Yang dimulmed rumah caca
"kita gak mungkin ngerelain semua aset ini buat orang yang nggak berhak mas" ucap seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluhan terhadap lelaki dihadapannya. "tapi kesempatan mereka lebih besar untuk merebutnya dibandingkan dengan kemampuan kita rum" lelaki itu menutupi kepalanya dengan tangannya dan mulai membuang nafas kasar.
"kita harus biacara dengan Ratna, bagaimanapun juga dia yang memiliki keputusan untuk masalah ini, aku yakin pasti ada jalan"
"bagaimana kalau pihak mereka tidak mengizinkan Ratna melakukan apapun?"
"mas Ratna istrinya dan dia memiliki hak atas ini semua! Kita mendirikan perusahaan ini bersama apa kau rela mereka mengambil alih perusahaan ini tanpa susah mendirikannya seperti kita dulu?dia sahabatmu mas"
"kau benar rum, perusahaan ini adalah masa depan anak kita dan anak Ratna kita tidak boleh membiarkan orang tidak tahu diri mengambil ini semua!"
"kita harus membicarakan ini dengan Ratna"
Rumah Sakit, ruang melati nomor 7
"permisi bu diluar ada Bu Arum dan Pak Felix" ujar seorang perawat kepada seseorang wanita yang berumur tiga puluhan. Terdapat banyak berkas-berkas yang sepertinya penting dihadapannya, sepertinya ia sangat sibuk dengan pekerjaannya walaupun ia sedang sakit.
"persilahkan masuk" ucapnya. Perawat tadi membungkuk lalu membuka pintu ruangan tersebut. "Ratna" ujar sang tamu perempuan lalu memeluk wanita yang bernama Ratna tersebut. "Arum, gimana kabarmu?" balas Ratna sambil melepas pelukan mereka.
"seharusnya aku yang bertanya begitu kepadamu"
"yah seperti inilah aku"
"maaf ya kami baru mengunjungimu sekarang, kami baru pulang dari paris, kalau kau sedang sakit harusnya kau beristirahat bukannya mengerjakan pekerjaan sebanyak ini" kata Arum sambil memindahkan tumpukan kertas yang tadi dikerjakan oleh Ratna. "aku tidak bisa meninggalkan perusahaan ini begitu saja rum, pasti mereka akan mengambil alih perusahaan ini kalau tahu aku tidak lagi mengurusnya" jelas Ratna dengan nada sedih.
"tapi sebentar lagi kau harus menjalani operasi dan kau harus dalam keadaan siap dan tidak down, operasimu harus dilakukan secepatnya rat"
"aku tahu itu rum, tapi kata dokter aku perlu menenangkan diri dahulu, kau tahu aku terkadang...."
"kita harus melakukan negoisasi dengan pihak mereka" ujar Felix yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan istrinya dengan istri sahabatnya itu. "sudah!" ujar Ratna singkat. "sudah? Lalu bagaimana keputusan mereka?" tanya Felix yang merasa penasaran. "karena yang memegang perusahaan harus sudah menikah jadi...." ucapan Ratna menggantung "kau diminta menikah lagi?!" tanya Arum sedikit menyentak karena ia kaget. "bukan!" sangkal Ratna cepat, Arum dan Felix diam untuk menunggu penjelasan dari Ratna yang sebenarnya. Ratna menarik nafas "anakku......dia yang harus menikah dan mereka ingin anakku yang melawan mereka disidang perebutan perusahaan nanti, tapi anakku masih SMA rum dia tidak mungkin menikah diumurnya yang masih delapan belas tahun, dia pasti juga tidak mau" jelasnya yang mulai terisak. Arum memeluk sahabatnya itu dan mengusap bahunya agar merasa lebih tenang.
"tapi kalau kita menunggu anakmu selesai kuliah itu membutuhkan waktu yang lama dan perusahaan yang kita bangun bersama jatuh ketangan mereka" Felix mengacak rambutnya kesal. "masalahnya jika mereka berhasil merebut saham yang ada di Jakarta maka semua cabang perusahaan kita jatuh ketangannya juga" ucap Ratna sedikit bergetar. "sial!" umpat Felix. "surat yang mereka bawa adalah surat semua perusahaan termasuk perusahaanmu rum yan" tambah Ratna, ia semakin merasa bersalah. "ini semua salahku maaf" Ratna tertunduk dan tangisnya semakin menjadi.
