Caca membuka matanya, dia menguap sembari meregangkan badannya. Ah, kepalanya masih terasa pusing. Dia melihat sekitar dan menyadari sesuatu, dia tidak lagi berada di kos Dewi tapi ini adalah kamar Darrel. Ia melihat ada bubur yang masih hangat, susu putih, air putih dan beberapa obat di atas nakas. Caca melihat kesekitar dan tidak ada orang didalam kamar.
"Makan dulu buburnya, abis itu minum obat"
Caca menoleh kesumber suara. Darrel baru saja keluar dari kamar mandi lalu mendekati Caca. Mata Caca mengikuti gerak Darrel hingga laki-laki itu duduk di ranjangnya, matanya menatap Darrel tajam.
"Gimana? Udah baikan?" Darrel menempelkan tangannya di kening caca tapi Caca langsung menepisnya "Maaf" ucap Darrel. Caca kembali merebahkan tubuhnya dan memunggungi Darrel.
"Key maafin aku, aku tahu aku salah! Nggak seharusnya aku biarin kamu turun di tengah jalan terus kejuhanan, kamu sakit karena aku. Aku minta maaf" Darrel berhenti sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya "Aku beli bubur tadi, kamu makan ya? Kamu sakit karena aku, jadi aku harus bertanggung jawab atas kesalahanku. Aku suapin kamu ya?"
Caca masih diam ditempatnya. "Key, please kamu makan ya? Kamu harus sembuh biar kamu bisa marahin aku sepuasnya. Kamu bisa pukul aku, tampar aku tapi kamu harus sembuh dulu" Darrel membalikkan badan Caca lembut. Darrel menatap wajah pucat Caca "Kalau kamu kelihat semengenaskan ini, gimana kamu bisa balas aku? Makan ya?" Darrel mendudukkan badan Caca.
Karena terlalu lemas, Caca menuruti Darrel. Lagi pula tidak bisa dipungkiri, perutnya keroncongan dan dia juga butuh minum obat. Darrel menyuapkan sendokan pertama tapi Caca masih belum membuka mulutnya dan menatap Darrel tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku nggak ngeracunin kamu kok" Darrel terkekeh kecil, lalu Caca memakan suapan Darrel.
Setelah menghabiskan buburnya dan meminum obatnya, Caca kembali tidur karena badannya terlalu lelah untuk sekedar berjalan. Darrel menaiki ranjangnya "Mau ngapain?" tanya Caca cepat. "Aku mau bantu kamu" jawab Darrel, Caca mengerutkan dahinya.
Darrel tidur disamping caca lalu memeluk Caca erat, awalnya Caca memberontak. Tapi sebesar apapun usahanya kekuatan laki-laki tetaplah lebih besar ditambah juga badannya yang lemas karena sakit.
"Jangan" ucap Caca.
"Kenapa emang?" Darrel menatap wajah Caca.
"Nanti kamu ketularan"
"Aku udah kuat" Darrel semakin mempererat pelukannya "Sekarang kamu tidur" ia mencium puncak kepala Caca membuat hati Caca menghangat.
Entah harus bagaimana dia sekarang? Di satu sisi dia mulai menaruh hatinya pada Darrel tetapi di sisi lain Darrel mencintai Vio dan ia tidak tahan melihat itu. Jika kelakuan Darrel seperti ini terus, mana mungkin Caca tidak jatuh hati padanya?
*****
Caca menuruni tangga, didapur ia melihat Darrel sedang membuat sesuatu "Udah bangun?" tanya Darrel dari kejauhan lalu berjalan mendekati Caca dan menyodorkan susu putih hangat "Buat aku?" ucap Caca, suaranya masih serak.