Caca sudah berdandan rapi karena hari ini ia akan menjemput Mama-papa dan mertuanya di bandara. Walaupun ia baru pulang tadi pagi dari kos Dewi tapi ia tahu bahwa Darrel belum menginjakkan kakinya di rumah. Ya dia belum pulang dari kemarin. Biarlah! Caca sudah lelah memikirkannya.
"Pak Dhe Bejo" panggil Caca sambil melihat sekitar lalu Mbok Tumi muncul "Pak Bejo kemarin sore pulang non, anaknya sakit masuk rumah sakit" jelas Mbok Tumi. "Ohh gitu ya Mbok?" Mbok Tumi mengangguk "Memangnya kenapa non?" tanya wanita paruh baya itu.
Caca menggigit bibir bawahnya "Aku mau jemput Mama Ratna di bandara Mbok, aku nyetir sendiri dong?"
"Non telfon den Darrel aja non, saya takutnya nanti Pak Bejo marah kalau tahu non nyetir sendiri"
"Tapi ini mendesak Mbok"
"Non marahan lagi ya sama den Darrel?" Mbok Tumi selalu bisa menebak tepat sasaran. Caca mengangguk "Mbok aku berangkat ya?"
"Hati-hati non" teriak Mbok Tumi pada Caca yang berlari.
Caca menjalankan mobilnya dengan pelan sampai akhirnya ia sampai di bandara dengan selamat. Ia melirik jam tangannya "10 menit lagi" ia berlari menuju penjemputan penumpang.
Saat ia melihat Papa-mama dan mertuanya ia melompat dan melambai dengan senyum yang mengembang. Ia sungguh merindukan ketiga orang itu. Terutama Mama dan papanya, karena sejak pernikahannya dengan Darrel, ia tidak pernah bertemu dengan orangtuanya.
Ia berlari lalu memeluk satu persatu ketiga orang itu. "Kok kamu sendiri nak? Mana suamimu?" tanya Felix. "Mmm" Caca mencari jawaban yang tepat "Ah aku lupa ngasih tahu dia" Caca menepuk dahinya.
"Tapi mama telfonin dia kok nggak aktif Key?" tanya Ratna membuat Caca kebingungan menjawab. "Hpnya masih di cas kayaknya ma" Caca tersenyum kikuk "Oke kita makan dulu yuk?" ajak Caca mengalihkan pembicaraan. "Boleh" jawab Mama Caca.
Setelah makan malam bersama. Arum dan Felix pulang dengan mobil yang sudah diantarkan oleh asistennya sedangkan Caca dan Ratna pulang dengan mobil yang tadi dibawa Caca.
Saat keduanya tengah berbicang di perjalanan, tiba-tiba telinga Caca menuli. Lalu sebuah hantaman keras membuat mobil itu berputar tak karuan. Kepala Caca terbentur setir dengan kerasnya hingga aliran darah merambas dari kepalanya. Caca terbatuk lalu menoleh pada Mama mertuanya yang sudah tak sadarkan diri.
Caca mempertahankan kesadarannya untuk mengeluarkan mertuanya dari mobil. Ia mencium bau gas menyeruak dari mobilnya. Dengan tangan lemas ia menggendong mertuanya keluar mobil. Setelah sekiranya berada cukup jauh dari mobilnya ia berhenti. Ia terengah-engah, ia kehabisan napas.
Matanya sudah tidak ada kekuatan untuk tetap terbuka. Ia melihat sekitarnya, ada bus yang berguling dan beberapa orang didalamnya berusaha keluar dari bus itu. Setelahnya Caca mendengar suara dentuman keras yang berasal dari mobilnya.
Ia menelan ludahnya yang sudah mengering. Beberapa menit kemudian ia mendengar suara ambulans memecah keributan. Ia merasakan kepalanya mengeluarkan cairan berbau amis yang terasa menyakitkan hingga dia tidak merasakan sakitnya lagi karena semua badannya terasa remuk hingga ia sudah tidak kuat lagi membuka matanya.
Caca membuka matanya yang masih terasa berat untuk dibuka. Matanya masih remang untuk melihat sekitar, ia menunggu hingga pandangannya kembali normal. Lalu ia mengingat apa yang terjadi padanya dan Mama mertuanya.