siswa hits. Lagipula, jika Vella gabung dengan Rani dan Kayla ia akan menjadi kambing conge. Ada tapi tidak dianggap. Rani dan Kayla pasti menggosip tentang barang-barang branded yang Vella tidak mengerti sama sekali.
Padahal harapan Vella satu-satunya adalah Vero. Namun, ia sadar jika Vero masih menjaga jarak dengannya. Sedangkan, Nanta dan Ojan, Vella sekadar tahu namanya saja.
Nanta menautkan alisnya. "Lah Ver, tumben gak bareng Vella."
Wajah ceria Vero tiba-tiba berubah menjadi masam. "Males."
Ojan mengendus indera penciumannya. "Saya mencium bau-bau keributan di sini."
Nanta menoyor kepala Ojan. "Goblok."
Vella yang mendengar ucapan ketiga cowok itu hanya tersenyum.
"Saya sama Bu Asma bakalan prepare sebentar sama supir busnya. Kalian berenam tunggu di sini dulu."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Pak Roji dan Bu Asma meninggalkan aula.
Ojan mengeluarkan ponsel dari saku celana jeansnya. "Pabji kuy."
Seketika para cowok asik bermain pada ponselnya masing-masing. Dan Vella makin bingung apa yang harus dilakukannya saat ini.
Tidak tahan, akhirnya Vella berjalan mendekati Rani dan Kayla.
"Boleh gabung?" tanya Vella sesopan mungkin.
Rani menatap Vella dari atas sampai bawah. "Tau gucci, lv, chanel, versace, ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]
Teen Fiction"Vero! Jangan sampe gue kutuk lo jadi jin iprit ya!" "Boleh kok, apapun karena kamu." "Gue bunuh lo besok!" "Tapi, sekarang kita ke pelaminan dulu ya?" "IHHH VERO!" Vero dan Vella. Satu kelas dan tergabung dalam organisasi kelas. Dari kelas X, merek...