"Mau kemana lo?" ucap Darrel dingin saat ia mengetahui bahwa Caca berjalan berlawanan arah dengannya. "Kekamar lah! lo kira kita bakalan sekamar? Ngarep lu!" Caca membuang muka dan melanjutkan jalannya tetapi sebuah tangan menahannya "Apa lagi sih?!"
"Lo mau kita mati?"
"Ya enggak lah! Apaan sih alay banget?"
"Pak dhe Bejo bakalan ngawasin kita, kalau dia tahu kita pisah kamar....diaduin ke bokap nyokap"
"Sumpah lo?! Gila-gila! Nggak habis pikir gue sama mereka, udah disuruh nikah sekarang disuruh tidur sekamar! Kalau khilaf gimanaaa..." Caca mengusap wajahnya frustasi. "emang siapa yang mau khilaf sama lo?" husky voice milik Darrel itu membuat Caca mendongak "ooohhh....jadi lo gabakalan khilaf sama gue? Yakin?" dengan suara menggoda Caca berjalan mendekat kearah Darrel. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan memasang mata menggodanya pada Darrel.
Lelaki itu mengambil satu langkah kebelakang setiap Caca maju selangkah kearahnya "ngapain mundur? Takut ya sayang?" goda Caca dengan nada yang manja nan lembut. Darrel menahan Caca dengan memegang kedua pundak gadis itu "stop! Jijik gue liatnya" dengan itu Darrel melengang meninggalkan Caca dengan ekspresi kesalnya.
Caca mendengus lalu berjalan mengikuti Darrel menuju kamar mereka.
Caca membuka pintu dan didapatinya Darrel telah selesai mengganti bajunya dan ia sekarang sedang bersiap untuk tidur. Lelaki itu melempar sebuah bantal kepada Caca yang masih berdiri diambang pintu "lo tidur disofa!" ucapnya setelah itu.
"What?!! Lo kok tega banget sih Rel, ngebiarin cewek tidur disofa? Ngalah kek!" Caca berjalan mendekat kepada Darrel dan mencoba protes tapi kacanglah yang ia dapat. Darrel malah memjamkan matanya dan tidak menghiraukan Caca. "Seenggaknya kasih selimut kek" dengus Caca sambil berjalan menuju sofa kamar Darrel yang terletak tidak seberapa jauh dari ranjang lelaki itu.
Caca duduk disofa dan meletakkan bantalnya "Untung sofanya empuk, anget lagi....lumayan lebar sih....deket sama meja belajar juga...not bad-lah" ujarnya pada diri sendiri. Setelah itu Caca berganti baju yang tadi sudah ia siapkan sebelum masuk kekamar Darrel.
Caca memakai celana pendek sepaha dengan kaos abu-abu kedodoran. Ia suka memakai pakaian seperti itu karena menurutnya itu simple dan tidak membuatnya kegerahan. Apalagi udara di Jakarta ini yang tidak menentu dan keseringan panas, dia benci berkeringat.
Caca keluar dari kamar mandi dan melihat Darrel sudah memejamkan matanya ditempatnya. Ia tahu pasti lelaki itu kecapekan karena seharian menyambut para saudara dan beberapa tamu yang terpercaya yang datang ke pernikahan mereka tadi. Begitupun Caca, gadis itu capek tersenyum sana-sini dan menyalami beberapa orang dan juga meladeni orang yang mengajak foto bersama, belum lagi adanya gangguan saat acara pernikahannya berlangsung tadi.
Ia bersyukur tidak ada dirinya maupun Darrel yang terluka akibat perbuatan nekat orang tadi. Untung saja tadi anak buah Darrel dan papanya bergerak dengan cepat.
Flashback
"Baiklah mari kita mulai acaranya" ucap pak penghulu yang sudah menjabat tangan Darrel. Lalu tiba-tiba orang yang berada dibelakang Darrel melingkarkan tangannya keleher lelaki itu sambil menodongkan pistol di kepalanya "Semuanya mundur!" teriaknya setelah salah seorang kawannya berhasil menodongkan pisau didepan leher Caca.
"Batalin pernikahan ini atau kedua orang ini mati!!!" suara itu milik perempuan yang menodongkan pisaunya kepada Caca. Tubuh Caca mulai gemetaran dan keringat berkucuran dari dahinya, ia tidak berani bergerak sedikitpun karena jika ia bergerak maka tidak segan-segan pisau itu akan mengenai lehernya.
"Tanti! Kita bisa bicarain ini baik-baik nak" itu suara mama Darrel yang mencoba mendekat kearah Tanti. "Tante diem disitu atau cewek ini mati!" ancamnya "tante itu nggak tahu betapa sulitnya hidup aku, kak Tanta sama mama! Saat mama harus banting tulang tante malah enak-enakan habisin uang dari papa!" kata Tanti masih penuh dengan emosi dan kemarahan disetiap pengucapannya.