Chapter 15

45 11 0
                                    

"Pagi kak Ira." sapa ku setelah selesai bersiap-siap berangkat meeting dengan Handoko. Aku mendekat ke arah kak Ira yang sedari tadi diam saja, bahkan sapaan ku tidak dijawab nya tadi.

"Pagi kakak ku yang cantik." ucap ku lagi sambil mencium pipinya. Dia tetap tak bergeming sembari menyibukan diri nya dengan makan roti, aku menatap wajahnya yang terlihat sebal.

"Kak?" Dia menoleh sebentar kemudian melengos lagi.

"Kau kenapa? Marah?" tanya ku.

"Menurutmu?" ucap nya balik tanya. Aku bingung dengan sikap kakak ku pagi ini, mungkin dia sedang PMS kali ya? 

"Kau dari mana kemarin? Kau lupa sudah janji sama kakak untuk jalan-jalan? Kakak menunggu mu berjam-jam tapi kau tidak juga datang. Aku mencoba menghubungi mu dan James namun kalian berdua sama saja, ponsel tidak aktif dan saat aku menelfon Pak Doni dia mengatakan kalian sudah pulang sejak pagi. Sebenar nya kalian kemana kemarin?" tanya nya dengan menyelidik.

Astaga bagaimana aku bisa melupakan janji ku pada nya untuk pulang cepat kemarin. Ini akan menjadi sulit sekarang, apalagi jika saja sudah menyangkut masalah janji kakak ku adalah orang paling kolot yang pernah aku temui. Bagi kakak ku sebuah janji adalah sesuatu yang sakral,
sesuatu yang harus dijaga agar tetap menjadi suci. Menurut nya jika sebuah janji hanya dimaknai dengan ucapan tanpa perbuatan itu berarti janji itu tidak lagi dianggap sebuah kebenaran. Dia selalu menjunjung tinggi makna suatu janji, jadi ketika dia sudah berjanji maka itu sudah pasti akan dia lakukan dan bagi orang yang tidak menepati janji maka bisa dipastikan orang itu akan dijauhi kakak ku. Terdengar berlebihan memang pemikiran kakak ku namun bagiku itu sesuatu yang wajar. Aku menghormati apa yang dia pikirkan dan apa yang dia yakini, jika baginya janji adalah hal yang mutlak maka aku akan menjaga janji ku untuk nya. Aku juga banyak belajar dari nya tentang menepati janji dan memaknai janji itu sendiri.

"Embt itu a-aku iya a- aku embt pergi." Entah mengapa tiba-tiba lidah ku terasa begitu kelu karena tatapan kakak ku yang begitu mengintimidasiku hingga mampu membuat ku gugup.

"Kemana Ina?" kata nya dengan nada mendesak.

"Aku kemarin ada urusan mendadak jadi aku harus membatalkan rencana kita dan soal aku tidak mengabari mu aku juga minta maaf untuk hal itu. Ponsel ku dan James memang sama-sama mati jadi kami tidak bisa dihubungi sama sekali." jawab ku gugup.

"Pulang jam berapa kau kemarin?"

"Sekitar pukul 11 malam." jawab ku dengan hati-hati.

Mata nya langsung terbelalak mendengar jawaban ku, dia menarik kursi nya mendekat ke arah ku dan menatap ku tajam.

"Katakan ada urusan apa hingga kau pergi sampai selarut itu? Kemana kau pergi? Aku tau itu bukan untuk urusan bisnis." tanya nya dengan penuh selidik.

Dengan cara dia menatap ku saat ini aku tidak punya cara lain selain berkata yang sebenarnya atau dia akan merah pada ku.

"Sebenar nya aku pergi ke Jogja kemarin, aku mengunjungi borobudur untuk mengenang segala nya tentang kita dulu. Entah lah tiba-tiba aku merasa ingin sekali mengunjungi tempat itu." jawab ku. Kakak ku menatap ku sejenak kemudian dia meraih wajah ku dan mengelus pipi ku pelan.

"Apa kau baik-baik saja sekarang?" tanya nya dengan nada yang sudah kembali lembut. Aku menganggukkan kepala ku dengan mantap, aku ingin membuatnya yakin bahwa aku baik-baik sasja saat ini.

"Kau yakin?" tanya nya memastikan.

"Iya, jangan kuatir kan aku. Kau tidak marah lagi pada ku kan?" kata ku sembari tersenyum manis ke arah nya.

"Siapa bilang? Kau juga masih harus dihukum karena nya, hari ini kau adalah milik ku. No business and no gadgets, you agree?"

"Hari ini? Tapi aku ada meeting penting kak." bantah ku.

