Vio

1.6K 70 1
                                    

"Iya Ma besok aku jemput dibandara, jam berapa?" Caca memakan rotinya sambil menghimpit ponselnya diantara kepala dan pundaknya. "Hmm, iya nanti aku bilangin Darrel" Caca membuka kulkas "Iya Ma, salam buat Papa sama Mama Ratna ya? Hmm Mama hati-hati, bye muach" Caca memindahkan ponselnya dan menaruhnya di meja makan.

"Pagi non Key, mau sarapan apa non? Biar Mbok buatin" tanya Mbok Tumi yang baru muncul. "Nggak usah masak Mbok, hari ini aku sama Darrel mau jalan-jalan" Caca meringis senang. "Yaudah kalau gitu non, Mbok mau rapihin kebun aja sama Pak Bejo, misi non" pamit Mbok Tumi dan ditanggapi anggukan nan senyum yang indah.

Caca memainkan ponselnya lalu tiba-tiba figur yang sangat ia kenali sedang menempelkan dagu dipuncak kepalanya sambil mengintip apa yang sedang dilakukan gadis itu dengan ponselnya "Udah siap?" Caca menoleh kebelakang.

Darrel duduk di kursi samping Caca lalu menyeruput susu milik Caca "Udah, yuk berangkat" lalu keduanya saling bergandengan menuju mobil. Senyuman tidak bisa disembunyikan dari bibir Caca, sekarang hatinya sedang bermekaran. Ia sangat senang, sangat. Jantungnya yang berdegub kencang dan kupu-kupu yang berterbangan diperutnya setiap bersama Darrel, ia menikmati semua itu.

Akhir-akhir ini hubungan mereka membaik, mereka sering menghabiskan waktu bersama seperti saat sebelum kedatangan Vio dalam kehidupan mereka. Walau terkadang Darrel masih mendatangi Vio, tapi Darrel selalu berpamitan dan mereka bertemu saat memang terdesak saja.

Status mereka sebagai kelas duabelas sebentar lagi akan lepas. Mereka sudah melewati UN satu minggu yang lalu, tinggal menunggu tes untuk masuk universitas. Karena itu masih beberapa minggu lagi, mereka akan merefreshkan pikiran dengan liburan bersama.

"Kamu tidur dulu aja, perjalanan masih lama" Darrel mengusap rambut Caca dari samping. "Nggak, aku temenin kamu aja" ucap Caca yakin. "Terserah deh" Darrel mencubit pipi gadis disebelahnya.

Setelah satu jam perjalanan Darrel mendengar dengkuran halus dari sampingnya, ia tersenyum tipis "Siapa tadi yang bilang mau nemenin" Darrel mengacak rambut Caca sayang dan pelan, takut istrinya itu akan terbangun.

Mereka sudah sampai di Trans Studio Bandung setelah menempuh perjalanan yang panjang. Caca melompat kegirangan, ia menggandeng lengan Darrel masuk dengan bahagia. Caca lah yang memohon-mohon pada Darrel untuk mengajaknya ke tempat yang menurutnya luar biasa ini.

Terakhir dia mendatangi tempat semacam ini adalah saat dia berumur sekitar 9-10 tahun, dia pergi ke Disneyland bersama dengan keluarga besarnya. Mama, Papa, Kakek dan juga Neneknya. Dan sekarang dia ingin sekali menghabiskan waktunya dengan Darrel di sini.

Mereka menghabiskan waktu mencoba berbagai wahana yang ada sampai berbelanja bersama dan juga menelusuri makanan-makanan yang dijual disana. Melihat Caca yang kegirangan hingga beralari-lari dan meloncat-loncat kecil membuat Darrel sedikit malu karena perbuatan istrinya. Dia bahkan mau menginjak 19 tahun tapi kelakuannya masih seperti anak kecil.

Tapi melihat wajah senang Caca, senyum dan tawa gadis itu membuat Darrel senang. Jika selama ini dia adalah penyebab istrinya itu menangis maka dia juga yang harus menjadi penyebabnya bahagia, seperti saat ini.

Pada pukul lima sore keduanya memutuskan untuk pulang. Didalam mobil Caca tidak henti-hentinya menyanyikan lagu yang sedang diputar di mobil. Darrel terkadang juga menyauti ikut menyanyi. Caca sangat senang hari ini, entah kenapa.

"Abis ini aku ajak ke suatu tempat mau?" tanya Darrel. Caca mengangguk semangat.

Darrel dan Caca turun dari mobil lalu memesan sepeda kayuh untuk mengelilingi daerah disekitar monas. Senyum dari wajah Caca tidak pernah hilang sedari tadi. "Gimana? Suka?" Darrel melirik Caca yang menikmati pemandangan malam kota Jakarta. "Suka banget Rel" Caca tersenyum membuat hati Darrel berdesir.

My Special GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang