Selalu salah

2.1K 90 2
                                    

Caca berjalan dikoridor sekolahnya dengan menunduk dan kedua tangannya meremas tali tasnya. Ia merasa banyak pasang mata yang sedang melihat kearahnya sekarang ini. saat ia berbelok menuju koridor kelasnya ia tidak sengaja mendengar bisikan dari para gadis yang memang sedang membicarakannya "dia orangnya? Ya ampun cuma kutu buku kampungan aja belagu" hanya itu yang bisa terdengar oleh telinga Caca. Ia tidak mau memikirkan semua itu, sekarang ini ia ingin secepatnya masuk ke kelasnya menghindari banyak tatapan tajam yang ditujukan kepadanya. Ia memang heran dan penasaran kenapa semua orang menatapnya seperti itu, tidak seperti biasanya.

Biasanya orang-orang bahkan tidak akan menyadari bahwa dia lewat disamping bahkan didepan mereka. semua orang tidak mengenalnya kecuali teman-teman sekelasnya. Ia merasa dadanya sesak karena trauma itu menyelimutinya lagi, genggamannya pada tali tasnya semakin erat, bola mata dibalik kacamata besarnya pun bergetar tak karuan.

Tiba-tiba saja ada tangan yang menariknya "ya ampun ca,lo pikun ya?! Kelas lo itu disini!" Caca mendongak mendengar suara yang sangat dikenalnya, ia bernafas lega karena Aila sekarang berdiri didepannya dengan tatapan yang berbeda dengan tatapan-tatapan yang diterimanya selama dikoridor tadi.

"gu-gu-gue nggak fokus" Caca melengos, menampilkan senyum kilatnya. "Ca lo nggak papa kan?" tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Aila. "gue nggak papa kok la" kali ini Caca tersenyum sedikit lebih lebar "gue masuk kelas ya?" pamit Caca dan dibalas anggukan dari Aila.

Saat didalam kelas, Naya menarik lengannya dan mendudukkannya di kursi Lastri yang berada di baris nomor dua dari depan "Ca lo kok bisa sih?!" tanya Naya dengan nada mengintimidasi. "b-bisa apaan Nay?" kening Caca berkerut. Karin menunjukkan layar ponselnya kepada Caca "lo kok bisa pulang bareng sama Darrel sih Ca? Foto ini..." Karin menunjuk layar ponselnya "cewek itu lo kan Ca?!" tanya Karin.

Caca membulatkan matanya melihat foto yang tertampil diponsel Karin "apa jangan-jangan gara-gara foto ini semua orang jadi kayak gitu ke gue?" batin Caca. Tapi bagaimana bisa? Dia sudah mencari tempat yang cukup jauh dari area sekolah. Bahkan ia sudah mengecek sekitar sebelum naik keatas motor Darrel. Lalu siapa yang berhasil mengambil gambarnya saat ia pulang bersama Darrel kemarin? Foto itu terlihat sangat jelas bahwa gadis itu adalah dirinya, wajahnya yang tidak tertutup oleh helm dan properti lainnya tercetak jelas disana.

Gambar itu diambil saat ia sedang berdiri disamping motor Darrel untuk berpikir bagaimana cara ia naik motor itu, sedangkan Darrel yang menggunakan helm dan masih bertengger dimotornya menoleh kearahnya. Pasti seseorang yang mengambil foto itu berada tidak jauh darinya saat itu.

"Ca jadi bener ya lo kemarin pulang sama Darrel?" tanya Karin dengan nada frustasi. "ya iyalah Karin! Orang difoto itu udah jelas-jelas Caca bukan orang lain" sahut salah satu teman sekelasnya "eh Ca! Lo suap Darrel pakek apa sampe-sampe dia mau nganterin lo pulang? Lo dukunin dimana?" teman sekelasnya yang diketahui bernama Eka itu itu sekarang juga berdiri disamping kanan Caca, dengan tatapan tidak suka ia menatap Caca yang duduk tertunduk dibangku Lastri.

"eh Ka! Dijaga dong mulut lo!" bentak Naya, ia mendorong bahu Eka dengan tangannya. "kenapa? sekarang lo mikir dong Nay, seorang Darrel the most wanted boy in this school yang punya banyak pacar dan mantan yang cantik-cantik tiba-tiba nganterin cewek kampungan kayak dia..." Eka menunjuk Caca dengan telunjuknya "itu impossible banget kalau nggak ada apa-apa diantara mereka. dan yang patut dicurigai itu si cewek kampung ini nih! Bisa aja dia ngejual dirinya ke Darrel, cih dasar cewek kampung murahan" suara gadis itu sedikit meninggi.

Aila yang mendengar keributan dari dalam kelasnya pun langsung masuk kedalam kelasnya dan melihat teman-teman kelasnya sedang memusatkan perhatian mereka pada sosok yang sangat ia kenali.

"eh KA! Gue tahu lo iri sama Caca yang bisa pulang bareng sama Darrel,tapi mulut lo itu dijaga dong! Nggak nyangka gua sama lo, emang nggak tentu orang pinter kayak lo mulutnya juga pinter!" teriak Karin dengan suara yang super kerasnya, membuat Aila yang baru saja masuk kelas langsung mengerti keadaan yang terjadi di dalam kelasnya itu.

My Special GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang