Duapuluh Lima

102K 5.7K 244
                                    

Bel sekolah berdering satu kali, yang menandakan pelajaran selanjutnya akan di mulai. Jadwal mata pelajaran kelas XII Ips 1 saat ini adalah olahraga.

Setelah semua siswa kelas XII Ips 1 di kumpulkan di lapangan, Vero selaku ketua kelas memimpin pemanasan.
Kebanyakan murid suka pelajaran olahraga, tapi paling malas pemanasan.
Untungnya pemimpin yang memimpin pemanasan adalah Vero, sekali ngitung pemanasan "Tu, wa, ga, pat, ma, nam, juh, pan." Begitu terus sampai selesai.

Biasanya, pak Wandi, guru olahraga di SMA Pelita Bangsa membebaskan murid-muridnya setelah melakukan pemanasan.

Selesai pemanasan, anak cowok bermain basket, sedangkan yang cewek ada yang duduk di pinggir lapangan dan ada juga yang pergi ke kantin.

Vella, Tasya, Libby, Rina dan beberapa murid lainnya duduk di bangku yang terletak di pinggir lapangan. Yang mereka lakukan adalah melihat para cowok-cowok main bola basket. Tapi, lebih fokus ke the most wanted boy di SMA Pelita Bangsa, Vero Giorgino.

Setengah jam telah berlalu, anak cowok telah selesai bermain basket. Vero langsung berjalan ke arah Vella.
Vero mengkode ke arah anak-anak cewek, keculi Vella untuk pindah tempat.
Apa yang di lakukan Vero, pasti di turutin, apalagi kaum wanita.

Vero langsung tuduran dengan kepalanya yang berada di atas paha Vella. Vella yang sedang bengong di kejutkan oleh Vero.

Vella menatap wajah Vero dengan seksama. Terlihat dengan jelas banyak keringat yang membasahi wajah Vero. Bukannya bau keringat, justru mangi parfum Vero yang masih menyengat di tubuh cowok itu, Vella suka wangi parfum Vero. "Lo ngapain tiduran disini?"

"Kenapa? Gak boleh?" Yang di tanya justru menanya balik.

"Ya gapapa sih. Cuma aneh aja,"

"Anehnya?"

"Ya aneh aja."

Nyaman. Itu yang di rasakan Vella ketika berada di dekat Vero. Di pikirannya, Tuhan tidak salah mengirimkan sesosok Vero kepada dirinya sebagai sahabat.

"Si alig," Vero terkekeh.

Vella terkekeh kecil lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan mengelapkan keringat di wajah Vero.

BUNDAAAA!!! TOLONG VERO!!!. Batin Vero gugup. Dia ingin menghentikan waktu ini. Ya, dia ingin menghentikan waktu jika bersama Vella.

"Banyak banget sih keringatnya. Gak capek emang?" Tatapan Vella masih fokus kepada insan yang di hadapannya ini.

"Y-ya namanya juga cowok." Vero tersenyum tipis untuk menghilangi rasa groginya.

"Kok lo gugup gitu sih?"

"B aja perasaan,"

Vella menyipitkan matanya, tanda tidak percaya. "Boong kan lo? Jujur aja sih,"
Vella terkekeh pelan.

"Oke fine, gue jujur." Vero cengengesan.
"Gue gugup. Karna gue gak pernah deket sama cewek mana pun, kecuali lo." Vero mencubit pelan hidung Vella.
"Gue juga gak pernah kayak gini sebelumnya sama cewek manapun."

"Berarti gue cewek pertama dong?"
Jujur, Vella kaget. Dia kira, cowok famous di sekolahnya itu suka main perasaan cewek.

"Yes. You are the first and last."

"Terakhir?"

Vero mengangguk, mengiyakan.

"Terus ntar kalau lo punya pacar gimana? Masa iya ntar pacar lo sendiri lo lupain." Vella terkekeh.

"Ngapain punya pacar lain kalau misalkan jodoh gue itu lo?"

***

Pelajaran ekonomi, adalah pelajaran yang paling menyebalkan bagi sebagian murid di kelas Ips 1. Bukan pelajarannya sih sebenarnya, tapi gurunya.

Bendahara & Ketua Kelas [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang