*jangan diplay dulu mulmednya yaa*
Dibalik pintu seseorang sedang menahan isakannya, hatinya terasa dicabik-cabik mendengar ucapan dari seseorang yang mulai mengisi hatinya. Tangan kanannya menutup mulutnya agar tidak sedikitpun isakannya yang berhasil lolos.
Air mata terus meluncur dari matanya. Setiap kata yang didengarnya dari percakapan dua orang didalam sana membuat tubuhnya melemas. Apalagi dia mendengarnya secara langsung, terasa seperti telinganya tengah diiris perlahan dengan pisau yang tumpul. Sangat menyakitkan.
"Aku belum tahu pastinya, tapi aku janji aku akan ceraiin dia secepatnya"
Cukup! Caca sudah tidak kuat lagi mendengar semuanya. Dengan mata yang masih basah, muka yang sudah tidak karuan ia berlari dari sana. Ia mengambil tasnya dari kursinya tadi.
Ia memberhentikan taxi yang kebetulan lewat. Dia segera masuk "Mau kemana mbak?"
"Jalan saja dulu pak" ucapnya dalam isakannya yang masih tak terbendung. Ia menyesali perbuatannya yang mengikuti Vio, seharusnya ia tidak berbuat hal bodoh yang malah membuat hatinya dan kepercayannya hancur seperti ini. Kenapa dia harus curiga pada Vio dan Darrel? Kenapa?
Salahkah dia yang mulai menaruh kepercayaan pada Darrel? Salahkah dia yang mulai jatuh hati pada laki-laki itu? Kenapa? Kenapa dia selalu jatuh cinta pada orang yang salah? Semua orang yang dia sayang tidak ada satupun dari mereka merasakan hal yang sama pada dirinya. Bodoh!
Ya! Caca memang bodoh! Seharusnya dari awal dia tidak membuka dirinya, tidak menaruh kepercayaan pada orang yang bahkan baru ia kenal. Ia menyesal, ia menyesal menjadi dirinya sendiri yang mudah percaya pada seseorang.
Ponselnya berdering, Darrel menelponnya. Ia mengusap air matanya dengan kasar dan menghembuskan napas sebelum mengangkatnya.
*play mulmed*
"Ya Rel?" ucapnya dengan usaha penuh agar tidak terdengar seperti seorang yang sedang menangis.
"Kamu dimana Key? Aku balik kamu udah nggak ada"
"Aku balik duluan Rel, maaf ya? Tiba-tiba aku nggak enak badan"
"Kenapa kamu nggak nungguin aku dulu? Kamu pulang naik apa? Sekarang kamu udah sampai kan? Kamu langsung istirahat ya? Aku pulang terlambat, aku ketemu sama temen aku disini"
"Ya" tanpa ia sadari air matanya menetes lagi. "See You" tutup Darrel. Tangan Caca tiba-tiba melemas, ponselnya jatuh dan sekali lagi ia terisak dengan keras.
"Pantai terdekat sini pantai apa pak?" tanya Caca tiba-tiba.
"Pas banget mbak, sepuluh atau lima belas menit lagi kita sampai di Kuta"
"Saya berhenti disitu aja pak"
"Iya mbak"
Caca melirik jam tangannya, sudah jam 5 sore. Ia tidak tahu harus kemana lagi, ini pertama kalinya ia pergi ke Bali. Ia tidak tahu kalau di Kuta ia bisa melihat banyak sekali bar yang dibuka di pinggir-pinggir jalan. Kalau untuk pengunjungnya Caca tidak kaget lagi, banyak turis yang datang kesini. Bahkan hampir 80% ia lebih sering melihat bule dari pada penduduk aslinya.
Dari tadi ia hanya berdiam diri di restoran dan hanya memesan minuman. Bahkan ia tidak mengahbiskan minumannya. Ia hanya melamun dan memperhatikan orang-orang yang lewat di depannya.
Sekarang Caca sedang berjalan di pinggir pantai, ia melepas sepatunya dan menggengamnya dengan tangan kiri. Ia menikmati segala pemandangan yang ada disekitarnya. Ini pertama kalinya ia datang ke Bali jadi ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Ia harus menikmati waktu liburnya.
