Empatpuluh Empat || +Curhat

113K 7.6K 1.4K
                                    

Seperti yang dibilang Bu Asma tadi, ada beberapa guru-guru menyusul, dan guru-guru tersebut sudah sampai di lokasi perkemahan.

Hari sudah malam, suhu udara juga semakin menurun. Api unggun juga sudah lebih besar daripada sebelumnya, karena saat guru-guru yang baru datang, mereka membawa kayu bakar yang banyak. Guru-guru niat, tidak menyusahkan murid.

Untuk meramaikan suasana, Nanta memainkan gitar dengan sangat mahir. Tak lupa juga suara merusak dunianya Ojan yang bergema di sana. Para guru pun juga menikmati momen tersebut, bahkan beberapa guru juga ikut bernyanyi.

"Kane juga ya jalan-jalan sama guru." ucap Ojan yang tiba-tiba berhenti menyanyi.

Nanta menoleh ke Ojan sambil tetap memainkan gitarnya. "Iyalah! Guru SMA kita kan berbeda dari sekolah lain, asik. Banyak yang muda, jarang yang bacot, kekinian. Anjay."

Vero hanya tertawa. Memang perjalanan kali ini lumayan asik, apalagi ada Nanta dan Ojan yang kebetulan teman ekskulnya saat kelas 10, namun tetap saja kalau Arka, Rio, dan Harun tidak ikut, pasti ada yang kurang.

Rani dan Kayla mengambil posisi duduk bersebelahan dengan Nanta. Ingin duduk di samping cogan a.k.a Vero, namun nyalinya masih ciut atas insiden tadi sore. Dua cewek itu ikut meramaikan suasana dengan suara cempreng dan tepuk tangan.

Masalah Kayla dan Rani, dua cewek tersebut sudah meminta maaf pada Vella. Seperti biasa, Vella selalu memaafkan dengan senyuman khasnya.

Soal Vella, dari tadi ia sudah beberapa kali diajak bergabung, namun ia menolaknya dengan alasan 'pengen sendiri'. Cewek itu memilih duduk di depan tenda, ia asik menulis apa aja yang ada diotaknya. Isinya tentang Vero, Vero, dan Vero Giorgino. Begitu hampa.

Vero, kangen.
Kangen banget.
Kangen.
K
A
N
G
E
N
Hehe
Mau peluk
Ga deng
Malu
Hehe

Ntah sudah berapa banyak lembar kertas yang ia tulis seperti itu. Benar-benar kurang kerjaan dan buang-buang sampah.

Kembali pada situasi ramai yang dibuat tadi, kini sudah memasuki lagi ke 7, dan mereka masih bersemangat menyanyikan dan bertepuk tangan.

"Eeeee ganti dong lagunya, jangan yang hepi hepi terus. Lagu galau sekali-kali." sela Ojan dengan suara kencangnya. Seketika para guru, Nanta, Vero, Kayla, dan Rani berhenti bernyanyi. Bahkan Vella yang agak jauh dari tempat perkumpulan tersebut ikut menoleh ke arah Ojan.

"Lagu ape?" tanya Nanta sambil memberhentikan petikan gitarnya.

"Kalo lagu galau serahkan ke Pak Yudis." ucap Bu Asma sambil menyenggol bahu Pak Yudis.

"Ayo, Pak. Bapak pasti banyak kan referensi lagu galau, secara abis ditinggal nikah sama mantan."

Asli. Ucapan Ojan membuat gelak tawa. Dan Pak Yudis menatap Ojan dengan wajah menahan tawa, "Gue kurangin nilai olahraga lo ye, Jan."

"Becanda, Pak. Selaw-selaw."

"Cinta dalam hati aja." usul Bu Asma.

"Asik Bu Asma, lagi nunggu ditembak Pak Yudis ya?" canda Ojan.

"Gas keun, Pak!" seru Vero.

Bu Asma mendekat ke arah Ojan dengan muka memerah, menahan malu. Lalu, menjitak kepala Ojan. "Nilai sejarah kamu, minus 10."

Nanta tertawa sambil menepuk bahu Ojan. "Double kill." Lalu mulai fokus pada gitar. "Kuy kuy, cinta dalam hati. Ver, wajib nyanyi, gak mau tau gue."

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang