San Francisco nampak nya sedang dalam suasana hati yang baik mengingat kemarin malam hujan badai mengguyur kota, namun saat ini hangat nya sinar matahari sudah menyambut ku dipagi hari begitu pintu balkon yang berada di kamar tidur ku buka lebar lebar. Dengan lembut angin menerpa wajah ku ketika aku berjalan pelan keluar balkon, seraya memejamkan mata, aku menarik nafas ku dalam dalam dan melepaskan nya, mengirup udara segar sisa badai kemarin yang entah mengapa sangat kusukai. Ini adalah salah satu ritual yang selalu ku lakukan di pagi hari sebelum aku memulai hari dengan menjalankan segudang aktivitas yang panjang dikantor. Aku menyandarkan tangan ku ke pagar balkon sembari menatap pemandangan kota San Francisco, samar samar terdengar suara klakson kapal yang riuh berasal dari dermaga yang berada tak jauh di dekat apartemen ku. Dari atas sini, aku bisa melihat kesibukan orang-orang San Francisco yang sudah berlalu lalang dijalan, mengingat kan ku bahwa bukan hanya aku yang sibuk dan lelah dalam menjalani hari.
Dari sekian banyak kota di Amerika yang pernah aku tinggali, hanya kota inilah yang paling aku sukai dan membuat ku tak ingin pindah kemana pun lagi. Penduduk dan jalanannya tidak sepadat di New York serta yang paling aku suka dari San Francisco adalah pemandangan kota nya yang sangat indah sekali dan juga tertata dengan rapi.
"Ina sarapan sudah siap, ayo turunlah." panggil seorang wanita muda yang sedang berjalan sedikit tertatih menuju ke arah ku. Aku tersenyum menyambut nya, dia adalah Kaira Putri Hutama, satu-satunya nya keluarga yang aku miliki didunia ini setelah kepergian orang tuaku dan kakek. Aku menatap kakak ku dengan lekat, Kak Ira memiliki wajah yang cantik khas kecantikan orang Asia, bermata sedikit sipit dengan kulit kuning langsat nya serta memiliki tubuh yang diidamkan banyak wanita didunia ini dengan tinggi semampai dan tubuh langsing nya, namun sayang nya semenjak kecelakaan yang terjadi 15 tahun yang lalu membuat kaki kanan nya menjadi sedikit pincang dan tak bisa berjalan normal kembali. Mengenang kejadian itu lagi membuat ku menjadi marah sekaligus sedih.
"Hei kenapa malah melamun, ayo cepat jangan sampai nanti kamu telat terus dapet hukuman ya." ucap kakak ku sambil menepuk pelan pipi ku.
"Siapa yang mau menghukumku? Aku kan CEO nya, kalo ada yang berani menghukum ku, berarti dia cari masalah sama aku dan tinggal aku pecat nanti." kata ku sembari memeletkan lidah kupadanya.
"Oh gitu? berarti kamu mau memecat kakak? Karena aku yang bakal menghukum kamu nanti. Kamu itu kan memimpin puluhan ribu staff Ina, jadi kamu ya harus memberi contoh yang baik sebagai pemimpin dong." katanya sambil berkacak pinggang.
"Iya deh, nggak bisa bercanda nih, ini aku juga udah mau siap siap kok." jawabku dengan wajah bersungut-sungut.
"Ya udah, kakak tunggu." Ujar nya sambil keluar dari kamar. Aku pun berbalik memasuki kamar, bergegas bersiap siap mandi dan berdandan dengan cepat, tak lupa aku menyambar tas kantorku yang tergrletak di meja kerja ku dan turun ke bawah. Aku melihat kakak ku sudah duduk manis dikursi meja makan sambil membaca koran dengan serius hingga tidak menyadari kehadiran ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of Heart
RomanceKaina Putri Hutama, memiliki masa lalu yang pahit hingga menjadikan hatinya dipenuhi kegelapan dan kebencian pada satu nama yaitu Erwin Handoko, orang yang menyebabkan kematian kedua orangtuanya. Keinginan nya untuk membalaskan dendam ayah nya pad...