Keyva duduk di sofa depan ruangan kerja suaminya sambil terus menggerutu. Wajahnya sudah merah padam karena menahan marah. Bagaimana tidak? Di dalam sana suaminya berduaan dengan seorang wanita seumurannya yang tak kalah cantik darinya yang berkedok sebagai klien suaminya.
Entah dia harus mempercayainya atau tidak. Wanita itu tidak memakai setelan jas seperti yang orang-orang kantor lain pakai. Dia memakai dress ketat berwarna biru dongker yang bagian punggungnya terbuka lebar.
Oh tuhan haruskan Keyva membantu wanita itu caranya berdandan yang baik saat bertemu dengan kliennya? Atau wanita itu memang sengaja mau menggoda suaminya? Hah! Dasar wanita tidak tahu malu. Bukankah mereka sudah mengumumkan kalau mereka sudah menikah?
Kembali ke ruangan Darrel, sudah hampir satu jam wanita itu dan Darrel belum juga keluar dari sana. Haruskah Keyva masuk sambil berpura-pura sakit? Tidak-tidak itu terlalu kampungan.
Keyva menjentikkan jemari lentiknya. Ia memiliki ide yang brilian untuk membuat wanita itu segera pergi dari ruangan suaminya. Keyva berjalan menuju meja kerja sekretaris Darrel.
"Ada yang bisa di bantu nona?" setelah mengucapkan itu sang sekretaris mengangkat kepalanya lalu berdecak ketika menemukan Keyva disana "Kenapa? Bokong lo udah panas nungguin di sana terus?" tanya sekretaris itu lagi.
Keyva hanya memasang wajah kesalnya "Terus gue harus gimana La? Suami gue di dalem sana sama cewek cantik masa gue Cuma nungguin di sini sambil diem doang?" ucapnya berapi-api. Aila terkekeh.
"Gue kan udah bilang tadi masuk aja Key, lo kan istrinya"
"Ya tapi masa gue masuk gitu aja? Kan nggak enak! Kata lo dia klien penting" Keyva cemberut membuat Aila sekretaris Darrel sekaligus sahabatnya itu mencubit pipinya keras.
"Sepenting apapun kalau lo istrinya dia mau apa? Lo kan lagi hamil muda"
"Hamil pala lo peang! Kalau gue hamil gue udah masuk dari tadi sambil pura-pura ngidam yang aneh-aneh. Sayangnya gue belum dapet kabar baik itu La" wajah Keyva menjadi sedih.
"Sabar ya Key, mungkin kalian buatnya kurang kerja keras"
"Ish! Ngomong apaan sih"
"Yaelah gitu aja malu lo"
"Udah deh kok malah ngawur ngomongnya, sekarang bantuin gue lepasin mereka berdua kek"
"Gimana caranya?"
"Sini" Keyva tersenyum licik lalu mulai membisikkan sesuatu ke telinga Aila. Aila tertawa kecil mendengar rencana Keyva yang menurutnya lucu "Dah sana masuk!" perintahnya.
"Siap bu boss!" Aila tertawa lalu segera masuk ke dalam ruangan bossnya yang juga teman smanya dulu. Ya Aila bekerja pada Darrel sejak tiga tahun yang lalu, saat itu sekretaris Darrel yang lama sedang hamil besar hingga ia harus mencari penggantinya.
Dari banyaknya wanita cantik, sexy dan pintar yang mencalonkan diri mereka sebagai sekretaris Darrel malah Aila yang terpilih. Mungkin Darrel cari aman kalau-kalau Keyva ada cemburunya.
"Permisi pak, maaf mengganggu. Setelah ini bapak masih ada jadwal dengan dokter pribadi anda pak, jadi mohon maaf anda terpaksa harus segera menyelesaikan pertemuan anda sekarang" kata Aila dengan sesopan mungkin.
Lelaki dan wanita yang sedang duduk berhadapan itu memandang Aila. Sedangkan yang wanita menatapnya tidak suka.
"Benarkah?" tanya Darrel memastikan. Alisnya bertaut menjadi satu karena bingung. Pasalnya seingatnya ia tidak ada jadwal lagi setelah ini.
"Iya pak, dokter anda sudah menunggu diluar sekitar satu jam yang lalu"
"Baiklah, terimakasih atas kerjasamanya" Darrel tersenyum sambil menjabat tangan wanita yang berpakaian seperti orang hendak masuk diskotik itu.