Entah sejak kapan perilaku Darrel mulai berubah pada Caca, laki-laki itu mulai melakukan hal-hal romatis dan peduli pada Caca. Walaupun tetap saja mereka tidak tidur dalam satu ranjang. Tapi perubahan perilaku Darrel membuat Caca semakin nyaman berada di sekitar laki-laki itu, dan juga setiap ia berada di dekat Darrel, entah mengapa jantungnya akan berdegub kencang, pipinya akan merona saat Darrel melakukan hal-hal yang manis untuknya dan ada kupu-kupu berterbangan di perutnya saat ia bersentuhan dengan Darrel.
Apakah dia menyukai Darrel?
Entahlah! Caca juga bingung bagaimana perasaannya. Tapi apa yang ia rasakan pada Darrel sama seperti apa yang ia rasakan pada Matt dulu.
Darrel menepati janjinya untuk tidak saling mengenal saat berada di area sekolah, ia berangkat dan pulang sekolah di antar oleh Dean. Tapi perilaku Darrel berubah saat mereka ada di rumah. Darrel akan mencium kening Caca saat ia pulang atau pergi, memeluk gadis itu dan mengganggunya saat istrinya itu belajar ataupun membaca.
Terkadang Darrel akan memindahkan Caca ke ranjangnya dan dia yang akan tidur di sofa. Atau saat ia sudah sangat kelelahan, ia akan menyelimuti badan Caca. Sepulang sekolah tak jarang mereka melihat tv bersama, duduk bersebelahan dan bergelayutan layaknya seorang pasangan suami istri yang sedang di mabuk cinta.
Darrel suka aroma rambut dan parfum Caca, sangat menyegarkan. Makanya ia betah berada di dekat gadis itu bahkan menciumi kepala gadis itu tanpa merasa bosan. Caca yang di perlakukan seperti itu semenjak dua bulan terakhir, sadar bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada suaminya.
Sebagai gadis normal sudah wajar dia jatuh cinta pada seorang Darrel Reynand Ramadhandi. Siapa yang tidak akan jatuh cinta jika seorang laki-laki tampan dan se-perfect itu memperlakukanmu dengan sangat manis? Hanya orang bodoh yang tidak jatuh cinta padanya.
Caca pikir Darrel tidak seburuk kelihatannya. Ia hanya kesepian dan butuh sandaran.
Seperti saat ini, Darrel duduk dengan wajah khawatir, keringat membasahi wajah tampannya. Ia menatap telapak tangannya yang menggenggam erat. Ratna, mama Darrel sedang berada di ruangan operasi demi kesembuhan penyakitnya.
Caca yang melihat suaminya yang seperti itu segera duduk di sebelah laki-laki itu dan merengkuh bahu Darrel, dan mengusap bahu laki-laki itu bermaksud untuk menyalurkan kekuatannya "Mama pasti bisa lewatin ini semua Rel, dia wanita yang kuat" ujar Caca lembut. Darrel menoleh dan menatap Caca yang sedang menatapnya juga "Gue takut aja Key, gue nggak punya siapa-siapa lagi selain mama" katanya lemas.
Caca tersenyum kecil dan menangkup wajah Darrel "Rel, kamu harus positif thinking kalau operasi mama pasti berhasil! Kamu jangan putus asa, kita harus berdoa supaya operasi mama lancar, kamu udah sholat isya' kan?" Darrel mengangguk "Kalau gitu kamu nggak perlu khawatir, Tuhan pasti tahu yang terbaik buat mama dan juga buat kita" Darrel menyandarkan kepalanya ke bahu Caca dan dengan lembut Caca mengusap kepala laki-laki itu.
Beberapa menit kemudian seorang dokter keluar dari ruangan operasi Ratna. Darrel berjingkat lalu mendekati dokter itu "Gimana dok?" tanyanya dengan cepat. Dokter itu tersenyum lega "Alhamdulillah lancar mas Darrel, pasien akan segera di pindahkan ke ruangan inapnya sambil menunggu pasien sadar dari biusnya" dokter itu menepuk pundak Darrel lalu pergi meninggalkan Darrel yang tersenyum lega.
Ia menatap Caca yang juga menatapnya dengan senyum yang indah, ia memeluk Caca karena kegirangan "Mama sembuh Ca! Mama nggak bakal sakit-sakitan lagi, dia bakal tinggal sama kita" ujar Darrel bersemangat.
"Aku tahu mama pasti bisa lewatin semuanya" Caca membalas pelukan Darrel. Darrel melepas pelukannya dan memandangi istrinya yang terlihat sangat cantik walaupun ia tahu gadis itu tidak memakai make up sedikitpun "Kenapa?" tanya Caca, pipinya merona karena di pandangi seperti itu oleh Darrel.
![](https://img.wattpad.com/cover/99703934-288-k967032.jpg)