Bab 1. Tentang Netra

15.4K 529 60
                                    

Holaaa~ Aku repost ini di watty for quoting purpose.. Wakakak kali aja ada yang mau nge-quote ucapannya Netra #plakk
Enjoy!

***
BAB 1. Tentang Netra

    “Ini gimana ngerjainnya sih?”

    Kelas itu terlihat sepi. Hanya terdengar suara pensil yang beradu dengan buku diselingi oleh suara gumaman seseorang. Suara itu dibuat oleh satu-satunya penghuni kelas yang masih bertahan di dalam ruangan saat jam istirahat pertama berlangsung. Gadis itu duduk di barisan tengah, sibuk mencoret-coret bukunya lalu sesekali mengacak rambutnya.

    Satu kata yang cocok untuk menggambarkan raut muka gadis itu adalah panik. Ya, dia terlihat panik. Sesekali dia menggigiti ujung bolpoinnya. Keringat dingin pun menetes di pelipisnya. Poni di dahinya sudah basah oleh keringat. Kerah leher seragamnya juga sudah basah. Rasanya dia kegerahan padahal dia hanya sendirian di dalam kelas.

    Suasana sepi di kelas IPA 4 ini sangat kontras dengan kegaduhan di depan kelas. Pasalnya anak-anak kelas lebih suka menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin, di taman, di lapangan basket atau tempat mana pun selain di dalam kelas. Berada di dalam kelas lebih lama lagi akan memberikan trauma bagi mereka.

    Bukan. Bukan karena dia adalah seorang gadis cupu dan nerd sehingga dia sendirian di dalam kelas. Gadis itu juga bukanlah tipe murid yang mau menghabiskan waktu istirahatnya untuk merasakan dinginnya dinding-dinding kelas. Dia tidak bermaksud untuk mengurung diri dalam kelas. Namun apa daya, ada pekerjaan rumah yang lupa dia kerjakan. Dia hanya punya waktu sampai jam istirahat ini berakhir untuk menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut membuatnya harus mendekam dalam ruangan yang pengap berbentuk balok itu. Sementara teman dan sahabatnya sudah membebaskan diri di luar sana.

    “Huahahahaha!”

    Suara derai tawa yang bersahut-sahutan itu terdengar memekakkan telinga Netra. Teman-temannya di luar sana sengaja memecah konsentrasi Netra. Saat mereka tahu bahwa Netra lupa membuat pekerjaan rumah, bukannya membantu mereka malah menertawakan Netra sambil mengolok-oloknya.

    “Sukurin!”

    “Mampus lo. Bu Ratih ngambek lagi nanti.”

    Sebagian lain yang tidak menertawakan Netra hanya menggelengkan kepala. Mereka seolah sudah memaklumi. Bukan hal yang baru ketika mendengar Netra lupa dengan tugasnya.

    “Diam!” Netra tidak tahan lagi. Kalau mereka tidak diam, dia tidak akan menyelesaikan PR matematikanya. Huh, Netra menyesal karena kemarin malam dia menghabiskan waktunya dengan bermaraton menonton drama korea sehingga lupa dengan tugas sekolahnya.

    Suara tawa itu makin keras. Netra menggerutu. Dengan jelas dia mendengar nyanyian yang mereka dendangkan untuk mengejek dirinya.

    “Ada yang marah, hoy! Haha.”

    Itu suara Pulung, anak kelas sebelah. Bagi Netra, Pulung adalah seseorang yang menyebalkan, seperti biasa dia selalu menggoda Netra.

    “Net, keluar dong. Nggak asik lo!” Pulung berteriak lagi. Dia melongokkan kepalanya ke dalam kelas untuk mengecek Netra. “Woy, Net. Jenita Janet!”

    Netra pura-pura tidak mendengar. Pura-pura tuli ... pura-pura tuli ..., katanya pada diri sendiri, menyugesti.

    Netra kembali memfokuskan diri pada soal matematika di depannya. Memang dasar kelasnya yang sial karena mempunyai seorang wali kelas yang juga merangkap sebagai guru matematika yang sangat sinis. Jika ada muridnya yang belum mengerjakan PR, pasti guru itu akan ngambek, tidak mau mengajar kelasnya lagi selama seminggu!

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang