"ngapain lo disini?!" teriak Caca nyaring membuat laki-laki yang tidur dikasurnya itupun tersentak kaget "santai mbak" kata laki-laki itu santai. "sumpah ya! lo itu jangan seenaknya masuk kamar orang dong! Yang punya kamar gak ada lagi, lo masuk seenak udel" teriak Caca membuang tasnya kearah laki-laki itu.
Chapter 15
"nungguin lo" jawab laki-laki itu yang sekarang mengubah posisinya menjadi duduk bersila. "nunggu di ruang tamu kan bisa! Ngapain lo masuk kekamar gue? Jangan-jangan?!... ih Dasar mesum!" Caca meraih gulingnya dan memukul-mukulkannya kearah cowok itu.
Darrel menarik guling caca hingga sekarang gadis itu ambruk dibadan Darrel, wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, bahkan hidung keduanya bersentuhan. Caca bisa merasakan napas berat Darrel diwajahnya, matanya membulat terkejut.
Tangan Caca menahan badannya yang kalau ia sedikit saja ia bisa benar-benar jatuh dalam badan Darrel yang tepat berada dibawahnya. Caca menatap lurus wajah laki-laki itu, memang ia akui bahwa lelaki ini sangat manis dan tampan. Bola matanya yang berwarna coklat gelap, alisnya yang tebal dan bulu mata yang cukup lentik untuk seorang laki-laki. Matanya turun menuju hidung lelaki itu yang mancung lalu pandangannya turun lagi menuju bibir Darrel yang tipis dan sedikit lebar, tanpa ia sadari Caca meneguk ludahnya sendiri.
Darrel tersenyum miring "cewek agresif" bisiknya sangat lirih namun Caca masih bisa mendengar ucapannya tersebut dengan jelas karena jarak mereka yang memang sangat dekat. Tepat setelah mendengar ucapan Darrel tadi, Caca membuang pandangannya lalu bangkit dari posisinya, sekarang ia juga ikut duduk bersila di space sebelah Darrel.
"enak aja agresif! gu-gue kan cuma...Cuma kaget aja" bantah Caca "tau ah, gue mau mandi dulu" gadis itu bangkit dari duduknya dan sekarang menuju kamar mandinya namun sebelum ia masuk kamar mandi, ia berbalik dan menatap Darrel sengit "LO!" Caca menunjuk Darrel dengan telunjuknya "awas lo ngintip gue! Gue congkel mata lo!" cewek itu berbalik arah dan menutup pintu kamar mandinya dengan keras.
Darrel tersenyum sedikit dengan ulah tunangannya itu. matanya kembali fokus dengan ponselnya dan memainkan game kesukaannya.
Lima belas menit kemudian Caca keluar dari kamar mandi, masih mengenakan baju seragamnya. Darrel mengalihkan pandangannya kearah cewek itu, alisnya terangkat "gak ganti baju lo?" tanyanya. Caca membuang muka "lupa bawa gantinya, abis ada lo sih" alibinya sambil mengeluarkan sesuatu dari almarinya.
"salting" gumam Darrel, tapi tentu saja iatu cukup keras untuk bisa didengar oleh Caca. "enak aja! Ngapain gue salting sama lo, najis!" cewek itu masuk kekamar mandi lagi.
Setelah Caca keluar dari kamar mandinya, Darrel berdiri lalu melepas kemeja seragamnya "MA-MAU NGAPAIN LO?!" teriak Caca sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya. "mandi" jawab Darrel dengan santainya. Mata Caca membelalak lebar "lepas baju didalem kan bisa relll..." ujar Caca masih menatap Darrel yang half-naked. Darrel tersenyum miring, menampilkan wajah nakalnya. Ia berjalan mendekat kearah Caca dengan tangan yang terbuka siap untuk memeluk Caca.
Caca semakin membuka lebar matanya, wajahnya sudah mulai memerah dan menghangat. Jantungnya berdegub dengan kencang "mau ngapain lo?! Udah sana mandi!" akhirnya Caca menutup kedua matanya dan mendorong Darrel menuju kamar mandinya. sedangkan yang didorong hanya tertawa kecil.
Sebelum menutup pintu kamar mandi Darrel menatap Caca "nggak mau mandi bareng?" ucapnya dengan senyum menggoda. Caca mendelik "gue udah mandi! Udah sono...bau lo busuk tau nggak!" Caca menuju meja dandannya dengan menghentak-hentakkan kaki "badan krempeng juga sok-sokan" gerutunya.
Caca melihat pantulan dirinya dikaca meja riasnya. Ia mengoleskan sedikit cream disekitar wajahnya, memakai handbody dan menyemprotkan parfum disekitar badannya. Sore itu ia memakai skinny jeans berwarna hitam dan kaos longgar berwarna hitam juga. Rambutnya yang tadi ia kepang sekarang ia gerai.
