Caca menunduk lalu berjalan melewati para pemilik mata dan mulut yang sedang membicarakan tentangnya saat itu. Ia menggigit bibir bawahnya "Jangan sampek ada rumor buruk tentang gue, bisa hitz mendadak gue aishh" Caca berbicara dengan dirinya sendiri.
Caca menoleh ketika suara klakson mengagetkannya, ternyata Darrel mengikutinya. Pandangan mereka bertemu selama beberapa detik karena Caca dengan cepat mengedarkan pandangannya "Sial mereka masih ngeliatin ke arah sini lagi" umpat Caca. Caca berlari membuat Darrel semakin kebingungan sebenarnya kenapa orang itu, pikirnya.
Saat sekiranya ia sudah tidak terlihat oleh siswa-siswi yang berada di halte tadi ia berhenti. Ia ngos-ngosan karena berlari cukup jauh, kedua tangannya memegangi lututnya. Caca melihat seseorang berdiri di depannya "Kenapa lari?" suara orang itu membuat Caca mendongak.
"Kenapa lo ngikutin gue?" suara Caca meninggi.
"Jemput lo?"
"Bukannya lo sendiri yang bilang, kita nggak saling kenal kalau ada di sekolah? Tapi kenapa lo malah secara terang-terangan jemput gue tadi? Lo nggak liat semua orang tadi ngeliatin gue? Lo nggak mikir gimana jadi gue Rel! Pasti besok bakalan ada rumor tentang gue yang ginilah yang gitulah, terus gue dihajar abis-abisan sama cewek-cewek lo" kata Caca memandang Darrel dengan wajah yang memerah dan matanya berkaca-kaca.
"Gue takut Rel, gue takut di kenalin sama orang banyak, gue takut gue di bully, dan yang paling gue takutin mereka sadar akan kehadiran gue. Gue benci di liatin, gue benci jadi pusat perhatian. Please jangan deketin gue saat di luar rumah" suara Caca bergetar dan setetes air mata berhasil keluar dari matanya.
Darrel yang melihat itu kebingungan "Kita bicarain ini di rumah, oke?" tanyanya lalu memegang bahu Caca untuk menuntunnya ke motornya. Tapi sebelum ia berhasil memegang bahu gadis itu, tangannya sudah di tepis "Don't" kata gadis itu "Gue bisa sendiri".
*****
Caca berjalan dahulu, sampai di dalam rumah ia menyapa Pak Dhe Bejo dan Mbok Tumi. Ia berjalan lurus menuju kamarnya, meletakkan tasnya lalu melepas kaos kakinya. Pintu kamar terbuka, Darrel memasuki kamar. Ia merasa ada yang berbeda dari Caca, gadis itu tidak banyak bicara seperti biasanya.
Caca membersihkan make upnya dengan kapas. Betapa terkejutnya Darrel ternyata gadis itu pandai sekali berdandan, hingga kapas yang berwarna putih itu berubah menjadi kecoklatan. Entah mengapa suasana menjadi sangat canggung, membuat Darrel jadi bingung harus apa dia.
Caca sudah berganti baju begitupun dengan Darrel. Darrel duduk di sebelah Caca yang sedang membaca buku "Key, I'm sorry" katanya, memiringkan sedikit badannya menatap Caca. "Ya" jawab gadis itu singkat.
"Tadi gue di suruh Rafi buat jemput lo, jadi gue nggak mikir panjang"
"Disuruh Rafi ya?" Caca tertawa hambar "Gue nggak masalah kok pulang naik angkutan umum tiap hari, asal lo tetep jauh-jauh dari gue" kata-kata Caca berhasil membuat dahi Darrel berkerut "Why?"
"You ask me why? Look at the mirror! Who are you Darrel Reynand! You freaking hot boy who all the girls look at" Caca menaikan volume suaranya "You are the most wanted boy, and then the most wanted boy came to this nerdy girl and pick her up, what people think about it?" Darrel hanya menatap Caca yang wajahnya memerah sekarang ini.
"Pastinya mereka bakalan wondering kenapa gadis nerdy ini bisa deket sama Darrel Reynand padahal dirinya hanyalah little piece of shit yang nggak ada tandingannya sama mereka! Dan dengan cara apapun mereka bakalan nyakitin that nerdy girl everyday sampai mereka puas"
