Chapter 36

42 17 3
                                    

"Sayang kamu pilihin aku baju dong." pinta nya dengan wajah memohon.

"Aduh Mario kan aku udah bilang kalau aku ini paling malas memilih-milih baju seperti ini, aku saja punya staff khusus untuk hal macam ini." kata ku. Namun bukan Mario namanya jika dia tidak bisa merayu ku dan pada akhirnya aku menyerah dan dengan asal memilihkan kemeja kotak-kotak biru untuk nya.

"Ini bagus." ujar ku sambil memberikan kemeja itu pada nya. Dengan antusias Mario mengambil nya dan langsung mencoba nya di kamar ganti, aku hanya geleng-geleng kepala melihat sikap nya itu.

"Sayang, gimana? Aku tambah ganteng kan?" tanya nya setelah dia keluar dari kamar ganti. Aku menganggukkan kepala ku sambil memberikan dua jempol ku pada nya. Mario memang terlihat sangat tampan memakai kemeja yang padahal asal ku pilih saja tadi, apalagi dia melipat lengan kemejanya itu sampai ke siku nya membuat nya terlihat keren.

"Aku akan membelinya kalau menurut mu ini bagus." kata nya sambil menarik ku berjalan.

"Hei kau tidak melepas nya dulu?" tanya ku dengan heran karena dia langsung berjalan menuju ke kasir tanpa melepaskan pakaian nya ini bahkan dia tidak membawa baju nya yang dia pakai tadi.

"Tidak usah aku akan memakai nya langsung." jawab nya dengan santai.

"Mbak saya beli baju ini ya, tapi saya ingin memakai nya langsung karena ini adalah baju pilihan calon istri saya lhoo mbak jadi saya ingin segera memakai nya. Gimana menurut mbak nya pacar saya ini cantik kan?" ujar Mario dengan percaya diri. Aku tersenyum malu pada penjaga kasir itu sambil mencubit pelan pinggang Mario.

"Saya nggak kenal kok mbak sama mas-mas ini beneran, maaf mas jangan sok kenal ya sama saya." kata ku sambil berlalu pergi keluar meninggalkan toko.
Aku benar-benar malu sekali dengan tingkah konyol Mario kali ini. Ya ampun apa benar pria absurd ini adalah calon suami ku?

"Sayang kok aku ditinggal sih?" Aku berbalik kebelakang dan langsung mencubit lengan nya dengan gemas hingga akhirnya kulepaskan setelah dia minta ampun berkali-kali.

"Kamu tuh ya bisa nggak sih sekaliii aja jangan bikin aku malu." ucap ku dengan geram. Mario malah merenges sambil mencubit kedua pipi ku dengan pelan.

"Aduh bidadari ku yang cantik ini kalau ngambek ternyata malah semakin cantik ya." goda nya. Aku yang masih sebal dengan tingkah memalukan nya barusan tetap tidak menanggapi candaan nya dan masih diam saja sembari memainkan ponsel ku.

"Ohh iya kamu pernah melihat wajah malaikat belum?" tanya nya sambil mendekatkan wajahnya padaku.

"Belum." jawab ku singkat.

"Mau melihat nya?" tanya nya lagi. Aku menghela nafas ku pelan sambil menatap nya dengan malas.

"Kau mau melihatnya tidak sayang?" tanya nya lagi sambil mengedipkan mata nya pada ku.

"Hmm"

"Kalau begitu coba lihat ini! Ini lah wajah malaikat yang sebenarnya." kata nya sembari memberikan ponsel nya pada ku. Aku tersenyum kecil saat melihat foto yang dia tunjukan di ponselnya, terdapat foto ku yang nya dia ambil baru saja ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang