"den bangun sudah waktunya shalat subuh" pak dhe Bejo mengguncang badan Darrel, tidak ada reaksi dari cowok itu, pak dhe Bejo menepuk pipi Darrel berkali-kali "den bangun! Kalau nggak bangun tak siram air loh ya?!" ucap pak dhe Bejo yang semakin mengeras. "aduh pak dhe, masih ngantuk ini" rintih Darrel sambil menggaruk lehernya.
"lah iya makanya bangun, ambil air wudhu biar nggak ngantuk lagi, ayo cepat!" pak dhe Bejo menarik kedua tangan Darrel hingga posisi Darrel sekarang terduduk. Cowok itu masih memejamkan matanya dan tidak bergeming tadi tempatnya. Dengan sigap pak dhe Bejo mengambil sajadah yang terkalung dilehernya untuk dipukulkan ke Darrel "aduh aduh, iya pak dhe ampun saya bangun" Darrel berdiri dari sofanya. "teman-temannya juga diajak shalat saya tunggu sama yang lain diruang shalat!" pak dhe Bejo menggeleng-geleng sambil menggerakkan kakinya menjauhi ruangan itu.
Dengan malas Darrel mulai membangunkan satu-persatu sahabatnya itu. "eh bangun, udah waktunya shalat subuh". Semua sahabatnya sudah sangat hafal jika menginap dirumah Darrel mereka pasti akan dibangunkan dipagi hari sekali untuk shalat subuh berjamaah dengan pekerja rumah Darrel. Dan itu juga menguntungkan bagi mereka selain mereka bisa shalat subuh mereka juga bisa pulang kerumah masing-masing untuk mempersiapkan pergi kesekolah tanpa takut untuk telat nantinya.
Pak dhe Bejo adalah teman kakek Darrel yang sudah bekerja di keluarga Ramadhandy sejak ia lulus dari smp, keluarga pak dhe Bejo yang kurang mampu menyebabkan dirinya harus putus sekolah dan membantu keluarganya untuk mencari nafkah. Karena pak dhe Bejo adalah teman baik kakek Darrel sedari kecil, beliau memperkejakan pak dhe Bejo dirumahnya sebagai tukang kebun.
Walaupun hanya tukang kebun pak dhe Bejo sudah diberi kepercayaan yang sangat besar oleh kakek, ayah dan ibu Darrel dalam segala urusan mengenai keadaan rumah dan juga Darrel. Darrel sendiri sudah menganggap pak dhe Bejo sebagai kakeknya sendiri oleh karena itu ia tidak pernah membantah perintah Pak dhe Bejo.
Pak dhe Bejo juga jarang sekali pulang kerumahnya, mungkin hanya seminggu sekali ia mengunjungi anak dan istrinya. Beliau lebih memilih tidur dirumah Darrel karena ia kasihan melihat anak laki-laki itu yang selalu kesepian dirumah besarnya.
Setelah selesai shalat subuh berjamaah Jo, Rafi dan Bryan berpamitan pada pak dhe Bejo untuk pulang kerumah untuk bersiap kesekolah. "hati-hati naik motornya ya den" pak dhe Bejo menepuk pundak Rafi yang saat itu bersalaman terakhir. "pak, biar teman-teman den Darrel sarapan dulu. Masakannya sudah matang kok" tiba-tiba suara seorang gadis menginterupsi dari arah belakang, sontak semua mata beralih kearahnya.
Gadis itu adalah Monik, anak sulung pak dhe Bejo yang juga bekerja dirumah Darrel sebagai juru masak. Sebenarnya keluarga Ramadhandy sudah menawarkan gadis itu untuk meneruskan pendidikannya yang terhenti hanya sampai SMA saja, tapi gadis itu menolak "biar biayanya untuk pendidikan adik-adik saya saja" katanya satu tahun lalu, tepat saat ia lulus SMA.
"eh Monik" Bryan berjalan mendekati Monik dan berdiri didekatnya sambil senyum-senyum. "iya den Bryan" Monik tersenyum menampilkan gigi-gigi putihnya. Wajahnya yang manis dengan dandanan ala gadis desa dan tubuhnya yang memakai kaos coklat dan rok panjang selutut, membuatnya terlihat seperti gadis desa yang manis dan polos.
"yang masak kamu ya? kalau kamu yang masak sekalipun telat sekolah juga aa' Bryan sanggup nunggu masakanmu matang" Bryan menyenggol pundak Monik yang hampir sejajar dengan bahunya. "den Bryan bisa aja" Monik tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya.
"elah luh yan, modus aja sama anak orang. Ada bapaknya nih" sewot Jo yang tadi posisinya digeser Bryan. "eh orang pak dhe Bejo biasa aja, nggak ngelarang gue kok lo yang sewot sih" Bryan menjulurkan lidahnya. "sudah-sudah, ayo sarapan dulu. Pasti den Darrel sudah menunggu didalam" pak dhe Bejo menyilahkan kembali ketiga laki-laki itu masuk kerumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/99703934-288-k967032.jpg)