"Kalau begitu kakak akan kembali ke SF sekarang juga, untuk apa kakak ada disini jika ternyata bisnis lebih penting ketimbang kakak mu sendiri." ancam nya sembari meninggalkan ku.
Aku langsung berlari menyusul dan memeluk nya dari belakang.

"Baiklah aku milik mu hari ini." ucap ku mengalah.

"Baiklah kalau begitu kita berangkat sekarang juga, ayo masuk mobil." kata nya sambil menarik tangan ku.

"Sebentar." Aku mengambil ponsel ku dan menekan nomor telepon Pak Doni.

"Iya Nona Kaina? Ada yang bisa saya bantu?"

"Hari ini aku tidak bisa datang untuk meeting dengan Handoko, aku ada urusan mendesak tapi pastikan kalau kau bisa meyakinkan dia untuk menjual perusahaan nya itu pada ku. Kalau kau gagal melakukan nya maka kau akan kehilangan pekerjaan mu sekarang juga, aku tidak ingin tau bagaimana cara nya kau meyakinkan dia tapi dari kemampuan mu bernegoisasi maka kupercayakan semua nya pada mu. Mengerti?" ucap ku.

"Baik Nona akan saya usahakan semampu saya." jawab nya dengan yakin. Aku langsung menutup telepon ku saat kakak ku mendekat ke arahku.

"Mana ponsel mu?" tanya nya sembari menengadahkan tangan nya pada ku. Aku mendesah pelan dan menuruti mau nya dengan memberikan ponsel ku pada nya.

**
Aku langsung merebahkan diriku ke atas ranjang ku, sungguh hukuman yang kakak ku berikan sangat menyiksa ku hari ini. Jangan bayangkan dia menghukum ku dengan memukul ku atau hal buruk semacam nya namun ini jauh lebih menyiksa dari itu. Hari ini aku mengikuti nya seharian berbelanja di 5 mall berbeda dalam satu hari, jika saja aku  pecinta belanja seperti kakak ku maka itu adalah hal paling menyenangkan. Namun sayangnya aku adalah orang yang benci berbelanja, aku paling malas jika harus pergi memasuki satu toko ke toko yang lain hanya untuk memilih baju yang cocok. Aku lebih suka berbelanja di online shop atau kalau tidak biasa nya aku sudah meminta Elle untuk membantu ku berbelanja baju dan yang lain nya sehingga aku tidak harus repot memilih nya. Berbeda dengan kakak ku, jika nama tengah ku adalah adalah  workaholic maka nama tengah kakak ku adalah shopaholic. Dia ini bisa betah berjalan selama hampir 12 jam hanya untuk berbelanja di mall dan butik, bahkan tadi aku dipaksa mengikuti nya selama lebih dari 8 jam tanpa ampun. Seharian aku diseret ke ruang ganti dan mecoba ratusan baju hari ini, dia benar-benar menggila dengan membeli puluhan baju, sepatu, tas dan masih banyak lagi. Dia ini benar-benar jago untuk menghabiskan uang, bahkan dia tadi juga membelikan pakaian untuk semua staff kami. Khusus untuk James aku yang memilih nya sendiri, aku membelikan baju jarsey klub bola kesukaan James Manchester United. Aku berencana akan memberikan ini besok pagi saja saat akan  berangkat ke kantorku, yup selain aku hari ini harus menderita karena hukuman kejam kakak ku aku juga sudah mendapatkan kabar paling bahagia. Handoko akhirnya telah setuju untuk menjual perusahaan nya padaku, aku juga sudah memanggil notaris ku di Amerika untuk mengurus semua nya termasuk pemindahtangan perusahaan. Ahhh hari ini aku akan tidur dengan tenang dan tanpa mimpi buruk, cukup tau saja kalau aku kemarin sama sekali tidak mendapat kan mimpi buruk itu sama sekali.
Benar-benar efek yang ditimbulkan James sangat lah dahsyat, tapi aku juga harus belajar mengendalikan diriku sendiri agar aku tidak terlalu jatuh dalam perasaan ku saat ini. Aku harus sadar kalau aku tidak bisa jatuh Cinta pada James walaupun dendam ku sudah selesai sekalipun, karena aku tau wanita yang James cintai bukan lah aku melainkan wanita lain. Mengingat itu perasaan ku kembali sedih bercampur marah, ahh sudah lah sebaiknya aku mempersiapkan kan diri ku sebagai pemilik baru perusahaan Saintz Internasional Furniture atau lebih tepat nya akan segera berganti menjadi Hutama International Furniture.

Tbc

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang